23 Oktober 2005

699. Al-Quran dan Al-Kitab

Kolom ini bertitik tolak dari Peringatan Isra-Mi'raj di Masjid Al-Munajah Al-Ardh dan Acara Milad ke-5 KPPSI Sulsel, dirangkaikan dengan Peringatan Nuzul Al-Quran di Masjid Raya Makassar. Ada kontradiksi di antara kedua peringatan itu. Mengapa? Pembicara di Masjid Al-Munajah Al-Ardh dalam uraiannya ttg Isra-Mi'raj, sempat menyatakan: Al-Quran yang diturunkan pada 17 Ramadhan di Gua Hira adalah Al-Quran rahasia, dan hanya dapat ditafsirkan setelah mengetahui rahasia titik Nun dan titik Ba. Al-Quran tahasia itu katanya sama sekali bukan Al-Quran yang kemudian dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, yaitu yang tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup/penentu/penunjuk. Sedangkan KPPSI sesuai dengan nama yang disandang organisasi ini adalah menegakkan Syari'at Islam menurut AL-Quran yang 114 Surah dan 30 Juz.

Tidak ada itu rahasia titik Nun dan titik Ba, itu omong kosong. Pada zaman Nabi SAW dan Al-Khulafa Al-Rasyidun Nun dan Ba belum punya titik, baru mempeoleh titik, jauh di belakang hari. Abdul Malik bin Marwan menugaskan Al Hajjaj bin Yusuf untuk memberikan titik sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya (misalnya Ba; dengan satu titik di bawah, Ta; dengan dua titik di atas, Tsa; dengan tiga titik di atas, Nun; dengan satu titik di atas, dsb). Pada masa itu Al Hajjaj minta bantuan kepada Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar. Peletakan baris atau tanda baca (i'rab) seperti: Dhammah, Fathah, Kasrah, Sukun, Tasydid dan tanda panjang, mengikuti cara pemberian baris yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy.

Pembicara di Masjid Al-Munajah Al-Ardh sudah menyelewengkan dan keluar jalur ajaran Islam dengan menyatakan ada Al-Quran rahasia, sama berat dengan penyelewengan Ahmadiyah Qadiyan yang keluar jalur ajaran Islam dengan mengatakan ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Tidak ada itu Al-Quran rahasia, seperti juga tidak ada itu nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Apa itu Al-Quran, apa itu Al-Kitab? Al-Quran artinya bacaan, akar katanya [Qaf-Ra-Alif = baca]. Al-Quran adalah bacaan, yaitu wahyu berupa ayat verbal yang dibacakan berupa suara yang didengar oleh telinga. Al-Kitab artinya tulisan, teks, akar katanya [Kef-Ta-Ba = tulis]. Nabi SAW setelah menerima wahyu berupa ayat verbal, dibaca oleh Nabi SAW, kemudian beliau memetintahkan kepada para juru tulis beliau untuk dituliskan, dan itulah Al-Kitab atau Teks yang dapat dilihat oleh mata. Jadi Al-Quran didengar oleh telinga dan Al-Kitab dilihat oleh mata. Itulah sebabnya dikatakan Nuzul Al-Quran, karena Nabi SAW mendengarkan Jibril AS memperdengarkan S. Al-'Alaq ayat 1-5 kepada telinga beliau di Gua Hira pada waktu malam dalam bulan Ramadhan, bukan pada malam ke-17. Akan dijelaskan di bawah.

Baik Al-Quran maupun Al-Kitab dijaga Allah keotentikannya. Al-Quran diingat dalam kepala oleh para Qari Penghafal Al-Quran. Di Pesantren Putera IMMIM Tamalanrea ada seorang, yaitu Al-Ustadz Junaid Marjuni. Jadi Al-Quran terpelihara keotentikannya dalam kepala para Penghafal Al-Quran. Al-Kitab dijaga keotentikannya oleh alat kontrol sistem keterkaitan matematis kelipatan 19.
- A-L-M[1] . DzLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN[2] (S. ALBQRt 2:1-2), dibaca: alif, lam, mim . dza-likal kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqiyn, artinya: Alif, lam, mim[ayat-1]. Itulah Al Kitab tiada keraguan di dalamnya petunjuk bagi para muttaqin[ayat-2].

