7 November 2004

650. Berpuasa Mendidik Diri Berpikir Efisien

Inilah hasil kajian menjelang akhir Ramadhan, dalam rentang waktu fi l'Asyri lAwaakhir min Ramadhaani (10 malam terakhir dari Ramadhan).

Pelarangan pembahasan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) telah dilakukan oleh mantan Menag Said Agil Husin Al Munawar. Draft tersebut bukan berdasarkan persetujuan instansi Depag, namun hanya mengatasnamakan Depag. "Itukan tidak ada Surat Keputusan saya," ujar Said Agil, seperti ditulis Tempo Interaktif. Menag yang baru Muhammad Maftuh Basuni kemudian telah mempertegas dengan pembekuan CLD-KHI. Penegasan pembekuan ini disampaikan Maftuh Basuni usai berkunjung ke kantor MUI Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Selasa, 26-10-2004. Draft itu hanya pendapat pribadi atau kelompok dari tim gender, yaitu Tim Pengarus-utamaan Gender (PUG), diketuai oleh Siti Musdah Mulia (SMM), bukannya institusi departemen. "Kuncinya jangan menjadikan akal di atas wahyu," kata Jubir Depag AM Romly mengutip pernyataan Said Agil. Romly menjelaskan, Depag sudah memiliki perubahan KHI yang dibuat Badan Pengkajian dan Pengembangan Hukum Islam, organisasi massa Islam, MUI, dan peradilan tinggi agama seluruh Indonesia. Hal itu sudah diajukan ke Sekretariat Negara pada 26 Agustus 2003.

Dalam Seri 647 telah dikemukakan bahwa sejak dua tahun lalu, tim PUG bekerja membongkar KHI, yang disponsori (baca: didanai) oleh The Asia Foundation. Di mana-mana Amerika mengintervensi, yang dalam hal ini cq Asia Foundation, sangat getol (sekurang-kurangnya di Indonesia) memberikan bantuan fulus kepada kegiatan "Jaringan Islam Liberal" (JIL). Istilah "Islam Liberal" dipilih untuk mengurangi kecurigaan ummat Islam dan sekaligus untuk menobatkan diri (sendiri) bahwa "Islam Liberal" adalah bagian dari Islam. Sesungguhnya "Islam Liberal" adalah peradaban Barat yang diartikulasikan dengan bahasa dan idiom-idiom keislaman. Islam hanyalah kulit atau kemasan. Namun saripati atau substansinya adalah peradaban atau ideologi Barat, bukan yang lain.

Dalam Seri 647 dikemukakan pula beberapa hasil "ijtihad" atas ayat-ayat yang sudah Qath'i, yang menampakkan wajah asli para penganut JIL, yaitu sikap berpikir mereka, "akal diposisikan mengatasi wahyu". Padahal akal itu harus diposisikan di bawah wahyu, sehingga haram hukumnya melakukan ijtihad atas ayat-ayat yang sudah Qath'i. Salah satu di antaranya yang dikemukakan dalam Seri 647 spb: Tim PUG menganggap pemberlakuan masa iddah hanya kepada perempuan itu melanggar "akidah" gender, sehingga dalam ps.88 ayat 7(a) dinyatakan bahwa masa iddah bagi laki-laki adalah seratus tiga puluh hari. Padahal masalah iddah ini sudah jelas diatur oleh ayat Qath'i:
-- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S. ALBQRt, 2:228), dibaca: walmuthallaqa-tu yatarabbashna bianfusihinna tsala-tsata quru-in (s. albaqarah), artinya: Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Hanya perempuanlah yang ada masa 'iddah. Prinsip gender oleh JIL diletakkan pada posisi mengatasi wahyu, membutakan mata hati mereka, lalu membuat bid'ah, tidak melihat bahwa hanya perempuan yang bisa hamil, laki-laki tidak.

