7 Desember 2008

853. 'Arafah, dan Adam Beserta Hawa Turun dari Jannah

'Arafah adalah daerah terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci Makkah. Di padang yang luas ini, pada hari ini 9 Dzulhijjah berkumpullah/bertemulah (waqafa) jutaan ummat Islam dari berbagai pelosok dunia untuk melaksanakan inti ibadah Haji, "waqafa bi 'Arafah", ibadah Wuquf. Dan esok harinya adalah 'Iyd al-Qurbaan.

Dalam hal permulaan puasa dan Idulfitri ada perintah spb:
-- 'An Abiy Hurayrata yaquwlu qaala nNabiyyu Sh M shuwmuw liru'yatihi wafthuruw liru'yatihi fain ghubbiya 'alaykum fakmiluw 'iddata sya'baana tsalaatsiyn, artinya:
-- Dari Abu Hurayrah (ia) berkata: Nabi SAW (telah) bersabda puasalah kamu apabila melihatnya (al Hilal) dan berbukalah apabila kamu melihatnya dan jika (al Hilal) tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban tiga puluh (HR Bukhari).
-- FMN SyHD MNKM ALsYHR FLYSMH (s. aLBQRt, 2:185), dibaca:
-- Faman syahida minkumusy syahra falyasumhu, artinya:
-- maka siapa menyaksikan syahr (month) wajiblah ia puasa.

Jadi dalam konteks puasa dan Idul Fithri ada perintah umum kepada semua ummat Islam untuk melihat bulan sabit (HR Bukhari) atau menghitung syahr (ayat 2:185), sehingga saat mulai puasa (shuwmuw) dan 'Iyd al-Fithri (wafthuruw) tergantung dari mathla', di tempat mana pada permukaan bumi ini kita berpijak, maka tidak perlu kita di Indonesia ini ataupun di mana saja harus sama dengan Makkah dalam hal waktu pelaksanaan mulai puasa ataupun shalat 'Iyd al-Fithri.

Dalam hal Iyd al-Qurbaan tidak ada perintah melihat dan menghitung bulan kepada seluruh ummat Islam. Iyd al-Qurbaan adalah bagian dari ibadah haji, yang sentralnya ialah wuquf di 'Arafah, dengan demikian 'Iyd al-Qurbaan terkait di samping pada waktu, juga terkait pada tempat. Sedangkan dalam hal 'Iyd al-Fitjri hanya terkait pada waktu saja. Alhasil ummat Islam di seluruh dunia wajib mengikuti Makkah dalam hal puasa 'Arafah hari ini dan shalat 'Iyd al-Qurbaan, yaitu esok hari Senin.

Ibadah Wuquf 'Arafah adalah napak tilas yang diritualkan sebagai inti ibadah Haji, yaitu napak tilas dari kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dengan Hawa wuquf (berkumpul) di Jabal Rahmah di tengah padang Arafah, setelah sekian lama berpisah setelah "turun" dari "jannah".

***

Di atas kata "jannah" dan "turun" ditaruh di antara dua tnda kutip. Ini akan diberikan penjelasan.
Apa yang dimaksud "Jannah" dalam Al Quran? Firman Allah:

-- 'AND SDRt ALMNTHY. 'ANDHA JNt ALMaWY (S. ALNJM, 53:14.15), dibaca:
-- 'inda sidratil muntaha-. 'indaha- Janntul ma'wa-, artinya:
-- Dekat Sidratul Muntaha. Di dekatnya Jannah tempat diam.
Dalam ayat di atas itu Jannah berarti surga di akhirat kelak.

