Salahuddin Husein dari milis Lautan-Quran menulis:
Saya punya satu pertanyaan terkait dengan angka 19 ini. Apakah ada cerita ketika Baginda Rasul dan para ulama sahabat generasi salaf dahulu menjumpai orang-orang kafir yang tidak percaya pada kebenaran Quran kemudian bersusah payah menggali makna ayat-ayat tersembunyi (bahasa arabnya apa ya, mutasyabihat?) hanya untuk membuktikannya? Yang saya pahami Baginda Rasul mensyiarkan Quran adalah dengan meleburkannya ke dalam kepribadian beliau, bukan dengan mengutak-atik misteri ayat-ayatnya.
Tentu saja RasuluLlah SAW faham betul tentang makna angka 19 ini. Namun pada zaman Rasul SAW dan para sahabat, tabi'in (generasi sesudah sahabat) tab'ittabi'in (generasi sesudah tabi'in) dan generasi selanjutnya, tidak ada orang kafir yang mengganggu, mengusik keotentikan Al-Quran. Tetapi setelah itu, dalam perjalanan waktu, dengan hermeneutika, berbilang orang kafir dan pseudo-Muslim telah dengan sengit menyerang keotentikan Al Quran. Pseudo-Muslim dipelopori oleh Nasr Hamid Abu Zayd dari Mesir, yang mengakui pengalamannya belajar di Amerika sungguh-sungguh membawa hasil. Ia berucap: "Hermeneutics, the science of interpreting texts, opened up a brand-new world for me. I owe much of my understanding of hermeneutics to opportunities offered me during my brief sojourn in the United States".
Seperti anak kecil yang baru dapat pistol mainan, ia segera mencari sasaran tembak di sekitarnya. Kalau pisau hermeneutika bisa dipakai untuk membedah Bibel, maka tentu itu dapat pula digunakan untuk mengkritisi Al Quran. Bukankah keduanya itu sama, sama-sama kitab suci. Demikian logika Abu Zayd yang memakai asas paralelisme. Dengan pengungkapan mathematical interlock system kelipatan 19, maka itu merupakan senjata yang sangat ampuh untuk melumpuhkan dan menyungkurkan serangan peluru hermeneutikan itu. Sedikit ilustrasi di bawah:
Arthur Jeffery, orientalis campuran Australia-Amerika menulis:
Sura I of the Koran bears on its face evidence that it was not originally part of the text..... [The Muslim World, Volume 29 (1939), pp. 158-162. The Text of the Qur'an Answering Islam Home Page]
Luthfi Asysyaukani, dosen di Universitas Paramadina, Jakarta, dan editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal menulis:
Al-Quran mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh para sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan. Kaum Muslim meyakini bahwa Al-Quran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam.
Taufik Adnan Amal, dosen di IAIN (sekarang menjadi UIN) Alauddin Makassar, aktivis jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal, menulis:
Bagi rata-rata sarjana Muslim, "keistimewaan" rasm utsmani merupakan misteri ilahi dan karakter kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini lebih merupakan mitos.
Asumsi spekulasi intelektual dari mendiang Fazlur Rahman, gurunya mendiang Nurcholis Madjid, yaitu bahwa Al Quran adalah "both the Word of God and the word of Muhammad". Asumsi ini bernuansa hermeneutika filosofis. Asumsi ini berpijak pada paradigma (kerangka dasar) bahwa Al Quran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang disaring melalui Nabi Muhammad SAW dan sekaligus diekspresikan dalam tapal batas intelek dan kemampuan linguistiknya. Nabi Muhammad SAW diposisikan sebagai "pengarang" teks Al Quran.
Kalau S. Al Fatihah bukan bagian dari Al Quran, maka jumlah Surah, demikian pula jumlah Basmalah, bukan lagi 114 = 6 x 19, melainkan cuma 113. Alat kontrol sistem 19 dengan mudah melumpuhkan Arthur Jeffery.
