13 Juli 2003

583. Mana itu Senjata Pemusnah Massalnya Iraq, hai Bush!

Jenderal James Conway, komandan Marinir Amerika Serikat (AS) di Iraq terbingung-bingung. Pasalnya ialah mengapa belum satu juapun Senjata Pemusnah Massal (SPM) = Weapons of Mass Destruction (WMD)-nya Iraq yang ditemukan. Setelah seluruh wilayah Irak sudah dikuasai oleh AS dan begitu perang dinyatakan selesai, semua titik yang dicurigai sebagai lokasi disimpannya SPM=WMD itu secara intensif segera diperiksa oleh tim khusus AS. Hampir semua ilmuwan Iraq yang terlibat dalam proyek pembuatan senjata itu di masa lalu juga sudah berada di dalam tahanan pihak AS. Namun, belum secuilpun bukti ditemukan.

Padahal, dahulu Presiden George W Bush begitu berbusa-busa mulutnya meyakinkan dunia bahwa Iraq memiliki senjata kimiawi dan biologis SPM=WMD dengan kuantitas yang tidak main-main. Kalau itu benar, bukankah seharusnya makhluk yang bernama SPM=WMD sudah ditemukan? Sebab apakah gerangan maka Bush begitu yakin adanya SPM=WMD-nya Iraq, sehingga Bush begitu berbuih-buih mulutnya "mensosialisasikan" kepada dunia perkara SPM=WMD-nya Iraq tersebut? Itu pertanyaan yang pertama.

Arkian, Jenderal Conway menyimpulkan: "Itu semua akibat dari penilaian intelijen yang betul-betul salah." Beberapa anggota Kongres AS juga menuduh pihak intelijen tidak becus, yang telah menyajikan kepada Pemerintah AS dengan informasi yang tidak akurat. Sedangkan sekelompok pensiunan CIA menyebut ini sebagai "intelligence fiasco of monumental proportions" (kegagalan intelijen dalam proporsi tak terperikan). Apakah benar kesimpulan Conway dan tuduhan beberapa anggota Kongres AS serta sekelompok pensiunan CIA dalam perkara ketidak-becusan pihak intelijen AS benar adanya? Itu pertanyaan yang kedua.

Syahdan, telah termaktub dalam Harian the Washington Post, bahwa Wapres Cheney berkali-kali melakukan kunjungan ke markas besar CIA untuk mempertanyakan analisis tentang Iraq. Kunjungan tersebut diartikan oleh beberapa analis CIA sebagai tekanan agar CIA membuat analisis yang sesuai dengan keinginan Pemerintah AS. Dalam beberapa kali pertemuan, Deputi Menteri Pertahanan Wolfowitz dilaporkan melecehkan para pejabat intelijen karena tidak berhasil menyajikan bukti yang sesuai dengan keinginannya. Mengapa Pemerintah AS menekan CIA agar CIA menyajikan bukti yang sesuai keinginan Pemerintah AS? Itu pertanyaan yang ketiga.

***

Alhasil, ketiga pertanyaan itu hanya mempunyai satu jawaban yang sederhana: Pemerintah AS berupaya menegakkan benang basah. Alasannya?

Sebermula, Indonesianis yang juga guru besar politik-ekonomi Universitas Northwestern, Amerika Serikat Prof Dr Jeffrey Winters mengungkapkan, "AS sendirilah yang justru memasok senjata biologis berbahaya, yaitu SPM = WMD, kepada Saddam Hussein," katanya di Bogor, Senin, 24 Maret 2003. Winters kemudian memberi rujukan data yang disebutnya "belum banyak diketahui publik, termasuk di Indonesia, bahwa pada tahun 1980-an, yang tatkala itu terjadi perang Iran-Iraq, Presiden AS (saat itu) Ronald Reagan mengutus missi Washington, yakni 'duta besar khusus' ke Baghdad. Winters menambahkan: "Mungkin akan ada yang tercengang bahwa orang yang dikirim itu adalah Donald Rumsfeld, yang Menteri Pertahanan AS dewasa ini. Ia bertemu dan bersalaman dengan Saddam Hussein." Berkata Winters selanjutnya: "pada tahun 1987 hingga 1988 dimulailah pengiriman SPM=WMD ke Iraq." "Ini adalah fakta, saya tidak takut menyuarakan kebenaran dan demokrasi terhadap pemerintah saya sendiri, termasuk ditangkappun saya tidak takut," Winters menutup keterangannya. Bogor, Selasa, 25 Mar 2003 14:16.

Jadi Pemerintah AS termakan oleh ulahnya sendiri, yaitu memasok SPM = WMD kepada Iraq dalam Perang Iran - Iraq. Itulah sebabnya Bush yakin seyakin-yakinnya Iraq punya SPM=WMD. Itulah dia, ibarat bumerang makan tuan, tepercik ke muka sendiri. Lalu pertanyaan berikutnya menyusul: "Mengapa AS membantu Iraq dalam Perang Iran - Iraq?"

'Ala- kulli hal, inilah latar belakangnya: "Prof Dr Samuel Huntington dalam majallah Time, terbitan 28 Juni 1993, atas dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui jalur tata-komunikasi barat menyalurkan sangkaan yang dibungkus dengan teori ilmiyah perihal Islam mengancam demokrasi barat. Dalam Time tersebut dapat kita lihat bagaimana kacamata guru besar ilmu politik dari Harvard University ini melihat Islam. Bahwa musuh barat dewasa ini adalah Islam, karena kehadiran Islam akan mengancam keberadaan demokrasi barat, demikian omongan Huntington, yang konon kabarnya di Indonesia ini salah seorang tokoh narasumber yang buku-bukunya menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dalam ilmu sosial dan politik. Oleh karena itu, demikian omongan Huntington selanjutnya, barat harus mewaspadai gerakan-gerakan kaum fundamentalis Islam." (Dikutip dari Seri 092, yang berjudul Arus Informasi Tentang Isu Demokrasi, Fundamentalisme dan Terrorisme, Antara Prasangka, Teori dan yang Empiris, bertanggal 22 Agustus 1993). Dan menurut tata-komunikasi barat tentang isu fundamentalisme, Republik Islam Iran dikategorikan ke dalam Fundamentalis Islam.

Firman Allah:
-- YRYDWN AN YTHFaWA NWR ALLH BAFWAHHM WYAaBY ALLH ALA YTM NWRH WLW KRH ALKAFRWN (S. ALTWBt, 9:32), dibaca: yuri-du-na ayyuthfiu- nu-raLla-hi biafwa-hihim waya'baLla-hu illa- ayyutimma nu-rahu- walaw karihal ka-firu-n (s. attawbah), artinya: Mereka hendak memadamkan Nur Allah dengan mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain daripada menyempurnakan Nur-Nya, sekalipun dibenci orang-orang kafir itu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 13 Juli 2003