12 Desember 1993

107. Israil, Baniy Israil dan Israiliyat

Israil adalah nama lain dari Nabi Ya'qub 'Alayhissalam (AS), anak dari Nabi Ishaq AS, anak dari Nabi Ibrahim AS. Baniy Israil adalah puak etnis keturunan Israil. Israiliyat adalah cerita-cerita produk budaya dari kalangan puak etnis ini, karangan, imajinasi yang bersumber dari akar historis. Israiliyat ini perlu dibedakan dengan sumber yang nonhistoris. Yaitu wahyu yang diturunkan Allah SWT yang diterima oleh para nabi dari Baniy Israil dalam wujud secara verbal yang diucapkan oleh para nabi itu. Dalam bentuk tertulis secara otentik menjadi salah satu dari rukun iman yang enam, yaitu beriman kepada wa maa unzila min qablika, beriman kepada Kitab-kitab yang diturunkan sebelum engkau (hai Muhammad), (S.Al Baqarah 2:4). Para pakar sejarah yang tidak percaya wahyu, atau sekurang-kurangnya percaya wahyu akan tetapi melecehkan wahyu dalam menganalisa sejarah dengan pendekatan historis, tidaklah membedakan antara produk budaya Baniy Israil (Israiliyat), yang mempunyai akar historis, dengan yang bersumber dari akar yang nonhistoris, yaitu dari wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dari kalangan Baniy Israil tersebut. Perjanjian Lama adalah campuran antara sumber non-historis (wahyu) dengan sumber yang historis (Israiliyat). Tentu saja ummat Islam tidak diwajibkan beriman kepada Israiliyat ini, namun apabila Israiliyat itu mengandung pesan-pesan nilai akhlaq, seperti cerita tentang Nabi 'Isa AS yang di bawah itu, tidak ada salahnya diambil ibarat daripadanya, dengan keyakinan bahwa cerita itu bukan kejadian yang sesungguhnya.

Dalam kalangan Baniy Israil ada kelompok yang disebut sect of writers, sekte penulis yang bertugas untuk menuliskan hukum-hukum Musa bagi yang memerlukannya. Mereka para penulis itu terkadang dipanggil dengan nama Pendeta, terkadang dengan Tuan, terkadang dengan Rabbi. Mereka ini menjadi pendukung dari pemerintah asing dari bangsa-bangsa Parsi, Romawi dan Yunani. Mereka inilah yang bertanggung jawab dalam penulisan yang menyisipkan unsur Israiliyat ke dalam Perjanjian Lama.

Anehnya Israiliyat itu tidak kurang berisi dengan hal-hal yang melecehkan para nabi dalam kalangan Baniy Israil. Seperti misalnya Ya'qub mengecoh kakak dan ayahnya. Dalam Israiliyat itu Ya'qub digambarkan sebagai seorang yang licik terhadap Isu, kakaknya, yang dalam keadaan terdesak karena sangat lapar Isu menerima tawaran yang sangat tidak adil, yaitu makanan ditukar dengan kedudukan anak sulung. Demikian pula Ya'qub mengecoh ayahnya yang sudah rabun (atau katarak?) dengan menyamar sebagai Isu, memakai baju berbulu. Maksudnya agar sang ayah dapat terkecoh dengan meraba lengan Ya'qub, dan memang sang ayah terkecoh. Sebelumnya Ishaq menyuruh Isu pergi berburu dan hasil buruannya itu akan dimasak menjadi lauk yang enak. Akan tetapi Ya'qub mendahului Isu dengan mengambil domba peliharaan mereka. Tentu saja Ya'qub dapat mendahului Isu. Akhirnya Ya'qublah yang mendapatkan berkah dari Ishaq sang ayah, dan siapa saja yang melawan kepada yang diberkati itu, akan terkutuk. Di sinilah keanehan itu, Israiliyat tentang Ya'qub ini menimbulkan citra yang jelek tentang Ya'qub. Ada kemungkinan bahwa latar belakang sang Rabbi dari sect of writers ini mengarang cerita yang tak terpuji itu, untuk justifikasi tentang intrik yang pernah dilakukannya, karena seperti dikatakan di atas, sekte ini menjadi pendukung penguasa dari bangsa-bangsa asing. Artinya untuk memberikan kesan, apabila Ya'qub dapat berlaku licik, mengecoh, mengapa ia tidak boleh.