Satu kata saja yang diubah hurufnya, seperti kata shalat menurut Rasm 'Utsmaniy: Shad, Lam, Waw, Ta, yang sangat rawan untuk diubah menjadi Shad, Lam, Alif, Ta, seperti dalam teks adzan di layar kaca (siaran TV), maka sistem 19 akan mengontrol. Jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam Surah 2, 3, 7, 13, 29, 30, 31, 32, yaitu 12312 + 8493 + 5871 = 26676 = 1404 x 19. (Ini telah disajikan dalam bentuk tabulasi dalam Seri 699 ybl. Ada salah salin dalam tabulasi tsb, mestinya di Surah 2, jumlah Mim 2195, bukan 2175). Kalau Waw diganti dengan Alif dalam kata shalat, maka akan rusaklah sistem 19 dalam jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam ke-8 Surah yang di atas itu. Sampai sekarang angka 26676 = 1404 x 19, masih tetap bertahan. Itu artinya tidak pernah terjadi copy editing. Angka-angka itu hasil observasi huruf-huruf, jadi bukan mitos dan tidak dijangkau oleh hermeneutika yang hanya membedah kata-kata. Alhasil kegenitan Luthfi Asysyaukani, Taufik Adnan Amal dan Fazlur Rahman secara telak disungkurkan oleh mathematical interlock system kelipatan 19.
Melalui Japri Hamba Allah menulis:
Menurut Ustad dalam Seri 699, saya salin: "Pada umumnya ditafsirkan, bahwa Al-Quran diturunkan pada Hari Al-Furqan, hari bertemunya dua pasukan, yaitu pada Perang Badar. Dan menurut catatan sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan, sehingga Nuzul Al-lQur^an adalah pada 17 Ramadhan." Ustad, ini mana ayatnya yang ditafsirkan itu. Dan dimana pula letak kesalahan angka 17 itu menurut Ustad.
Bukan Ustad (dal), tetapi Ustadz (dzal, dal pakai titik). Ini ayatnya:
-- WMA ANZLNA 'ALY 'ABDNA YWM ALFRQN YWM ALTQAY ALJM'AN (S. ALAMFAL, 8:41), dibaca: wa ma- anzalna- 'ala- 'abdina- yawmal furqa-na yawmal taqal jam'a-n, artinya: dan (beriman kepada) apa yang kuturunkan kepada hambaku (Muhammad) pada Hari Al Furqaan, hari bertemunya dua pasukan.
Letak salahnya, yang di Indonesia ini secara resmi "ngotot" dianut angka 17 itu, ialah pada orang yang mencatat kejadian Perang Badar, entah siapa orangnya pencatat itu. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 30 Oktober 2005
30 Oktober 2005
[+/-] |
700. Pertanyaan Tentang Angka 19 dan 17 |
23 Oktober 2005
[+/-] |
699. Al-Quran dan Al-Kitab |
Kolom ini bertitik tolak dari Peringatan Isra-Mi'raj di Masjid Al-Munajah Al-Ardh dan Acara Milad ke-5 KPPSI Sulsel, dirangkaikan dengan Peringatan Nuzul Al-Quran di Masjid Raya Makassar. Ada kontradiksi di antara kedua peringatan itu. Mengapa? Pembicara di Masjid Al-Munajah Al-Ardh dalam uraiannya ttg Isra-Mi'raj, sempat menyatakan: Al-Quran yang diturunkan pada 17 Ramadhan di Gua Hira adalah Al-Quran rahasia, dan hanya dapat ditafsirkan setelah mengetahui rahasia titik Nun dan titik Ba. Al-Quran tahasia itu katanya sama sekali bukan Al-Quran yang kemudian dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, yaitu yang tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup/penentu/penunjuk. Sedangkan KPPSI sesuai dengan nama yang disandang organisasi ini adalah menegakkan Syari'at Islam menurut AL-Quran yang 114 Surah dan 30 Juz.
Tidak ada itu rahasia titik Nun dan titik Ba, itu omong kosong. Pada zaman Nabi SAW dan Al-Khulafa Al-Rasyidun Nun dan Ba belum punya titik, baru mempeoleh titik, jauh di belakang hari. Abdul Malik bin Marwan menugaskan Al Hajjaj bin Yusuf untuk memberikan titik sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya (misalnya Ba; dengan satu titik di bawah, Ta; dengan dua titik di atas, Tsa; dengan tiga titik di atas, Nun; dengan satu titik di atas, dsb). Pada masa itu Al Hajjaj minta bantuan kepada Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar. Peletakan baris atau tanda baca (i'rab) seperti: Dhammah, Fathah, Kasrah, Sukun, Tasydid dan tanda panjang, mengikuti cara pemberian baris yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy.