Ayat (2:1) alif-lam-mim adalah kode matematis

Surahmimlamalif
Al Baqarah2195 3204 4592
Ali 'Imran1251 1885 2578
Al A'raf1165 1523 2572
Ar Ra'd260 479 625
Al 'Ankabut 347 554 784
Ar Rum318 396 545
Luqman 177 298 348
As Sajadah158 154 268
Jumlah 5871+ 8493 +12312
= 26676 = 1404 x 19

Dalam ayat (2:2) ada tanda tiga titik (seperti titik pada huruf 'tsa' dan 'syin') terletak diatas kata "RYB" dan "FYH". Tanda tiga titik diatas dua kata tsb dalam ayat (2:2) menunjukkan mu'jizat lughawiyah, yaitu ayat (2:2) dapat bermakna dua yg keduanya mempunyai keutamaan masing-masing. Ada dua cara dalam membaca ayat (2:2) tersebut, yaitu dapat berhenti pada kata RYB, dan dapat pula berhenti pada kata FYH. Kedua cara bacaan tersebut menghasilkan penekanan dalam bobot yang berbeda, namun yang satu dengan yang lain saling bersinergi, saling mengisi. Kita fokuskan pada cara membaca yang pertama ini. Cara membaca yang pertama, berhenti pada kata RYB: Dza-likal kita-bu la- rayba, berhenti sebentar kemudian dilanjutkan dengan fi-hi hudal lil muttaqi-n. Cara membaca yang pertama ini bobotnya pada penegasan dari Allah SWT bahwa tiada keraguan bahwa Al Kitab bersumber dari Allah SWT. Mustahil ada manusia yang sanggup menulis buku yang menghasilkan seperti tabulasi di atas itu. Dan adalah suatu fakta bahwa tabulasi itu dapat bertahan hingga sekarang ini dan yang akan datang. Ada saja perubahan kata bahkan huruf dalam Al-Kitab, maka tabulasi di atas itu akan rusak. Itulah caranya Allah SWT memelihara keotentikan Teks Al-Kitab.

Pada umumnya ditafsirkan, bahwa Al-Quran diturunkan pada Hari Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan, yaitu pada Perang Badar. Dan menurut catatan sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan, sehingga Nuzul Al-lQur^an adalah pada 17 Ramadhan. Mari kita test penafsiran ini terhadap ayat yang lain dan Hadits shahih. Bahwa Al Qur^an diturunkan dalam bulan Ramadhan itu benar, sebab hal itu dibenarkan oleh ayat:
-- SyHR RMDhAN ALDzY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBQRt, 2:185), dibaca: syahru ramadha-nal ladzi- unzila fi-hil Qur^a-n, artinya: Bulan Ramadhan yaitu diturunkan di dalamnya Al-Quran.
-- ANA ANZLNH FY LYLt ALQDR (S. ALQDR, 97:1), dibaca: inna- ansalna-hu fi- lailatil qadri, artinya: Sesungguhnya Kami turunkan dia (Al-Quran) pada malam Qadr.
-- Taharraw Laylata lQadri fi l'Asyri lAwaakhir Min Ramadhaan [Rawahu Bukhariy], artinya: Carilah olehmu Malam Qadar pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan [HR Bukhari].

Bilangan 17 tidak termasuk dalam daerah antara 21 dengan 30, kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30 hari, atau di antara 20 dengan 29, kalau bulan Ramadhan itu hanya terdiri dari 29 hari. Hasil test menolak penafsiran tanggal 17 Ramadhan. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 Oktober 2005