-- QL YAYHA ALKAFRWN . LA A'ABD MA T'ABDWN (S. ALKAFRWN, 1-2), dibaca: qul ya-ayyuhal ka-firu-n la- a'budu ma- ta'budu-n, Katakanlah hai orang kafir. Tidak kusembah apa yang kamu sembah. Ini adalah penolakan yang tegas terhadap tawaran pendekatan politik dagang sapi (koe handel) penguasa Makkah yang isinya:
- Demi persatuan dan kesatuan penduduk Makkah, penguasa bersedia bersama-sama dengan ummat Islam menyembah Allah.
- Kebersamaan itu harus diselingi silih berganti dengan bersama-sama menyembah berhala yang ada di sekitar Ka'bah. Pendekatan politik ini terpaksa ditempuh oleh penguasa Makkah, karena cara kekerasan, intimidasi, terror, penyiksaan, ternyata tidak berhasil.
-- ALFHM RhLt ALSYTAa WALSHYF. FLY'ABDWA RB HDZA ALBYT . ALDZY ATH'AMHM MN JW'A WAMNHM MN KHWF (S. QRYSY, 2-4), dibaca: I-la-fihim rihlatasy syita-i wash shayf. Falya'budu- Rabba ha-dzal bayt. alladzi- ath'amahum miny ju'iw wa a-manahum min khauf. Kebiasaan mereka itu (mengadakan) perjalanan di musim dingin dan musim panas. Maka sembahlah Pemelihara Rumah (Ka'bah) ini, yaitu Yang memberi mereka itu makan sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari segala macam kekhawatiran.
Maka inilah potret yang digambarkan oleh ketiga Surah itu: Pertama tawaran politik dagang sapi penguasa Quraisy itu ditolak dalam S. Al Ka-firu-n, kedua, menyegarkan ingatan mengapa orang Quraisy disegani dalam S. Al Fi-l, ketiga qabilah Quraisy beroleh ni'mat dapat membawa kafilah dagang baik di musim dingin maupun di musim panas dalam S. Quraisy, dan gayung bersambut berupa tawaran aqidah supaya qabilah Quraisy jangan menyembah berhala melainkan menyembah Allah semata yang memberi makan sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari segala macam kekhawatiran, juga dalam S. Quraisy.
***
Firman Allah:
-- AN ALLH LA YSThY AN YDHRB MTSLA MA B'AWDHt FMA FWQHA (S. ALBQRt, 26), dibaca: inna Lla-ha la- yastahyi- ay yadhriba matsalam ma- ba'u-dhatan fama- fawqaha- (s. al Baqarah), artinya: Sesungguhnya Allah tidaklah malu untuk mengemukakan nyamuk sebagai perumpamaan, bahkan (sekalipun) yang lebih (kecil) dari itu (2:26). Bukan main, sedangkan Allah tidak segan mengemukakan gambaran nyamuk sebagai perumpamaan, mengapa pula ada sekelompok firqah liberal yang acuh tak acuh bercermin pada potret yang digambarkan oleh ketiga Surah itu, bahkan dikatakannya itu sekadar muatan lokal abad ke-7 belaka.
Tawaran politik dagang sapi bukan barang kuno, masih tetap aktual, lihatlah itu politik dagang sapi dalam kriteria seorang presiden Republik Indonesia. Golkar mengadakan dagang sapi dengan PDIP, kriteria "boleh yang bukan sarjana" dibarter dengan kriteria "boleh yang berstatus terdakwa/terpidana".
Menyegarkan ingatan suatu tragedi bersejarah juga bukan barang kuno, dalam konteks sejarah bangsa Indonesia, komunisme sudah dua kali bikin tragedi sejarah, pemberontakan komunisme Madiun yang dikendalikan dari Moscow, Uni Svyet dan pemberontakan Gestapu yang dikendalikan dari Beijing, RRC. Maka perlu diingatkan tentang tragedi sejarah yang dua kali itu kepada para pengasak-kusuk menjelang ST MPR yang menuntut pencabutan Ketetapan MPR, yang mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melarang penyebaran ajaran komunisme, leninisme dan marxisme. UUD mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia terhadap racun atheisme dengan mekanisme Tap MPRS No.XXV/MPRS/1966, yang dikukuhkan oleh Tap MPR No.V/MPR/1973, yang melarang penyebaran ajaran komunisme, leninisme dan marxisme. Lagi pula UU No.27 thn 1999 menegaskan pelanggaran terhadap larangan itu adalah tindak pidana.
Qabilah Quraisy beroleh ni'mat dapat membawa kafilah dagang baik di musim dingin maupun di musim panas. Ini juga tidak kuno, bangsa Indonesia memperoleh ni'mat dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Sehingga qabilah Quraisy harus menyembah Allah semata yang memberi makan sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari segala macam kekhawatiran, itupun bukan hal yang kuno. Bumi ini yang mengikuti matahari mengedari pusat Milky Way, sewaktu-waktu diserang badai kosmik. Maka pada saat itu iklim tidak teratur. Ada kalanya kemarau panjang sekali, atau sebaliknya musim hujan panjang sekali. Bagaimanapun upaya insinyur pertanian mendapatkan bibit unggul, kalau kemarau panjang, sawah akan kering, padi mati kehangusan. Sebaliknya jika musim hujan panjang sekali, bagaimanapun hebatnya konstruksi bendungan karya insinyur sipil, tidak akan membawa hasil. Bendungan akan bobol ataupun air melimpah sawah-sawah tergenang banjir, padipun mati lemas.
Maka larangan kepada qabilah Quraisy yaitu tidak boleh menyembah berhala berupa patung, melainkan harus menyembah Allah, itu juga bukan hal yang kuno. Jangan menyembah berhala yang berupa otak manusia, bahwa yang membebaskan kita dari kelaparan bukanlah berhala modern karya otak manusia itu, melainkan Allah SWT.
Bukanlah pula berhala tradisional yang disembah oleh qabilah Quraisy yang memberikan ketenteraman dari segala macam kekhwatiran, itu juga tidak kuno, karena dalam kehidupan modern masa kini, yang dikhawatirkan oleh manusia modern, yang selalu mengganggu ketenteramannya yaitu rencana tidak akan berhasil, sasaran tidak dicapai. Yang bebas dari rasa krisauan demikian itu bukanlah rasa percaya atau mengkultuskan teknologi, melainkan keyakinan bahwa rencana yang berhasil membawa berkah, adalah rencana yang sinkron dengan Rencana Makro dari Allah SWT. Itulah yang dapat membawa rasa tenteram. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 3 Agustus 2003