Pembicara di Masjid Al-Munajah Al-Ardh sudah menyelewengkan dan keluar jalur ajaran Islam dengan menyatakan ada Al-Quran rahasia, sama berat dengan penyelewengan Ahmadiyah Qadiyan yang keluar jalur ajaran Islam dengan mengatakan ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Tidak ada itu Al-Quran rahasia, seperti juga tidak ada itu nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
Apa itu Al-Quran, apa itu Al-Kitab? Al-Quran artinya bacaan, akar katanya [Qaf-Ra-Alif = baca]. Al-Quran adalah bacaan, yaitu wahyu berupa ayat verbal yang dibacakan berupa suara yang didengar oleh telinga. Al-Kitab artinya tulisan, teks, akar katanya [Kef-Ta-Ba = tulis]. Nabi SAW setelah menerima wahyu berupa ayat verbal, dibaca oleh Nabi SAW, kemudian beliau memetintahkan kepada para juru tulis beliau untuk dituliskan, dan itulah Al-Kitab atau Teks yang dapat dilihat oleh mata. Jadi Al-Quran didengar oleh telinga dan Al-Kitab dilihat oleh mata. Itulah sebabnya dikatakan Nuzul Al-Quran, karena Nabi SAW mendengarkan Jibril AS memperdengarkan S. Al-'Alaq ayat 1-5 kepada telinga beliau di Gua Hira pada waktu malam dalam bulan Ramadhan, bukan pada malam ke-17. Akan dijelaskan di bawah.
Baik Al-Quran maupun Al-Kitab dijaga Allah keotentikannya. Al-Quran diingat dalam kepala oleh para Qari Penghafal Al-Quran. Di Pesantren Putera IMMIM Tamalanrea ada seorang, yaitu Al-Ustadz Junaid Marjuni. Jadi Al-Quran terpelihara keotentikannya dalam kepala para Penghafal Al-Quran. Al-Kitab dijaga keotentikannya oleh alat kontrol sistem keterkaitan matematis kelipatan 19.
- A-L-M[1] . DzLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN[2] (S. ALBQRt 2:1-2), dibaca: alif, lam, mim . dza-likal kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqiyn, artinya: Alif, lam, mim[ayat-1]. Itulah Al Kitab tiada keraguan di dalamnya petunjuk bagi para muttaqin[ayat-2].
Ayat (2:1) alif-lam-mim adalah kode matematis
Surah | mim | lam | alif |
Al Baqarah | 2195 | 3204 | 4592 |
Ali 'Imran | 1251 | 1885 | 2578 |
Al A'raf | 1165 | 1523 | 2572 |
Ar Ra'd | 260 | 479 | 625 |
Al 'Ankabut | 347 | 554 | 784 |
Ar Rum | 318 | 396 | 545 |
Luqman | 177 | 298 | 348 |
As Sajadah | 158 | 154 | 268 |
Jumlah | 5871 | + 8493 + | 12312 |
= 26676 = 1404 x 19 |
Dalam ayat (2:2) ada tanda tiga titik (seperti titik pada huruf 'tsa' dan 'syin') terletak diatas kata "RYB" dan "FYH". Tanda tiga titik diatas dua kata tsb dalam ayat (2:2) menunjukkan mu'jizat lughawiyah, yaitu ayat (2:2) dapat bermakna dua yg keduanya mempunyai keutamaan masing-masing. Ada dua cara dalam membaca ayat (2:2) tersebut, yaitu dapat berhenti pada kata RYB, dan dapat pula berhenti pada kata FYH. Kedua cara bacaan tersebut menghasilkan penekanan dalam bobot yang berbeda, namun yang satu dengan yang lain saling bersinergi, saling mengisi. Kita fokuskan pada cara membaca yang pertama ini. Cara membaca yang pertama, berhenti pada kata RYB: Dza-likal kita-bu la- rayba, berhenti sebentar kemudian dilanjutkan dengan fi-hi hudal lil muttaqi-n. Cara membaca yang pertama ini bobotnya pada penegasan dari Allah SWT bahwa tiada keraguan bahwa Al Kitab bersumber dari Allah SWT. Mustahil ada manusia yang sanggup menulis buku yang menghasilkan seperti tabulasi di atas itu. Dan adalah suatu fakta bahwa tabulasi itu dapat bertahan hingga sekarang ini dan yang akan datang. Ada saja perubahan kata bahkan huruf dalam Al-Kitab, maka tabulasi di atas itu akan rusak. Itulah caranya Allah SWT memelihara keotentikan Teks Al-Kitab.
