8 Mei 1994

126. Pesan-pesan yang Bersifat Teknis Administratif dan yang Berupa Isyarat dalam Al Quran

Pesan-pesan yang disampaikan yang bersifat teknis-administratif tidak akan membingungkan dan tidak akan menghebohkan bagi yang mendengarkan pesan itu, apapun latar belakang kebudayaan ataupun pendidikan mereka itu. Seperti misalnya tentang hal kewajiban menuliskan perjanjian dalam S. Al Baqarah, 282:
Wa idza- Tada-yantum bi Daynin ila- Ajalin Musamma Faktubuwhu, Walyaktub Baynakum Ka-tibun bi l'Adli,.....Falaysa 'Alaykum Juna-hun alla- Taktubuwha-, dan apabila kamu membuat perjanjian perikatan, hutang piutang, tuliskanlah, dan mestilah dituliskan oleh seorang penulis di antara kamu dengan adil,.....dan janganlah kamu malas untuk menuliskannya,
Sejak zaman RasululLah SAW sampai kepada hari ini kepada siapa saja, kepada bangsa apa saja, dari latar belakang kebudayaan atupun pendidikan yang bercorak ragam, tidaklah akan membingungkan apatah pula akan menghebohkan jika disuruh menuliskan perjanjian. Mereka itu akan cukup mengerti.

Namun apabila yang disampaikan itu berupa informasi seperti misalnya bumi itu bergerak mengelilingi matahari, maka ini pasti akan membingungkan bahkan menghebohkan masyarakat Arab pada zaman RasululLah SAW dan pada masyarakat di mana saja pada zaman itu. Mereka itu niscaya akan menolak kebenaran informasi itu, sebab berdasarkan pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman mereka bumi yang bergerak itu sangat bertentangan kenyataan.

Sebaliknya apabila sebuah Kitab Suci jelas-jelas mengatakan secara konkrit bahwa bumi itu diam, agar komunikatif pada masyarakat waktu permulaan Kitab Suci diturunkan, tentu akan ditolak oleh masyarakat seperti yang keadaannya sekarang ini yang umumnya sudah mempunyai latar belakang pengetahuan yang telah maju. Masyarakat sekarang yang telah maju itu bukan hanya sekadar menolak tentang informasi tentang bumi yang diam itu, bahkan mereka itu akan menolak keseluruhan Kitab Suci itu, karena kebenaran yang dikandungnya hanya temporer, yaitu hanya berlaku pada waktu Kitab Suci itu mulai dimasyarakatkan.

Demikian pula informasi tentang bumi ini berpusing / berputar pada subunya yang menyebabkan terjadinya siang dan malam. Ini akan membingungkan bahkan menghebohkan masyarakat pada zaman Kitab Suci itu mulai dikomunikasikan. Itu sangat bertentangan dengan kenyataan. Ambillah pakaian basah, lalu putar. Air dari pakaian basah itu akan memercik, akan terlempar. Kalau bumi berpusing, niscaya akan habislah terlempar air laut meninggalkan bumi dan semua benda-benda yang tidak terpaku pada bumi, termasuk manusia.

Dalam hal bumi bergerak dan berpusing Al Quran memakai gaya bahasa yang tidak membingungkan dan tidak menghebohkan masyarakat Arab di zaman RasuluLlah SAW dan masyarakat lain di luar tanah Arab yang sezaman, ataupun yang latar budaya dan pengetahuaannya seperti masyarakat Arab itu, serta diterima pula oleh masyarakat yang latar belakang pengetahuannya seperti dewasa ini. Perhatikanlah gaya bahasa Al Quran mengenai kedua materi informasi di atas itu. Wa Tara lJiba-la wa Tashabuha- Ja-midatan wa Hiya Tamurru Marra sSaha-bi, Engkau lihat gunung-gunung dan engkau memperhitungkannya diam, pada hal gunung-gunung itu berlari, seperti larinya awan (S. An Namal, 88). Bagi masyarakat dahulu kala gunung yang diam yang berlari seperti larinya awan tidaklah membingungkan, karena tidak bertentangan dengan kenyataan yang berdasarkan pengalaman sehari-hari. Orang yang memacu kuda atau untanya, akan menyaksikan gunung itu berlari seperti pula dengan larinya awan dari kejauhan. Pada hal tadinya gunung itu diam sewaktu orang itu masih tegak dengan kudanya, diam seperti awan di kejauhan. Kitapun dapat menyaksikan hal serupa jika naik mobil dan melihat ke tempat yang jauh, gunung itu beralari mengikuti lari kencangnya mobil. Jangan melihat pada pohon-pohon ataupun tiang-tiang di pinggir jalan, yang berlari kencang ke belakang. Dan jika mobil kita berhenti, gunungpun berhenti, demikian pula pohon-pohon ataupun tiang-tiang di pinggir jalan. Ayat di atas itu mengisyaratkan bahwa kelak di kemudian hari ilmu pengetahuan akan mengungkapkan bahwa bumi ini sebenarnya bergerak. Kalau gunung itu diam terhadap bumi, sedangkan gunung itu berlari maka bumipun niscaya berlari atau bergerak pula.

Selanjutnya perhatikanlah pula ayat ini: Yukawwiru lLayla 'alay nNaha-ri, wa Yukawwiru nNaha-ra 'alay lLayli, (S. Az Zumar, 5). Kalimah Yukawwiru dalam ayat di atas asal katanya Kawwara artinya menggulung atau memutar sorban di kepala. Output dari pekerjaan menggulung atau memutar serban di kepala, yaitu kepala itu tertutup. Terjemahan Al Quran dengan Hak Cipta dari Departemen Agama Republik Indonesia bunyinya demikian: Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam. Adapun terjemahan secara tekstual itu dapat diterima baik oleh semua orang di mana saja dan kapan saja, tidak tergantung pada latar belakang budaya apa saja.

Ayat itu dapat pula diterjemahkan secara kontekstual dengan ilmu pengetahuan kontemporer apabila pemahaman kata Kawwara ditekankan pada proses menggulung atau memutar sorban. Maka ayat di atas itu dapat diterjemahkan seperti berikut: (Allah) Memutar malam atas siang dan memutar siang atas malam. Dengan kalimah Yukawwiru dalam ayat itu, menunjukkan mu'jizat Al Quran, yaitu suatu isyarat bahwa kelak di kemudian hari ilmu pengetahuan akan mengungkapkan bahwa terjadinya siang dan malam itu karena perputaran bumi pada sumbunya.

Itulah dua buah contoh tentang hal informasi yang disampaikan Al Quran mengenai bumi yang bergerak dan berputar dengan gaya bahasa sedemikian rupa sehingga tidak membingungkan masyarakat dahulu kala dan diterima pula oleh masyarakat sejak ilmu pengetahuan mengungkapkan tentang hal bumi bergerak dan berputar itu. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 8 Mei 1994