Ada sebuah nasihat yang logis sehingga masuk akal: Janganlah engkau seperti lilin, contohlah matahari. Nasihat itu filosofis. Lilin berjasa pada semua yang disekitarnya dengan memberikan cahaya, tetapi pengorbanannya sangat besar. Dirinya habis terbakar. Lain halnya dengan matahari yang memberi cahaya kepada alam sekitarnya, tetapi dirinya tidak habis terbakar seperti lilin.
Kita sudah meloncat dari cakrawala nasihat ke cakrawala filosofis. Kita lanjutkan loncatan itu ke cakrawala ilmu eksakta dengan mencoba menjawab pertanyaan ini: Betulkah matahari itu tidak akan habis terbakar? Betulkah matahari merupakan sumber energi yang tak habis-habisnya?
Pertanyaan-pertanyan tersebut sudah sejak lama dicari jawabannya. Namun ada dua hal yang menyebabkan pertanyaan itu sulit dijawab. Pertama, matahari letaknya di alam atas, di makrokosmos. Tidak dapat dijangkau secara langsung oleh instrumen laboratorium. Matahari hanya dapat dijangkau oleh instrumen secara tidak langsung, yaitu dengan teropong. Data yang secara maksimal dapat diperoleh dari pengukuran secara tidak langsung ini adalah suhu matahari: sekitar 6250 derajat C pada permukaannya dan 20-juta derajat C pada bagian dalamnya. Kedua, andaikata instrumen itu dapat menjangkau matahari secara langsung, maka tidak akan ada material yang dapat bertahan dari suhu yang setinggi itu.
Lalu bagaimana akal untuk dapat mengetahui seluk-beluk matahari sehingga dapat menjawab pertanyaan yang dikemukakan di atas itu. Maka baiklah kita mulai melihat kepada sumber informasi wahyu. Berfirman Allah dalam Al Quran S. Anbiyaa' ayat 22: Lawkaana fiehimaa aalihatun illa-Llaahu, lafasadataa....artinya: Seandainya terdapat banyak tuhan selain Allah dalam kedua alam itu (masudnya makrokosmos dan mikrokosmos), niscaya akan rusaklah keduanya itu (21:22).
Jadi TaqdiruLlah yang berlaku dalam makrokosmos juga mesti berlaku dalam mikrokosmos, sebagai konsekwensi logis ke Maha Esaan Allah, yang dalam konteks ini Maha Esa dalam af'alnya (perbuatanNya). Dan asas universal ini pulalah yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan / sains yang tidak mau tahu tentang Tuhan itu. Orang-orang atheis dan agnostik tidak mempunyai landasan logika mengapa di mana-mana di alam ini baik di mikrokosmos maupun dimakrokosmos, baik di matahari maupun di galaxy yang sangat jauh berlaku hukum alam yang sama, sebagaimana "kepercayaan dasar" mereka yang atheis dan agnostik itu.
Dari sumber informasi wahyu (21:22), yaitu ayat qawliyah, diperoleh informasi sebagai berikut: Allah SWT menciptakan, menyusun, mengatur alam semesta ini di atas asas ke Maha EsaanNya. Berdasar atas asas ke-Maha Esa-an Allah, maka semua zat di alam ini diciptakan dan disusun Allah dari bahan dasar yang sama. Menurut sumber informasi alam (ayat Kawniyah) bahan dasar itu yakni:
- Nukleon, butir-butir materi yang bermuatan listrik positif yang disebut proton dan yang tidak bermuatan listrik disebut neutron. Nukleon ini membentuk inti atom. Dari kata nukleon ini diturunkan istilah nukleonika yang berarti segala sesuatu dalam iptek yang berurusan dengan pemanfaatan tenaga inti, atau tenaga nuklir.
- Elektron, butir-butir listrik yang bermuatan negatif. Hampir tidak mempunyai massa, jadi hampir bukan materi. Eelektron ini membentuk selubung atom. Dari kata elektron diturunkan istilah elektronika, artinya segala sesuatu dalam iptek untuk memanfaatkan elektron-elektron bebas. Nukleon dengan elektron membentuk atom. Atom-atom membentuk molekul. Dalam mikrokosmos pergulatan / perubahan molekul molekul disebut reaksi kimia, sedangkan pergulatan / perubahan atom-atom disebut reaksi inti. Yang pertama masuk dalam disiplin ilmu kimia dan yang kedua masuk di dalam disiplin ilmu fisika inti, atau fisika nuklir. Reaksi inti menghasilkan tenaga yang besarnya adalah 15.000.000 kali tenaga yang dihasilkan oleh reaksi kimia.