Selanjutnya marilah kita perhatikan ayat yang berikut:
-- WMTsL ALDzYN YNFQWN AMWALHM ABTIGhAa MRDhAT ALLH WATTsBYTA MN ANFSHM KMTsL JNt BRBWt AShABHA WABL (S.ALBQRt, 2:265), dibaca:
-- wamatsalu ladzi-na yunfiqu-na amwa-lahumub tigha-a mardha-tiLla-hi wa tatsbi-tam min anfusihim kamatsali Jannatin birabwatin asha-baha- wa-bilun, artinya:
-- Umpama orang-orang yang menafakahkan hartanya, karena mengharapkan ridha Allah dan menetapkan (keimanan) dirinya, seperti Jannah di dataran tinggi yang ditimpa hujan lebat.
Dalam ayat di atas Jannah berarti taman atau kebun di permukaan bumi ini.

Jadi menurut Al Quran yang dipergunakan sebagai kamus, Jannah dapat berarti surga di akhirat, atau dapat pula berarti taman di permukaan bumi ini, sesuai dengan konteks ayat itu masing-masing.

Selanjutnya mengenai kata "turun"
-- FAZLHMA ALSyYThN 'ANHA FAKhEJHMA MMA KAN FYH WQLNA AHBThWA B'DhKM LB'ADh 'ADW WLKM FY ALARDh MSTQR WMT'A ALY hYN (S. ALBQRt, 2:36), dibaca:
-- fa azallahumasy syaytha-nu 'anha- fa akhrajahuma- mimma- ka-na fi-hi wa qulnahbithu- ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun wa lakum fil ardhi mustaqarrun wa mata-'un ila- hi-n, artinya:
-- Maka keduanya diperdayakan setan lalu keluarlah keduanya dari apa yang telah dialaminya tadi dan Kami firmankan turunlah kamu, sebahagian menjadi musuh dari sebahagian yang lain dan bagi kamu kediaman dan kesenangan di dunia hingga seketika.

(Sedikit catatan tambahan yang tidak berhubungan dengan pokok pembahasan kita. Yaitu bahwa Adam ditipu setan bukanlah atas pengaruh isterinya, seperti yang disebutkan dalam Israiliyat. Jelas ayat itu mengatakan bahwa fa azallahumasy syaythanu (Maka keduanya diperdayakan setan).

Sebelum Allah memerintahkan Adam, Hawa dan iblis turun dari taman telah terjadi sebelumnya Allah mengusir iblis keluar dari alam malakut, karena sifat takbur iblis, yang tidak mau tunduk kepada Adam dengan alasan:
-- QAL ANA KhYR MNH KhLQTNY MN NAR WKhLQTH MN ThYN (S. ALA'ARAF, 7:12), dibaca:
-- ana khairun minhu khalaqtani- min na-rin wa khalaqtahu- min Thi-n, artinya:
-- Saya (iblis) lebih baik darinya (Adam), Engkau jadikan aku dari api dan Engkau jadikan dia dari tanah.

Adapun makna perintah Allah ihbithuw, turunlah, tidaklah seperti bidadari turun dari kayangan dalam dongeng. Kata turun, habatha, dalam Al Quran dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (S.Al Baqarah 2:74), Nabi Nuh AS turun dari kapalnya (S. Huwd 11:48) dan Banie Israil disuruh turun ke kota, go down town (S.Al Baqarah 2:61).

Kalau kakek dan nenek kita Adam dan Hawa mula-mula tinggal dalam jannah atau surga yang di akhirat kelak, maka sekurang-kurangnya ada dua keberatannya.

  • Pertama, Adam dan Hawa ibarat dalam cerita science fiction menerobos waktu berjalan mundur dari akhirat ke alam dunia.
  • Kedua, Adam dibuat dari tanah, jadi dibuat di bumi ini. Tidak ada keterangan dalam Al Quran dan Hadits bahwa Adam dan Hawa di"mi'raj"kan ke surga.
Alhasil, perintah Allah ihbithuw, turunlah dalam pengertian topogarifs, dari tempat ketinggian di permukaan bumi ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian taman yang ditempati oleh Adam dan Hawa berada di sebuah dataran tinggi. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***

Makassar, 7 Desember 2008