12 September 2004

642. Supra-Rasional, Rasional dan Sub-Rasional

Mulai tadi malam setelah matahari terbenam, masuklah malam Ahad, 27 Rajab 1425 H. Dan beberapa jam kemudian, yaitu jam 24.00 barulah mulai masuk tanggal 12 September 2004. Malam 27 Rajab adalah salah satu malam yang termasuk penting bagi ummat Islam, karena pada malam itu Nabi Muhammad SAW di-isra-kan dan di-mi'raj-kan oleh Allah SWT.

Apa hubungannya peristiwa Isra-Mi'raj dengan judul di atas? Untuk itu kita mulai dengan kalimah RB AL'ALMYN (dibaca rabbul 'a-lami-n). Kalimah ini paling kurang 17 kali diucapkan oleh ummat Islam yang melaksanakan shalat wajib 5 waktu:
-- ALhMD LLH RB AL'ALMYN (S. ALFATht, 1:2), dibaca: alhamdu lilla-hi rabbil 'a-lami-n, artinya: Segala puji bagi Allah Maha Pengatur berbilang alam.
Di samping Rabb sebagai Maha Pengatur berarti pula Maha Pencipta, [87:2,96:1], Maha Pendidik [96:4], Maha Pelengkap [87:2], Maha Pembuat-ukuran [87:3], Maha Pemberi-petunjuk [87:3]. 'A-lami-n adalah bentuk jama' (plural) dari alam, diterjemahkan dengan berbilang alam. Ada alam syahadah (physical world), alam malakut, alam fawqa malakut. Alam syahadah dapat pula dibedakan dalam alam batu-batuan, alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang dan alam manusia.

Pembahasan akan difokuskan pada alam syahadah. Rabb sebagai Maha Pencipta mencipta alam syahadah dengan ukuran-ukuran tertentu termasuk aturan-aturan yang berlaku yang dinamakan TaqdiruLlah untuk alam syahadah di luar masyarakat manusia dan kemanusiaan. Ukuran-ukuran tertentu dan aturan-aturan yang berlaku bagi masyarakat manusia dan kemanusiaan disebut Sunnatulah. TaqdiruLlah dalam istilah sekulernya disebut hukum alam.

Rabb sebagai Maha Pengatur, mengatur ciptaanNya dengan TaqdiruLlah dan SunnatuLlah. TaqdiruLlah ada yang ditanam di alam syahadah ada yang tidak ditanam. TaqdiruLlah yang ditanam di alam syahadah berlaku sinambung dan terbuka, sehingga dapat dikaji oleh manusia. TaqdiruLlah yang tidak ditanam di alam syahadah hanya berlaku dalam rentang waktu yang terbatas. Ada yang terbuka, ada pula yang tidak terbuka kepada manusia. Adapun SunnatuLlah semuanya terbuka bagi manusia.

TaqdiruLlah yang ditanam di alam syahadah yang telah diungkapkan oleh hasil kajian manusia barulah dikenal sebagai medan gravitasi, dengan itu Rabb sebagai Maha Pengatur mengendalikan alam raya (makro-kosmos), medan elektro magnet, gaya kuat dan gaya lemah, dengan itu Rabb sebagai Maha Pengatur mengendalikan alam mini (mikro-kosmos). Dari keempat jenis TaqdiruLlah itu dijabarkan oleh manusia dalam kancah disiplin ilmu fisika. Adapun TaqdiruLlah dalam wujud kekuatan berubah secara perlahan-lahan ataupun secara "melompat", kekuatan bertumbuh dan berkembang biak pada alam tumbuh-tumbuhan dan alam binatang masih merupakan perjuangan sengit. Dan apatah pula alam manusia, yang terdiri atas bukan hanya yang physical atau jasmani, tetapi juga nafsani dan ruhani. Makhluq manusia adalah makhluk yang paling kompleks, karena menyangkut TaqdiruLlah yang ditanam dan juga tidak ditanam. Yang nafsani ada TaqdiruLlah yang terbuka, ada pula yang tertutup, sedangkan yang ruhani menyangkut TaqdiruLlah yang sama sekali tertutup bagi manusia.

***

Setiap pagi saya menyemprot membasahi tanaman di pekarangan termasuk yang di dalam pot bunga. Saya merasakan keindahan TaqdiruLlah yang ditanam di alam syahadah. Betapa tidak, ada dua posisi sudut elevasi pancaran air yang mengena titik (pot bunga) tertentu. Dan pada posisi 45 derajat, pancaran air menjadi terjauh. Pancaran air itu termasuk gerak peluru dengan persamaan kwadratis. Seperti diketahui persamaan kwadratis itu punya dua akar pemecahan yang menghasilkan dua sudut elevasi yang berbeda untuk jangkauan yang sama jauhnya dari pancaran air. Sedangkan untuk harga akar yang sama menghasilkan sudut elevasi 45 derajat untuk jangkauan terjauh dari pancaran air. SubhanaLlah, alangkah harmonisnya, indahnya, matematika sinkron dengan gejala alam. Alangkah besar pahalanya pakar Muslim yang mendapatkan matematika khusus yang disebut aljabar.

***

Firman Allah:
-- SBhN ALDZY ASRY B'ABDH LYLA MN ALMSJD ALhRAM ALY ALMSJD ALAQSA ALDZY BRKNA hWLH LNTYH MN AYTNA ANH HW ALSMY'A ALBSHYR (S. ASRY, 17:1), dibaca: subha-nal ladzi- asra- bi'abdihi- lailan minal masjidil hara-mi ilal masjidil aqsal ladzi- ba-rakna- hawlahu- linuriyahu- min a-ya-tina- innahu- huwas sami-'ul bashi-r, artinya: Maha Suci Yang meng-isra-kan hambaNya pada suatu malam dari al Masjid alHaram ke al Masjid alAqsaa, yang Kami telah berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan sebagian dari ayat-ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Proses Isra ini tidak terbuka, tidak dapat disaksikan oleh siapapun, kecuali oleh Allah SWT dan para malaikat. Peristiwa itu dapat kita ketahui karena diberitahu oleh Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini masuk TaqdiruLlah yang tidak ditanam di alam syahadah, sehingga tidak dapat dikaji oleh manusia.

Maka TaqdiruLlah yang tidak ditanam di alam syahadah itu adalah supra-rasional. TaqdiruLlah yang ditanam di alam syahadah itu adalah rasional (lihat contoh pengalaman lapangan saya di atas itu dalam perkara menyiram bunga). Lalu yang manakah itu sub-rasional? Itulah dia yang disebut tahyul dan khurafat, seperti orang beranak buaya dan kembar dengan buaya, yang pernah dua kali dikupas dalam kolom ini. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 12 September 2004