18 Mei 2008

828. Siapa Memperatas-namakan Siapa

Aksi unjuk rasa mahasiawa menentang rencana pemerintah menaikkan harga BBM masih berlanjut terus di beberapa kota. Bahkan ribuan mahasiswa bermandi peluh sejak pagi, mereka gagal menemui SBY di Istana. Demonstran tak tahu kalau SBY berada di Surabaya menghadiri peringatan Hari Pendidikan Nasional dan meninjau jembatan Suramadu. Hingga pukul 20.30 malam sekitar 500 mahasiswa masih bertahan di depan pintu barat Taman Monas, sekitar 100 meter di depan Istana. Mereka duduk-duduk dan makan nasi bungkus. Wajah mereka tampak kelelahan. Sejak pagi mereka berdemo meminta pemerintah membatalkan kenaikan BBM. Mahasiswa berdemo menggunakan jaket almamater masing-masing. Mereka berasal dari perwakilan kampus-kampus di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Jalan Merdeka Utara sempat ditutup total oleh aparat kepolisian. Meski relatif damai, aksi itu diwarnai ketegangan. Komisaris Polisi E Zulfan, Kapolsek Gambir, Jakarta Pusat membolehkan mereka menginap sepanjang tidak ada orasi, tertib dan tidak mengganggu keamanan umum.

Massa dari Front Pemuda 98 membubarkan diri menjelang adzan Maghrib. Sedangkan massa dari Jaringan BEM Seluruh Indonesia memilih bertahan. Kecuali demonstran yang putri tidak bertahan dan besoknya akan datang bergabung lagi, berhubung selain untuk keamanan, fisik dan stamina mahasiswi putri lebih lemah. Penganut genderisme hendaknya menyadari hal "diskriminasi" ini.
Di kota Makassar sendiri, unjuk rasa terjadi di depan kampus masing-masing, kecuali Unhas keluar ke depan pintu I, sedangkan mahasiswa Pergruan Tinggi yang lain pada jalan di pinggir kampus masing-masing. Sejumlah organisasi mahasiswa atau pun gabungan almamater perguruan tinggi menggelar demo di depan DPRD Sulsel dan perempatan Tol Reformasi - Jl AP Pettarani - Jl Urip Sumoharjo.
***

Pengurus Wilayah NU Jawa Timur melayangkan surat kepada PCNU Surabaya pada Kamis, 8/5-2008. Surat tersebut berisi perintah agar PCNU memberikan peringatan kepada Ghozali Said. "Dimohon agar yang bersangkutan diberi peringatan agar konsisten dan dapat sejalan dengan keputusan di dunia Islam dan di lingkungan NU sendiri," begitu antara lain bunyi surat tersebut sebagaimana dikutip www.nu.or.id.

"Kita meminta agar Cabang (baca: PCNU) Surabaya memanggil dan memperingatkan dia (H Imam Ghozali Said)," ujar Rais Syuriyah PWNU Jatim, KH Miftachul Akhyar, kepada NU Online di kantornya. Kiai Miftach-begitu panggilan akrabnya-menjelaska n, surat tersebut dikeluarkan untuk menghindari kesimpangsiuaran informasi mengenai sikap resmi NU atas kasus Ahmadiyah. Ia juga tak ingin ada pengurus NU yang berpendapat sesuka hati terkait aliran yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi tersebut.
Sebagaimana diketahui, Ghozali Said merupakan salah satu dari sebelas orang rombongan yang memperatas-namakan diri sebagai kiai NU se-Jawa yang menemui Ketua DPR RI Agung Laksono di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 7/4-2008, yang sebelumnya ditolak oleh MUI menerima kesebelas "kiai" tertsebut. Dalam kesempatan itu, mereka meminta kepada Agung agar DPR membatalkan rencana pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri terkait pembubaran Ahmadiyah. Kesebelas "kiai" tersebut berasal dari pesantren gurem yang dikenal sebagai tokoh yang berpandangan liberal. Mereka juga datang atas sponsor dari Wahid Institute, LSM liberal yang dirintis oleh bekas Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
***

Siapa memperatas-namakan Siapa ? Para mahasiswa yang berdemo itu secara faktual merupakan penyambung lidah rakyat yang kehidupannya sehari-hari dihimpit kemalangan kesulitan ekonomi. Pemerintah diperhadapkan pada dua alterntif ibarat makan buah si malakamo, dimakan mati ayah, tidak dimakan mati ibu. Akibat "bencana alam" berupa melambungnya harga BBM sedunia, Pemerintah dihadapkan pada dua pilihan yaitu memenuhi tuntutan rakyat miskin yang disuarakan oleh mahasiswa, ataukah tetap bersikukuh menaikkan harga BBM. Dan kelihatannya Pemerintah memilih yang pahit menaikkan BBM, dengan memberikan konpensasi Bantuan Langsung Tunai (BLT), untuk mengurangi penderitaan kalangan rakyat miskin. Diharapkan BLT itu di lapangan sampai kepada sasarannya.

Siapa memperatas-namakan siapa ? Sebelas orang, ulangi sebelas orang "kiai" dari pesantren gurem tanpa mandat apa-apa memperatas-namakan Kiai NU se-Jawa. Bukan main, ini pola pikir orang "liberal". Tidak mepunyai "rasa malu" sedikitpun melenggang kangkung ke MUI, ke DPR. Tidak ada yang melarang mereka intuk bebas mengeluarkan pendapat, akan tetapi sangatlah tidak terpuji sebelas orang memperatas-namakan ribuan Kiai NU se-Jawa. Pantaslah Rais Syuriyah PWNU Jatim, KH Miftachul Akhyar menjadi berang.
***

Untuk Pemerintah kami titipkan Firman Allah:
-- FADzA FRGhT FANShB . WALY RBK FARGhB (S. ALANSyRh, 94:7-8), dibaca:
-- faidza- faraghta fanshab. waila- rabbika farghab, artinya
-- Maka apabila kamu telah selesai (mengambil keputusan), maka lanjutkanlah/kerjakanlah dengan bersungguh-sungguh. Dan hanya kepada Maha Pengaturmu berharaplahlah.

Dalam hal ini keputusan untuk memberikan konpensasi berupa BLT itu agar supaya dikerjakan secara besungguh-sungguh di lapangan sehingga betul-betul mencapai sasaran mengurangi penderitaan rakyat miskin. Dan selanjutnya berharaplah kepada Allah Yang Maha Pengatur, agar harga BBM sedunia menukik turun. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 18 Mei 2008