Pada umumnya ditafsirkan, bahwa Al-Quran diturunkan pada Hari Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan, yaitu pada Perang Badar. Dan menurut catatan sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan, sehingga Nuzul Al-lQur^an adalah pada 17 Ramadhan. Mari kita test penafsiran ini terhadap ayat yang lain dan Hadits shahih. Bahwa Al Qur^an diturunkan dalam bulan Ramadhan itu benar, sebab hal itu dibenarkan oleh ayat:
-- SyHR RMDhAN ALDzY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBQRt, 2:185), dibaca: syahru ramadha-nal ladzi- unzila fi-hil Qur^a-n, artinya: Bulan Ramadhan yaitu diturunkan di dalamnya Al-Quran.
-- ANA ANZLNH FY LYLt ALQDR (S. ALQDR, 97:1), dibaca: inna- ansalna-hu fi- lailatil qadri, artinya: Sesungguhnya Kami turunkan dia (Al-Quran) pada malam Qadr.
-- Taharraw Laylata lQadri fi l'Asyri lAwaakhir Min Ramadhaan [Rawahu Bukhariy], artinya: Carilah olehmu Malam Qadar pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan [HR Bukhari].
Bilangan 17 tidak termasuk dalam daerah antara 21 dengan 30, kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30 hari, atau di antara 20 dengan 29, kalau bulan Ramadhan itu hanya terdiri dari 29 hari. Hasil test menolak penafsiran tanggal 17 Ramadhan. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 23 Oktober 2005
16 Oktober 2005
[+/-] |
698. Gerhana Matahari Cincin dan Rukyah |
Kita saksikan pada bola langit matahari dan bulan ibarat dua orang atlet berlomba lari. Dalam perlombaan itu matahari lebih cepat sedikit dari bulan. Pada waktu atlet matahari sedang berpapasan dengan bulan dalam ilmu falak disebut dalam keadaan ijtima' atau conjuction. Atlet matahari bergeser ke utara dan selatan, sehingga jarak titik terbenam bulan dengan titik terbenam matahari bervariasi. Kalau titik terbenam matahari berimpit dengan titik terbenam bulan pada waktu terjadi ijtima' maka bulan menutup matahari, terjadilah gerhana matahari penuh. Inilah yang terjadi pada hari Senin 3 Oktober 2005 dan dapat disaksikan gerhana berbentuk cincin yang lama. Mengapa berbentuk cincin?, karena pada waktu itu bulan sedang pada jarak yang cukup jauh dari bumi (orbit bulan agak lomjong), sehingga bulan tampak menjadi kekecilan, tidak dapat seluruhnya menutup matahari. Namun bagi penduduk di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) belumlah sempat kelihatan bentuk cicin itu, karena kedua benda langit tersebut keburu tenggelam, sehingga hanya sebagian piringan matahari bagian bawah yang ditutup oleh buian atas piringan bulan. Maka bagi penduduk di NAD bulan lebih dahulu terbenam dari matahari, sehingga tatkala bulan terbenam seluruhnya, matahari masih ada sebahagian di atas ufuk, itu berarti belum wujud bulan baru (hilal) di NAD. Pada malam Selasa itu di NAD masih bulan Sya'ban. Inilah yang unik. Di NAD orang dapat meru'yah bulan, namun hilal belumlah wujud. Malam Rabu barulah masuk 1 Ramadhan.
Makin ke barat atlet matahari makin mempunyai kesempatan mendahului atlet bulan terbenam. Maka di Makkah atlet matahari sudah meninggalkan atlet bulan di belakangnya. Atlet matahari lebih dahulu terbenam, meninggalkan atlet bulan di atas ufuk, maka wujudlah hilal di Makkah. Malam Selasa masuklah 1 Ramadhan. Maka demikianlah di Makkah orang lebih dahulu satu hari berpuasa.
Adapun di sebelah timur NAD, termasuk di Makassar ini atlet matahari belumlah menyusul atlet bulan, artinya atlet matahari masih ada di belakang, sehingga atlet bulan lebih dahulu terbenam, hilal belumlah wujud, malam Selasa masih bulan Sya'ban, maka malam Rabu barulah masuk 1 Ramadhan. Kita yakin betul para pakar dalam Lembaga rukyah dan hisab di Makassar ini, sangat faham betul bahwa pada malam Selasa itu di Makassar ini hilal belum wujud, karena gerhana matahari itu sudah dipublikasikan secara luas oleh media grafika, di NAD orang sudah merukyah bulan, namun hilal belumlah wujud, seperti dipaparkan di atas.
***
Sabda RasuluLlahi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: Man Shaama Ramadhaana Iymanan waHtisaaban Ghufiralahu Maa Taqaddama min Dzanbihi. Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan introspeksi diampuni dosanya yang telah lalu.