Sebagai ummat Islam yang diwajibkan beriman kepada para rasul, memuliakan rasul-rasul itu, haruslah menolak Israiliyat yang menyangkut pelecehan NabiyuLlah Ya'qub AS tersebut. Ada seorang pakar sejarah yang berlaku tidak fair dalam hal Ya'qub dan Baniy Israil secara keseluruhan. Seperti dikatakan di atas umumnya pakar sejarah tidak membedakan antara sumber nonhistoris dengan sumber yang historis. J.W.D. Smith dalam bukunya God and Man in Early Israel membuat rampatan (generalisasi) bahwa perangai Ya'qub yang ahli tipudaya ini mencerminkan perangai (behavior) dari Baniy Israil secara keseluruhan.

Sikap mereka yang exlusif di negeri orang ditambah dengan citra terhadap diri mereka itu yang digambarkan berperangai penuh dengan intrik, kelicikan, tipu daya yang menjadi batu sandungan terhadap Perjanjian Perdamaian PLO dengan Israil, bahkan kabarnya baru-baru ini di Sudan dalam perembukan negara-negara yang tergabung dalam OKI (Fajar, 6 Desember 1993) menolak Perjanjian Perdamaian tersebut.

Namun perlu kita ingat bahwa setiap bangsa, setiap puak etnis tidaklah seluruhnya akan baik, di antaranya tentu terdapat hati yang busuk. Demikian pula sebaliknya, tidaklah semuanya yang berhati busuk, tentu di antaranya terdapat pula mutiara-mutiara yang berhati mulia. Maryam Jamilah, sebelumnya bernama Margaret Marcus, dalam pernyataannya setelah menganut Islam, menyatakan ungkapan hatinya yang mengharukan dengan mengutip seperti apa yang telah diungkapkan oleh salah seorang Baniy Israil, Muhammad Asad, sebelumnya bernama Leopold Weiss (asad = leo = singa), seperti berikut:

I did not embrace Islam out of any hatret for my ancestral heritage or my people. ............... Thus I can say with another from the Bani Israil who chose to travel on the sama journey. ................. Saya menganut Islam bukanlah karena tidak senang kepada warisan leluhur ataupun bangsa saya. ............. Walhasil saya dapat berkata seperti ucapan dari seorang Bani Israel yang telah memilih bermusafir dalam perjalanan yang sama. Abraham that early ancestor of mine, would have understood why I am here (in Mecca) ...................... Abraham (Ibrahim) leluhur saya, tentu mengerti mengapa saya di sini (di Mekah). My coming to this land of Arabia; was it not in truth a homecoming? Homecoming of the heart that has spied its old home backward over a curve of thousands of years and now recognizes this sky - my sky- with painful rejoicing? Kedatangan saya ke negeri ini negeri Arabia; bukankah itu pada hakekatnya kembali ke rumah? Pulang ke rumah dari sekeping hati yang menelusuri masa silam ribuan tahun dan mengenal langit ini - langit saya - dengan kegembiraan yang mengharukan? WaLlahu a'lamu bishshawab.
---------------------------------------
(*)
saya baca dari Handbook saya punya kakek, dongeng-dongeng israiliyat itu antara lain:
1. dongeng Hajar putri Salitis dari Dinasti Hyksos Al-Malik difitnah sebagai budak
2. dongeng ttg Ibrahim meletakkan Ismail yang sudah berumur 16 tahun di atas bahu Hajar.
3. dongeng incest, yaitu Luth berzina dengan kedua anak perempuannya, yang keduanya mengandung dari hasil perzinaan itu.
4. dongeng perbuatan Ya'qub yang tidak terpuji mengecoh kakak-kembarnya (Isu) dan ayahnya (Ishaq) yang sudah buta.
5. dongeng Daud berzina dengan Betsyeba.
6. dongeng Absalom (anak laki-laki Daud) yang berzina dengan semua ibu-tirinya.
7. dongeng akhlaq Isa yang tak terpuji membentak ibunya, dan menyebut yang bukan Bani Israil itu sebagai anjing.
8. dongeng Isa melanggar salah satu Hukum Musa, yaitu Hari Sabbath.
9. dll., dll., dll..

Israiliyat yang disisipkan masuk ke dalam Injil, yaitu
12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan audara2-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau."
12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?"
Tidaklah mungkin Nabi 'Isa AS sekasar begitu kepada ibu beliau.
Kedua ayat itu adalah dongeng Israiliyat yang menghujat akhlaq mulia dari Nabi Isa AS menjadi tidak terpuji.

*** Makassar, 12 Desember 1993