19 Februari 2006

715. Yang Berada di Belakang Kartun Penghinaan itu

Saya kutip dialog di cyber space spb:

From: H. M. Nur Abdurrahman [mailto:hmna@telkom.net]
Sent: Monday, February 13, 2006 6:33 AM
To: Agus S. Djamil

Hak kebebasan berekspresi dengan kartun yang bernada penghinaan, haruslah diimbangi pula dengan hak kebebasan berekspresi berupa "tindakan" membalas penghinaan itu oleh yang dihina terhadap "sistem" yang menghina itu. Contoh telaknya: kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW oleh sistem (media, negara) yang merasa berhak bebas berekspresi, imbangannya ialah hak kebebasan berekspresi pula berupa tindakan oleh yang dihina menurut paradigma "seekor kerbau berkubang seluruh kawanan kerbau itu kena lumpurnya".

Wassalam,
HMNA

***

From: Agus S. Djamil
To: H. M. Nur Abdurrahman
Sent: Monday, February 13, 2006 09:10

Ustadz,
Saya setuju dengan Ustadz, tentang "mengimbangi" ini.

Saya melihat masalah kartun Denmark ini tidak terlepas dari continuous warfare yang sedang dijalankan oleh pihak Zionis Amerika. Kenapa justru munculnya penghinaan ini dari Denmark dan Eropa. Bukan dari Amerika dan Inggris?

Kenapa melalui media? kartun? bukannya suatu yang DI LUAR media. Media dunia identik dengan kekuasaan Zionis, yang saat ini sedang bercokol di Amerika. Inilah senjata yang sedang mereka pakai dalam continuous warfare terhadap kita.

Kartun Denmark tidak ubahnya, dan satu paket, dengan Playboy Indonesia, dan upaya barat membeli media-media Indonesia. Amerika bisa tampil bak pahlawan, karena dia bukan culprit yang menerbitkan kartun, meski sesungguhnya mereka juga yang ada dibelakang (media)itu.

Rakyat Eropa yang pada saat serbuan ke Iraq & Afghanistan, berada dalam posisi pasif (dan sebagian justru anti Amerika), kini diterpaksakan (fait a compli) oleh kartun ini dan kemudian diserang oleh negara2 Islam, untuk sharing pandangan orang2 zionis Amerika bahwa "muslim memang common enemy".

Balasan lomba karikatur holocoust dari Iran, mengenai sasaran. Pagi ini saya lihat di berita, Condoleza Rice marah2. Alasan dan argumen dia, kalau tidak bisa kita balikkan sendiri ke mereka, sudah cukup membuka tabir, bahwa skenario kartun ini bersumber dari para neocon di rezim Bush juga.

"Perang" ini sedang dimainkan di segala disiplin ilmu, sektor dan geografis. Indonesia adalah salah satu hotspot dunia yang jadi objek perang mereka. Posisi geografis, geoekonomis dan demografis kita yang paling penting di dunia, mustahil untuk dinegasikan oleh mereka begitu saja.

Wassalamu'alaikum wr wb
Agus S. Djamil

***

Rasulullah SAW tidak marah ketika pergi ke Thaif untuk mengajak penduduknya masuk Islam, padahal banyak diantara mereka yang menyambut beliau dengan cacian, sumpah serapah dan umpatan yang buruk, melempari beliau dengan batu sampai bercucuran darah. Alih-alih marah, beliau malah berdoa antara lain: "Ya Allah berilah petunjuk pada kaumku, karena sesunguhnya mereka belum mengetahui."

Namun penduduk Thaif bukanlah seperti protokol zionis yang punya "power" di belakang media dunia, yang mempunyai tujuan politik. Benar yang dikatakan Agus di atas itu, bahwa masalah kartun Denmark ini tidak terlepas dari continuous warfare yang sedang dijalankan oleh pihak Zionis Amerika, yang tujuan politiknya menterpaksakan Eropa, yang selama ini (kecuali Inggris) pasif dalam meluluh-lantakkan Afghanistan dan Iraq, lalu berubah menjadi aktif berhadapan dengan Islam dan kaum Muslimin sebagai common enemy.

Dalam Seri 446 telah dikemukakan, bahwa seecara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale, Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Theodor Hertzil.

Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan menyebarkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu mempublikasikan sekularisme liberalisme kapitalisme, suatu waktu menebar atheisme komunisme, suatu waktu berselubung agnostik sosialisme. Untuk menebarkan pengaruh internasional, protokol-protokol itu antara lain berisikan perencanaan keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang, pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia. Manusia akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada ditundukkan oleh undang-undang.

Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan seperti berikut: Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang disebut Joyeem, atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut, melainkan ini adalah warisan turun-temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke dalam), yaitu sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini diungkap dalam Al-Quran (transliterasi huruf demi huruf):
-- QALWA LYS 'ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL 'AMRAN, 75), dibaca: qa-lu- laysa 'alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali 'imra-n), artinya:
-- mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (3:75).

Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni, sangatlah menyimpang dari syari'at yang dibawakan oleh Nabi Musa AS. Mereka yang menyimpang inilah yang dimaksud dengan ALMGhDhWB (almaghdhu-b), artinya yang dimurkai dalam Surah Al Fa-tihah ayat 7.

Alhasil, sikap ummat Islam menghadapi kartun penghinaan itu bukanlah sikap memaafkan seperti Nabi Muhammad SAW terhadap penduduk Thaif, melainkan mengikuti sikap tegas Nabi Muhammad SAW menghadapi konspirasi konfederasi (Al Ahzab: Yahudi-Quraisy-Ghatafan) yang bermarkas di lembah Khaibar. Dalam konteks ini sikap tegas itu merupakan salah satu pilar dari Rahmatan li-l'Alamin. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 19 Februari 2006