Maka introspeksi itu antara lain, buat apa kita di Makassar ini pergi merukyah bulan, pergi makan-makan dan membagi-bagi emplop, bukankah anggaran untuk merukyah itu lebih patut dialihkan oleh Panitia menjadi "subsidi rukyah" mengikuti jejak kebijakan "subsidi BBM" bagi fakir muskin? Dalam konteks melacak fakir miskin yang berhak memperolah "subsidi BBN" ini, saya menyatakan protes kepada yang bertugas melacak daerah sebelah belakang (timur) STM jalan Sunu. Mengapa saya protes, karena saya tahu berul seorang hamba Allah yang malang bernama Bacok Bassek, yang rumahnya antara STN dengan Masjid Syura, ia miskin, buta kedua matanya, kaki kanannya telah buntung bekas amputasi, kaki kirinya sudah hampir lumpuh seluruhnya, bukan pensiunan, tidak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan rezeki dari "subsidi BBM". Oleh sebab itu wahai para petugas yang melacak fakir miskin dalam konteks "subsidi BBM", perlulah introspeksi, hindarkanlah diri dari YKDzB BALDYN, dibaca yukadzdzibu biddi-n, artinya mendustakan agama, karena salah satu kriteria mendustakan agama adalah:
-- WLA YhDh ALY Rh'AAM ALMSKYN (S. ALMA'AWN, 107:3), dibaca: wala- yahudhdhu 'ala- tha'a-mil miski-n (s. alma-'u-n), artinya: Dan tiada menyuruh memberi makan orang-orang miskin. "Tiada menyuruh", artinya membiarkan fakir miskin yang berhak mendapatkan rezeki dari "subsidi BBM", tidak terlacak. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 16 Oktober 2005
9 Oktober 2005
[+/-] |
697. Sekali Lagi Fatwa MUI |
Fatwa MUI no.7, mengharamkan pluralisme, sekularisme dan iberalisme. Adapun pengusung pluralisme, sekularisme dan liberalisme adalah kelompok yang menamakan dirinya Islam Liberal, yang dalam kolom ini saya sebutkan Firqah Liberal. Apa yang diharamkan itu dalam kolom ini dipebincangkan dalam tataran akademik. Penulis kolom ini menantang para pengusung JIL untuk menulis artikel tandingan. Tidak melayani tanggapan sporadis.
Gagasan-gagasan Firqah Liberal dengan pendekatan non-literal yang kontekstual hanya terhadap situasi kontemporer tidak menghasilkan yang konseptual. Mengapa? Karena para pemikir Firqah Liberal, tidak memakai pendekatan nizam (sistem). Para pemikir Firqah Liberal mengangkat isu-isu seperti demokrasi, kebebasan individual, sekulerisme (pemisahan agama dari partai politik), kesetaraan gender dan pluralisme, hanya secara parsial dan sporadis. Seharusnya pendekatan kontekstual itu bukan hanya terhadap situasi yang kontemporer, dengan isu-isu yang disebutkan itu melainkan harus kontektual terhadap sistem dunia. Situasi kontemporer hanya sub-sistem dari sistem dunia. Itulah sebabnya para pemikir Firqah Liberal tidak mampu menghasilkan yang konseptual. Karena tidak konseptualnya itu membuahkan antara lain gagasan yang serampangan dan memberi dampak negatif pada masyarakat.
Metode berpikir para pemikir Firqah Liberal dengan pendekatan kontekstual terhadap isu-isu kontemporer seperti disebutkan di atas yang dilempar secara parsial dan sporadis tidak mampu diterapkan secara kontekstual terhadap Sistem Dunia seperti yang dipaparkan di bawah:

- AS = Alam Sekitar
- SA = Sumberdaya Alam
- LH = Lingkungan Hidup
- IPA = Ilmu Pengetahuan Alam
- Tek = Teknologi
- SS = Sistem Sosial
- 1-2 = informasi untuk IPA
- 3-4 = SunnatuLlah untuk Tek
- 5-6 = pelayanan untuk SS
- 7-2 = pemberian nilai pada IPA
- 8-9 = pemanfaatan untuk SS
- 5-10 = dampak negatif pada LH
Alam Sekitar (AS) adalah alam yang belum dijamah manusia, kecuali untuk sumber informasi bagi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tetapi itu tidak berarti bebas nilai, oleh karena sudah menyentuh keinginan manusia, yaitu dipilih sebagai sumber informasi untuk IPA. Jadi sejak semula IPA itu tidaklah bebas nilai. Awan di udara adalah AS, sumber informasi, diungkapkan oleh IPA bagaimana terjadinya hujan. Tidak bebas nilai oleh karena dipilih untuk dikaji. Di sini ada aliran informasi dari AS ke IPA (aliran 1-2) yang hasilnya adalah pengungkapan TaqdiruLlah. Selanjutnya aliran 3-4 dari IPA ke Teknologi (Tek) bermakna bahwa luaran IPA berupa pengungkapan TaqdiruLlah menjadi masukan Tek untuk meningkatkan efisiensi, unjuk-kerja dan kekuatan konstruksi. Misalnya pengungkapan TaqdiruLlah termodinamika dan pengantar kalor dapat meningkatkan efisiensi mesin-mesin kalor serta unjuk-kerja mesin-mesin pendingin; ilmu logam dan metalurgi dapat meningkatkan daya tahan konstruksi terhadap beban mekanis maupun beban kalor.