***

Hukum-hukum Allah yang menyangkut benda-benda mati seperti batu-batuan, pepohonan dan binatang disebut TaqdiruLlah. Khusus yang menyangkut manusia dan kemanusiaan, disebut SunnatuLlah. Dalam istilah sekuler TaqdiruLlah dan SunnatuLlah disebut hukum alam. TaqdiruLlah dan SunnatuLlah ada yang ditanam di samping ada pula yang tidak ditanam di alam syahadah (phyisical world). Jenis yang pertama prosesnya berlaku sinambung dan terbuka, sehingga dapat dikaji, karena dapat diobservasi baik waktu dahulu, sekarang dan yang akan datang, oleh siapa saja dan di mana saja. Sedangkan jenis yang kedua prosesnya tidak berlaku sinambung, tidak terbuka, hanya muncul di alam syahadah dalam rentang waktu seperlunya saja, sehingga tidak dapat dikaji. Proses oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang ditanam di alam syahadah, dikenal dengan proses yang biasa. Sedangkan TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah disebut proses yang 'Ajaib.

'Ajaib dapat meningkat menjadi Mu'jizat, dari 'Ain, Jim, Zai, 'AJAZA artinya melemahkan. Mu'jizat adalah sesuatu yang dimilki oleh seorang Nabi untuk melemahkan visi lawan-lawannya. Tongkat Nabi Musa AS di gunung Sinai menjadi ular. Ini 'ajaib. Pada waktu didemonstrasikan di depan majelis Firaun tongkat Nabi Musa AS yang menjadi ular itu melahap semua ular-ular sihir dari tukang sihir Fir'aun. Ini Mu'jizat. Baik 'Ajaib maupun Mu'jizat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan "miracle". Perbendaharaan bahasa Inggris dll bahasa tidak mampu membedakan antara 'Ajaib dengan Mu'jizat. Jadi proses oleh TaqdirLlah dan SunnatuLlah yang belum disaksikan oleh umum masih berupa dalam keadaan 'Ajaib, namun apabila sudah dipertontonkan atau diinformasikan untuk melemahkan visi lawan-lawan para Nabi-Nabi disebutlah Mu'jizat.

Proses Isra Mi'raj termasuk SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah. Sebelum Nabi Muhammad SAW menginformasikannya kepada penduduk Makkah, maka masih dalam keadaan 'Ajaib. Setelah dimaklumkan barulah menjadi Mu'jizat.

***

Berpikir haruslah efisien, tidak terkecuali dalam "kajian ilmiyah". Apa itu berpikir efisien? Yaitu berpikir tidak melampaui batas kapasitas benak manusia, dalam dua hal:

Pertama, akal tidak sanggup melampaui wahyu. Apa yang telah dilakukan oleh tim PUG, yang katanya "kajian ilmiyah", adalah hal yang sia-sia, tidak efisien. Pelarangan pembahasan hasil tim PUG oleh mantan Menag Said Agil dan penegasan pembekuan oleh Menag yang baru Maftuh Basuni itu sungguh tepat. Pemerintah sekarang memang hendaknya memfokuskan perhatian kepada bekerja dan berpikir efisien.

Kedua, proses suatu substansi yang dipikirkan itu seharusnya yang termasuk dalam jenis yang disebabkan oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang ditanam di alam syahadah: Observasilah, pikirkanlah untuk melahirkan teori, kemudian ujicobalah teori itu dengan merujukkannya kepada persitiwa yang dapat diobservasi pula. Sedangkan memikirkan proses suatu substansi yang 'ajaib, sama sekali tidaklah efisien. Mengapa? Arang habis besi binasa, tukang bekerja penat saja. Yang 'ajaib itu karena prosesnya disebabkan oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah, hanya muncul sekali jalan dalam rentang waktu terbatas, mana bisa diobervasi. Kalau tidak bisa diobservasi mana bisa dipikirkan secara rasional untuk menghasilkan teori, dan yang paling sia-sia ialah bagaimana menguji-cobanya. Seperti misalnya memikirkan bagaimana proses Isra Mi'raj RasuluLlah SAW, adalah perbuatan sia-sia.

***

Salah satu hikmah puasa adalah di samping pengendalian diri dalam hal menahan impuls di dalam alHawa yaitu makan, minum, seks, nafsun ammarah, juga tidak kurang pentingnya ialah pengendalian diri dalam alFuad, dalam konteks tidak berpikir yang mubadzdzir, sehingga puasa mendidik diri untuk berpikir efisien. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 7 November 2004