27 Maret 2011

967 Dialog Terkait Ahmadiyah Mengapa Takut?

 
-- AD'A ALY SBYL RBK BALhKMt WALMW'AZht AlhSNt WJDLHM BALTY HY AhSN (S. ALNhL, 16:125), dibaca: ud'u ilaa sabiili rabbika bilhikmati walmau'izhatil hasanahti wajaadiluhum billatii hiya ahsan, artinya:
-- Ajaklah (manusia) kepada jalan Maha Pemeliharamu dengan bijaksana, informasi yang baik dan berdialoglah dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya.
 
Dialog dan dengar pendapat diadakan oleh Kementerian Agama (Kemenag), terkait status Ahmadiyah pada Selasa, 22 Maret 2011. Yang diundang yaitu "Gerakan Ahmadiyah Indonesia" (GAI) yang berpusat di Yogyakarta dan "Jema'at Ahmadiyah Indonesia" (JAI) yang berpusat di kawasan Parung Bogor, serta semua organisasi yang "berminat" mengenai Ahmadiyah. Semua undangan datang menghadiri dialog tsb, kecuali JAI yang tidak berminat untuk datang. Melalui media elektronik yang difasilitasi oleh sebuah stasiun TV (jadi bukan dengan surat balasan kepada yang mengundang yaitu Kemenag), Zafrullah Ahmad Pontoh, Juru Bicara JAI Pusat, ketidak hadiran itu keceknyo dikarenakan pihak penyelenggara, maupun komposisi peserta dialog tidak netral dalam menyikapi permasalahan Ahmadiyah.
 
Kalau itu alasannya, mengapa GAI bersedia datang? Asal tahu saja, jauh sebelumnya, sesungguhnya Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) pada tahun 2000 telah mengundang pimpinan pusat JAI untuk berdialog di muka umum tetapi tidak pernah ada keberanian mereka untuk berdialog secara Islami dan terbuka, karena itu akan membuka borok-borok Ahmadiyah Qadiyan (qadiyanisme) saja.
 
Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (MGH) meninggal thn 1908. Setelah meninggal, maka anak Mirza, Bashir al-Din Mahmud Ahmad (BMA), mengklaim MGH sebagai Nabi, tetapi tidak disetujui oleh sebagian besar ulama Ahmadiyah. MGH digantikan oleh Maufi Hakim Nuruddin sebagai khalifah dan meninggal thn 1914. Kemudian digantikan oleh BMA yang saat itu berusia 25 thn, dan waktu BMA menjabat sebagai khalifah itulah dia memproklamirkan MGH sebagai Nabi.
 
Kelompok Ulama Ahmadiyah yang tidak setuju dengan kenabian MGH, yang mengakui Mirza hanya sebagai mujaddid membuat organisasi baru dengan nama Ahmadiyah Anjuman Isa'ati Islam Lahore yang dikenal dengan  Ahmadiyah Lahore, yang di Indonesia dikenal dengan "Gerakan Ahmadiyah Indonesia". Sedangkan kelompok yang meyakini MGH sebagai Nabi dikenal Ahmadiyah Qadiyan dan di Indonesia dikenal dengan "Jema'at Ahmadiyah Indonesia".
 
Jadi sebaiknya Ahmadiyah Lahore mengganti saja namanya tidak pakai nama Ahmadiyah supaya tidak dipukulrata oleh akar rumput ummat Islam sebagai ajaran sesat. Tokh menurut Nabi Muhammad SAW setiap 100 tahun akan datang mujaddid, dan dengan demikian MGH sudah liwat masanya sebagai mujaddid. Menjadi kenyataan bahwa akar rumput ummat Islam tidak faham untuk memilah-milah mana yang sesat mana yang tidak. Di cyber space pengetahuan memilah itu juga sangat terbatas, kalau sepanjang yang saya ketahui baru di milis Wanita Muslimah dan Surau yang dikemukakan pemilahan itu. Ini contohnya:
*****************************************************************************
----- Original Message -----
From:
yulmizar@yahoo.com.sg [mailto:yulmizar@yahoo.com.sg]
Sent: Tuesday, August 09, 2005 2:30 PM
To:
surau@yahoogroups.com
Subject: Re: [surau] Kekerasan Atas Nama Agama
 
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
 
Akhi,
Sedikit pertanyaan, apakah di Indonesia tidak ada Ahmadiyah Lahore? Saya perhatikan dlm setiap pernyataan dan ungkapan orang hanya selalu diwakili oleh kata Ahmadiyah saja. Pak Dien Syamsudin menyatakan di TV bahwa     Ahmadiyah itu ada yg sesat dan ada yg tidak. Pak Nur jg menguraikan bahwa Ahmadiyah Lahore tdk mengakui Mirza sbg nabi tapi hanya sbg pembaharu.
 
Wassalam
YMZ 
 
----- Original Message -----
From: "donnie damana" <
donnie.damana@gmail.com>
To: <
wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Monday, March 21, 2011 5:53 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Enough Is Enough for Ahmadis
 
Trus bah..
Apa tindakan abah untuk mencegah tersebut? Anda punya kewajiban untuk mencegah bukan? Rasanya gak cukup hanya dengan mengatakan "memang pengetahuan ummant masih belum merata..." kalimat tersebut tidak akan menolong mereka yang di persekusi.
 
On Mar 21, 2011, at 10:37 AM, H. M. Nur Abdurrahman wrote:
 
Memang pengetahuan ummat masih belum merata bahwa ada dua kelompok Ahmadiyah. Sultan Yogya rupanya faham bahwa Ahmadiyah di Yogyakarta itu adalah kelompok yang berpandangan bahwa Ghulam Ahmad itu bukan nabi melainkan hanya mujaddid saja sekaliber Imam Ghazali dan Imam Syafei. Itulah sebabnya Sulthan Yogya turun tangan melindungi Ahmadiyah Lahore yang berpusat di Yogyakarta itu.
*****************************************************************************
 
Alhasil, dengan tidak hadirnya JAI (qadiyanisme) dalam dialog yang diselenggarakan oleh Kemenag tsb, itulah bukti nyata bahwa penganut qadiyanisme memang tidak bersedia berdialog. Jadi semua yang diujarkan oleh para pembela qadiyanisme untuk berdialog, amboi dari pihak qadiyanisme sendiri yang nyatanya tidak bersedia berdialog. Seperti diketahui, para pembela sengit qadiyanisme dipelopori oleh komunitas Utan Kayu yang terkenal dengan liberalisme aliran keras "Islam Liberal" pimpinan Ulil Absar Abdalla yang juga menjadi petingggi Partai Demkorat. Dan di Makassar ini, pembela sengit qadiyanisme yaitu Prof Qasim Mathar. Asal tahu saja walaupun saya termasuk yang sengit menentang qadiyanisme, namun hubungan pribadi antara saya dengan Qasim Mathar baik-baik saja, tidak ada rasa saling benci, bahkan Qasim Mathar saya anggap sebagai "anak" saya sendiri.
 
*** Makassar, 27 Maret 2011