Sumberdaya Alam (SA), adalah alam yang sudah sarat dengan nilai, dengan keinginan manusia untuk memanfaatkannya. Awan yang bergumpal-gumpal di udara yang ditabur dengan es kering atau iodida perak adalah SA, hujan dimanfaatkan untuk kebutuhan air manusia. Di sini terjadi aliran pemanfaatan (8-9) dari SA ke Sistem Sosial (SS), atau lengkapnya Sistem Politik Ekonomi Sosial Budaya Pertahanan Keamanan (Poleksosbudhankam).
Lingkungan Hidup (LH), adalah alam yang mempunyai ciri yang disebut hidup. Pengertian hidup di sini jangan dikacaukan dengan makna hidup yang hakiki. Sangat sederhana pengertiannya, yaitu makhluk Allah yang dapat makan (termasuk minum dan bernafas), mengeluarkan kotoran, bertumbuh dan berkembang biak. Maka termasuklah di dalamnya tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Di sini terjadi aliran dampak negatif, perusakan, dari Tek ke LH (aliran 5-10). Perusakan itu berupa pencemaran antara lain misalnya seperti pencemaran udara oleh hasil pembakaran yaitu CO2, yang mengakibatkan efek rumah kaca, yaitu terperangkapnya panas matahari dalam ruang antara permukaan bumi dengan lapisan CO2 itu, ibarat terperangkapnya panas dalam rumah kaca. Ini mengakibatkan suhu global naik, gumpalan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair, yang dampak terakhirnya permukaan laut naik.
Di samping aliran-aliran yang disebut di atas, ada pula aliran pelayanan dari Tek ke SS (aliran 5-6), yang bermakna mempermudah dan meningkatkan kwalitas kehidupan material. Terdapat pula aliran pemberian nilai dari SS ke IPA (aliran 7-2). Aliran terbalik dari SS ke Tek (aliran 6-5) yang sifatnya mengubah Tek menjadi apa yang kita sebut Teknologi Tepat Guna (TTG). Mengapa aliran 6-5 yang bermakna memodifikasi Tek agar menjadi TTG itu perlu, oleh karena Tek itu dapat memberikan dampak negatif terhadap SS, yaitu dapat menjadi penyebab terjadinya jurang antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil, yang besar tambah meraksasa, yang kecil makin kerdil. Aliran terbalik dari Tek ke IPA (aliran 4-3) sifatnya sebagai tekanan dari Tek terhadap IPA, artinya Tek membutuhkan pengungkapan TaqdiruLlah oleh IPA untuk efisiensi. Misalnya setelah ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dibutuhkan ilmu baru untuk efisiensi mesin uap itu. Lalu didapatkanlah termodinamika dan pengantar kalor, yang kemudian aliran berbalik pula dari 3 ke 4 seperti telah diterangkan di atas itu. Aliran terbalik dari IPA ke SS (aliran 2-7), berupa pengaruh. IPA yang maju dapat memberi pengaruh kepada masyarakat untuk menjadi masyarakat ilmiyah. Makin maju IPA makin meningkat kecenderungan suatu masyarakat menjadi masyarakat ilmiyah, minimal masyarakat kampus.
Demikianlah, dengan model di atas itu kita perkenalkan tiga macam aliran. Pertama, aliran satu arah yang terbuka: AS ke IPA ke Tek ke LH (1-2-3-4-5-10). Kedua, aliran satu arah yang tertutup: SA ke SS (8-9). Ketiga, aliran tertutup yang melingkar: SS ke IPA ke Tek kembali ke SS ((7-2-3-4-5-6-7) dan arus baliknya dari SS ke Tek ke IPA kembali ke SS. Diagram aliran dalam gambar di atas itu dapat memberikan penjelasan yang lebih terang.