Positon dengan elektron bila berjumpa, terjadi perkawainan kasar, saling menghancurkan. Keduanya lenyap, lalu berubah wujud menjadi gelombang elektromagnet yang disebut sinar gamma. Butir proton dapat berubah menjadi butir-butir neutron, positon dan neutrino. Neutron dapat berubah wujud menjadi proton, elektron dan netrino. Neutrino dengan positon berubah wujud menjadi meson positif. Neutrino dengan elektron akan berubah wujud menjadi meson negatif. Neutrino dengan elektron dengan positon berubah wujud menjadi meson netral. Meson sangat tidak stabil berasal dari somewhere, biasa disebut sinar kosmik yang sangat memperngaruhi iklim.
Dengan didapatkannya teknik membuat hujan, atau lebih tepat menabur awan, janganlah terlalu ceroboh mengajukan pertanyaan seperti berikut: Kalau begitu malaikat pengontrol iklim sudah dapat pensiun? Pertanyaan seperti itu pernah dikemukakan kepada saya oleh seorang mahasiswa. Malaikat yang wujudnya tersusun dari cahaya itu, mempergunakan lemparan-lemparan sinar kosmik ini untuk mengontrol iklim.
Inilah sekelumit informasi tentang mikrokosmos dalam bahasa yang diusahakan sepopuler mungkin. Lalu apa hubungannya dengan tenaga matahari di makrokosmos? Sebutir proton sebagai inti dengan sebutir elektron sebagai selubung membentuk atom zat air, atau hidrogen (H). Empat butir nukleon terdiri atas dua butir neutron dan dua butir proton sebagai inti dengan dua butir elektron sebagai selubung membentuk atom helium (He). Apa yang terjadi di matahari ialah dengan kondisi suhu yang tinggi, terjadilah di sana reaksi inti yang disebut reaksi thermonuklir. Empat atom hidrogen tersusun menjadi satu atom helium. Empat butir atom hidrogen terdiri atas empat butir nukleon dan empat butir elektron, jadi logikanya tentu 4 atom hidrogen akan sama berat dengan 1 atom helium. Ternyata 4 atom hidrogen lebih berat dari 1 atom helium. Jadi ada materi yang lenyap. Jadi ke mana perginya?
Menurut TaqdiruLlah yang diungkapkan oleh Einstein yang disebut dalam fisika sebagai hukum kekekalan materi dan tenaga, materi yang lenyap sesudah pembentukan atom helium itu berubah wujudnya menjadi tenaga yang kita sudah perkenalkan di atas yaitu sinar gamma. Demikianlah seluk beluk asal dari tenaga matahari itu.
Matahari sekarang ini sebagian besar terdiri atas sekitar separuh hidrogen, dan separuh helium dengan zat-zat lain yang sangat kurang. Itu berarti bahwa matahari itu sudah setengah umur, yang sekarang ditaksir berumur sekitar 3.500.000.000 tahun. Jadi nasihat yang filosofis di atas itu: Janganlah engkau seperti lilin, contohlah matahari masih relevan. Matahari sudah berjasa 3500-juta tahun baru setengah dari dirinya yang "terbakar", baru akan habis terbakar sekitar 3500-juta tahun lagi. Memang untuk berjasa kepada sekeliling kita, tentu mesti ada pengorbanan. Tetapi janganlah berkorban seperti lilin yang memakan dirinya dengan sangat cepat. Berkorbanlah yang tidak sampai menganiaya diri sendiri. Ingatlah peristiwa Nabi Ibrahim AS. Beliau sudah rela mengorbankan anak sulungnya, dan sang anakpun telah merelakan dirinya dikorbankan, namun Allah menyruh ganti dengan domba. Maknanya adalah ummat manusia dilarang Allah mengorbankan kemanusiaan untuk demi jasa apapun juga. Dilarang menganiaya diri secara mikro dan dilarang menmganiaya kemanusiaan secara makro. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 19 Januari 1992