20 Maret 2005

668. Ambalat

Marilah berupaya melihat bahwa ada konspirasi yang berupaya membenturkan Indonesia dengan Malaysia dalam konflik abadi dan membuat negara-negara imperialis dapat melestarikan hegemoni dan penjajahannya, baik secara langsung maupun lewat Singapura, negeri kecil yang hanya kuat bila Indonesia dan Malaysia lemah akibat berkelahi.

Situasinya mirip dengan Asia Barat dimana antarnegeri Muslim terus bertengkar memperebutkan wilayah dan daerah kaya migas, seperti antara Iran dengan Irak, Irak dengan Kuwait, antar beberapa negara Teluk, Suriah dengan Iran dan Lebanon, dan sebagainya. Hanya para konspirator yang akan untung besar, terlepas dari apakah Indonesia atau Malaysia yang mendapatkan hak atas kontrak bagi hasil. Malaysia, lewat BUMN mereka, Petronas, memberikan blok East Ambalat kepada Shell, perusahaan patungan pemerintah dan kapitalis dari Inggris dan Belanda, nama lengkapnya, The Royal Dutch/Shell Group. Dalam pada itu Indonesia memberikan kontrak Blok Ambalat kepada perusahaan Italia, ENI, serta Blok East Ambalat kepada perusahaan Amerika Serikat (AS), Union Oil Company of California (Unocal). Ingat sejarah: Thaliban disokong oleh Amerika-Pakistan sewaktu dibutuhkan untuk mengusir Soviet dari Afghanistan. Thaliban kemudian menggagalkan rencana Unocal untuk merealisasikan proyek Pipanisasi Gas dari Asia Tengah melewati Pakistan-Afghanistan menuju ke Teluk Arab. Akibatnya AS meluluh-lantakkan Afghanistan. Pemerintah boneka AS, Presiden Hamid Karzai, menandatangani izin untuk pipanisasi gas-nya Unocal melewati Afghanistan menuju ke Teluk Arab.

***

Diberitakan oleh Los Angeles Times, edisi 4 Maret 2005, yang juga mengutip Wall Street Journal edisi sehari sebelumnya, bahwa Chevron-Texaco, raksasa migas terbesar kedua di AS, sedang melirik Unocal. Pada Januari 2005 raksasa migas RRC, China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), serta Royal Dutch/Shell Group mendekati Unocal.

Jadi, di balik pengerahan pasukan militer Indonesia dan Malaysia, dan di balik perang diplomasi pemerintah Jakarta dan Kuala Lumpur, ada fakta Chevron-Texaco versus Shell. Maka situasinya mirip dengan Hadits Nabi Muhammad SAW bahwa musuh-musuh Islam akan memperebutkan kita bagaikan orang-orang berebut hidangan di atas meja. Mereka mungkin bertengkar, tapi bisa juga berdamai bila makanan dibagikan kepada semua pihak secara proporsional.

Sesungguhnya, pemilik perusahaan-perusahaan minyak dan gas itu adalah orang-orang yang memiliki tujuan hidup, ideologi, dan visi-misi yang sama, terutama bila dikaitkan dengan ambisi Yahudi menguasai dunia serta menghancurkan dan mencegah Islam kuat kembali. Sebagian saham Shell dipegang keluarga Rothschild, pendiri Bank of England, donatur Freemasonry. Mereka pula penyebab Palestina dicaplok Inggris yang belakangan diserahkan kepada Israel. Sementara itu, perusahaan-perusahaan migas AS, seperti Exxon dan Mobil Oil (belakangan merger menjadi Exxon-Mobil), Chevron dan Texaco (belakangan Chevron mengakusisi Texaco), dan sebagainya, dikuasai keluarga dan turunan John D Rockefeller.

Kesamaan latar belakang dan ideologi itu yang memudahkan terbentuknya gabungan perusahaan asal Inggris, British Petroleum, dengan perusahaan-perusahaan AS, Arco (Atlantic Richfield Company) dan Amoco. Itulah dia poros Anglo-Amerika (Blair-Bush) kesamaan ras, kesamaan agama (Blair-Bush keduanya Evangelis), dan kesamaan kepentingan dalam aspek gold (kekayaan ekonomi, termasuk tambang migas dan emas), gospel (penyebaran Evangelis) serta glory (penguasaan dunia).

Apabila Indonesia menyerahkan konsesi Blok Ambalat kepada ENI (dimiliki Italia), maka pemerintah Italia adalah pendukung kuat AS dalam memerangi umat Islam di Irak dan Afghanistan. Penyerahan Blok East Ambalat kepada Unocal juga sama, yaitu memodali penjajah memerangi kita dan saudara kita.

Begitu pula jika Petronas (Malaysia) menyerahkannya kepada Shell: memodali Inggris dan Belanda menguasai kita. AS, Inggris, Belanda dan sekutu mereka yang mendukung Israel. Tatkala AS mengembargo TNI, Inggris mengikutinya. Bahkan, mereka bekerja sama mengoperasikan satelit mata-mata Echelon yang bisa menyadap semua alat telekomunikasi.

***

Konflik hanya memperbesar keuntungan dan kekuasaan Barat. Hampir semua senjata Indonesia buatan AS, sementara Malaysia didukung Inggris. Akan ada alasan peningkatan belanja militer yang ujung-ujungnya menggemukkan industri militer AS dan Inggris.

Hati-hati, jangan sampai RI dan Malaysia babak belur berebut tulang. Jangan sampai RI dan Malaysia mau dijadikan bidak catur bagi perseteruan bisnis para penguasa minyak dunia seperti yg mereka lakukan di Asia Barat.
Kita-kita ini warga RI dan Malaysia tidaklah elok terlalu berlebihan dalam memobilisir emosi rakyat kedua negara dengan mengedepankan semangat chauvinisme, nasionalisme sempit, karena luka yg akan timbul akan sulit sembuh diantara dua negara serumpun ini. RI dan Malaysia harus sadar bahwa banyak pihak menghendaki mereka tetap berkelahi. Yang utama adalah kearifan dan kesabaran dalam menginvestigasi dan mencegah konspirasi Barat, serta komunikasi intensif antara pemerintah, militer, politisi, usahawan dan ulama kedua bangsa seiman dan seaqidah.

Firman Allah:
ANMA ALMWaMNWN AKHWt FAaSHLhWA BYN AKHWYKM WATQWA ALLH L'ALKUM TRhMWN (S. ALhJRAT, 49:10), dibaca: innamal mu'miu-na ikhwatan fa ashlihu- byna akhawaykum wattaquLla-ha la'allakum tuthamu-n (s. alhujura-t), artinya: Sesungguhnya orang-orang Mu'min itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua (pihak) saudara kamu, supaya kamu mendapat rahmat. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 20 Maret 2005