Aliran-aliran itu saling berkorelasi, saling mempengaruhi. Contohnya, makin terarah nilai yang diberikan oleh SS pada IPA, makin selektif pemilihan materi AS yang dikaji oleh IPA, makin relevan jenis TaqdiruLlah yang diungkapkan untuk meningkatkan mutu Tek yang dihasilkan, makin berguna Tek itu bagi SS dan makin kurang pula dampak negatif Tek terhadap LH. Contoh ini menunjukkan korelasi aliran 7-2, aliran 1-2, aliran 3-4, aliran 5-6 dan aliran 5-10. Makin serakah SS menghabiskan SD yang berupa bahan bakar (termasuk balap mobil dalam olah raga), makin menebal lapisan CO2, yang berakibat makin memuncaknya globalisasi pencemaran thermal oleh efek rumah kaca, makin besar dampak negatif Tek terhadap LH. Contoh itu memperlihatkan korelasi antara aliran 8-9 dengan aliran 5-10.
Di manakah letak manusia dalam model Sistem Dunia di atas itu? Pertama, manusia menempati Alam Sekitar sebagai sumber informasi bagi Ilmu Pengetahuan Alam. Misalnya pengkajian pembuahan sperma terhadap sel telur di luar rahim manusia, yang menghasilkan teknologi bayi tabung. Kedua, manusia menempati Sumberdaya Alam, karena tenaga otak dan ototnya dimanfaatkan untuk Sistem Sosial. Ketiga, manusia menempati Lingkungan Hidup, karena manusia adalah makhluk hidup yang menderita dampak negatif dari Teknologi. Keempat, manusia menempati Sistem Sosial, karena manusia adalah anggota sistem tersebut. Dan yang kelima, inilah yang terpenting, manusia menempati aliran tertutup yang melingkar. Di situlah manusia yang Ulu lAlba-b, yang berdzikir dan berpikir, berfungsi sebagai Khalifah Allah di atas permukaan bumi, memberikan nilai pada aliran tersebut. Misalnya dalam pemilihan tentang sumber informasi dari Alam Sekitar yang mana sajakah yang bernilai untuk dikaji. Apakah ada nilainya pengkajian pembuahan sel telur oleh sperma di luar rahim, yang menghasilkan Teknologi bayi tabung dan Teknologi bank sperma. Sikap hidup yang bagaiamana yang harus dipilih sehingga Sistem Sosial dapat berhemat Sumber Daya Alam. Teknologi yang bagaimana yang harus diterapkan sehingga dampak negatifnya terhadap Lingkungan Hidup dapat diperkecil sekecil-kecil mungkin. WaLlahu a'lamu bosshawab.
*** Makassar, 9 Oktober 2005
1 Oktober 2005
[+/-] |
696. Virus Influenza Burung dan Babi Sebagai Bioreaktor |
Seperti diketahui dari pemberitaan di mas media, virus flu burung ini menyerang saluran pernapasan. Sehingga elok kiranya perbincangan dimulai dengan seluk-beluk virus bersangkutan ala kadarnya. Maraji' (reference) perbincangan virus ini diambil dari makalah seminar "Virusinfektionen : Respirationstrakt, Nervensystem, Haut" oleh para mahasiswa jurusan Ilmu Virus (Virologie) di Universitätklinikum Heidelberg, Jerman.
Syahdan, virus yang menyerang saluran pernapasan ada beberapa macam, antara lain seperti berikut:
- Grippale Infekt (Influenza biasa disertai demam) : Rhino Virus, Corona Virus, Adeno Virus.
- Influenza (Virusgrippe) : Influenza Virus.
- Organ yang diserang oleh virus-virus kategori no.1 meliputi hidung dan tenggorokan, sedangkan virus kategori no.2 menyerang seluruh organ.
- Tahap awal penyakit akibat virus kategori no. 1 lazimnya perlahan lahan dan bertahap, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh virus kategori no.2 adalah secara spontan.
- Suhu badan si penderita yang terinfeksi virus kategori no.1 lazimnya perlahan-lahan naik sampai 38°C. Sedangkan penderita penyakit akibat virus kategori no.2 panasnya relatif tinggi hingga melewati 38° sampai 41°C.
- Dan yang paling membedakan adalah penyakit akibat virus no.1 jarang disertai dengan komplikasi, namun penyakit akibat infeksi virus kategori no.2 disertai dengan bronchitis, pneumonie, otitis media, biokarditis.
Adapun morfologie dan struktur serta jenis-jenis virus influenza secara singkat dapat dipaparkan sbb: Virus influenza berasal dari Famili Orthomyxovirida. Virus ini berdiameter 80 - 120 nanometer. Di dalamnya mengandung RNA yang di kelilingi oleh lapisan Nukleoprotein. Lapisan luarnya terdiri atas lipida yang terdiri atas Haemaglutinin (H: H1,H2 etc.) dan Neuraminidase (N: N1,N2 etc.). Sedangkan jenis-jenisnya:
- Influenza A: Virus yang paling sering muncul, sangat variable (bervariasi, dapat bermutasi).
- Influenza B: Perantara virus ini hanya manusia, lebih sedikit variable di banding virus A.
- Influenza C: jarang, hanya terjadi pada manusia, tidak berbahaya.
Virus jenis seperti yang terakhir disebut di atas (H5N1), yaitu yang timbul dari proses reassortment itulah yang akhir-akhir ini menjadi pandemi di Hongkong, Vietnam dan di negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia muncul karena proses tersebut. Itulah dia influenza burung, disingkat Flu Burung.
Menurut penelitian Universitätsklinikum Heidelberg, virus influenza A pada unggas (H1N1 thn 1979) dan virus influenza A pada manusia (H3N2 thn 1968) berubah bentuk dengan proses reassortment genetik yang berlangsung di dalam kerongkongan babi. Itulah dia babi sebagai Bioreaktor tempat virus bermutasi/dimutasikan, maka muncullah jenis virus baru, yang mutan dan immun terhadap segala macam serum yang kita miliki. Virus jenis baru ini yang patogen (merugikan) pada manusia dan hewan, itulah dia virus Flu Burung yang semenatara ini berjaya menjadi mekanisme Malak a-Naut, menyebabkan kematian pada manusia.
***
Sebenarnya babi sebagai Bioreaktor atau Mixing Vessel telah diperbincangkan dalam Seri 591, berjudul "Hikmah Haramnya Babi". Baiklah kita cuplik paragraf pertama dan akhir:
Paragraf pertama, Firman Allah:
-- ANMA hRM 'ALYKM ALMYTt WALDM WLhM ALKHNZYR (S.ALBQRt, 173), dibaca: innama- harrama 'alaykumul maytata waddama walahmal khinzi-r (s. albaqarah), artinya: Sesungguhnya diharamkan bagimu bangkai dan darah dan daging babi (2:173). Yang dimaksud dengan lahmul khinzi-r (lahmun = daging, al khinzi-ru = babi) adalah babi yang telah dipotong-potong (pork) dan al khinzi-r adalah babi seutuhnya (pig). Jadi jangan pula ada yang mau bersilat kata, bahwa yang haram cuma dagingnya, sedangkan jangat, sum-sum dan tulangnya tidak.
Paragraf akhir, Alhasil, perlu diinternasionalisasikan, dan setiap negara mensosialisasikan diagram di bawah ini:

Semua perintah dan larangan Allah ada hikmahnya. Oleh sebab itu walaupun tidak/belum tahu hikmah perintah dan larangan Allah itu, maka kerjakanlah semua perintah Allah, hindarilah semua yang diharamkan Allah, itulah yang disebut TAQWA (dari akar Waw-Qaf-Ya, artinya terpelihara). Bagaimana caranya berupaya agar menjadi taqwa? Modalnya adalah Iman. Firman Allah:
-- YAaYHA ALDZYN AMNWA KTB 'ALYKM ALSHYAM KMA KTB 'ALY ALDZYN MN QBLKM L'ALKM TTQWN (S. ALBQRt, 2:184), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- kutiba 'alaikumush shiya-mu kama- kutiba 'alal ladzi-na ming qablikum la'allkum tattaqu-n, artinya: Hai orang-orang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.
Jadi menurut ayat (2:184) dengan bermodalkan iman, taqwa bisa dicapai dengan jalan berpuasa.
Secara diagram dapat disajikan sbb:

Malam Rabu, begitu matahari terbenam masuklah 1 Ramadhan 1426, sehingga besoknya 5 Oktober 2005, dimulailah berpuasa. Selamat berpuasa bermodalkan iman menuju taqwa. Taqabbala Lla-hu minnaa wa minkum. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 1 Oktober 2005