28 Agustus 1994

142. Nabi Yusuf dan Nabi Musa 'Alaihimassalam dalam Sentuhan Sejarah dengan Penguasa Mesir

TPI sementara menayangkan serial Kisah Nabi Yuwsuf AS. Adegan terkhir pada waktu kolom ini ditulis yakni perihal ayah (Nabi Ya'qub AS atau Israil), ibu serta saudara-saudara beliau yang jumlahnya sebelas orang menghadap pada Nabi Yuwsuf AS sebagai Raja Muda Mesir. Dengan demikian menjadi kenyataanlah takwil mimpi Yusuf semasa kecil, Inniy Raaytu Ahada 'Asyara Kawkaban wa sySyamsa wa lQamara Raaytuhum liy Sa-jidiyna, sesungguhnya kulihat sebelas bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku (S.Yuwsuf 4).

Seperti diketahui Al Quran memiliki gaya yang unik dalam menuturkan Ahsanu lQashas, kissah-kissah yang terbaik (S.Yuwsuf 3), yaitu keringkasannya dalam menuturkan sosio-naratif, hanya memilih fragmen yang mengandung aspek pesan-pesan moral yang dikandungnya. Seperti misalnya dalam S.Yuwsuf 33: Qa-la Rabbi sSijnu Ahabbu Ilayya mimma- Yad'uwnaniy ilayhi, Berkata (Yusuf), ya Maha Pengaturku, penjara itu lebih kucintai dari apa yang mereka ajakkan kepadaku.

Namun dengan gaya yang ringkas itu, yang hanya menekankan aspek yang mengandung pesan-pesan nilai itu, Al Quran menggugah kita untuk mempelajari sejarah, oleh karena keunikannya itu bukan hanya sekadar gaya yang ringkas tersebut, melainkan mengandung pula isyarat yang menantang kita untuk mengkaji sejarah.

Marilah kita kaji tantangan tersebut.

Wa Qa-la lMaliku inniy Aray Sab'a Baqara-tin Sima-nin Ya'kuluhunna Sab'un 'Ija-nun .....(S.Yuwsuf 43), And the king said: surely I see (in my dream) seven fat kine devoured by seven lean (kine), .....
And the ill favoured and leanfleshed kine did eat up the seven well favoured and fat kine. So Pharaoh awoke (Genesis 41:4).
Wa Qa-la lMaliku 'Tuwniy bihi .....(S.Yuwsuf 50), And the king said: Bring him (Yuwsuf) to me, .....
The Pharaoh sent and called Yoseph, .....(Genesis 41:14).
Wa Qa-la Fir'aunu 'Tuwniy bikulli Sa-irin 'Aliym. Falamma- Ja-a sSaharatu Qa-la lahum Muwsay Alquw ma- Antum Mulquwna. (S.Yuwnus 79,80), And Fir'aun said: Bring to me every skilful magician.
Then Pharaoh also called the wise men and the sorcerers; now the magicians of Egypt they also did in like manner with their enchantments (Exodus 7:11).

Kutipan dari ayat-ayat Al Quran di atas disengaja dengan terjemahan bahasa Inggeris untuk dapat dikomparasikan dengan ayat-ayat yang dikutip dari The Holy Bible, King James Authorized Version.

Sepintas lalu tidak ada perbedaan isi cerita menurut Al Quran dengan Bible tentang Nabi Yusuf dan Nabi Musa 'Alahima sSala-m dalam hal persentuhan sejarah dengan penguasa Mesir. Namun apabila ditilik lebih saksama, maka cerita menurut Al Quran mengandung tantangan yang menggugah wawasan intelek kita untuk mengkaji sejarah, oleh karena Nabi Yusuf AS bersentuhan dalam sejarah dengan Malik (Raja), sedangkan Nabi Musa AS dengan Fir'aun.

***

Napoleon Bonaparte ternyata bukan hanya seorang penakluk biasa. Artinya ia bukanlah orang yang ambisinya melulu pada kekuasaan belaka, melainkan iapun peminat kebudayaan. Kita kenal misalnya Code Napoleon di bidang hukum. Ia pula yang mula-mula membuat aturan lalu lintas.

Dalam usahanya untuk menguasai Mesir yang sia-sia, walaupun dalam keadaan terdesak harus meninggalkan Afrika, Napolen sempat membawa Batu Rosetta (Rasyid) ke Perancis. Seperti diketahui Batu Rosetta adalah batu bertulis, yang di dapatkan dalam tahun 1799 dekat kota Rosetta, sebuah kota yang terletak di kuala S.Nil. Di atasnya secara bersebelahan terdapat naskah yang bertuliskan tiga aksara yang berbeda: huruf Yunani, tulisan kuno Mesir dalam bentuk hieroglyph dan dalam bentuk yang sudah disederhanakan (demotic), sehingga memungkinkan dapat diungkapkan kembali cara membacanya oleh Jean Francois Cahampollion (1790 - 1832). Maka dengan dapatnya dibaca hierolyph itu, terkuaklah sejarah Mesir Kuno dengan lebih jelas.

***

Dalam kurun waktu antara 3000 - 2000 sebelum Miladiyah, merupakan zaman perunggu permulaan, mulailah zaman sejarah yang tertulis. Mesir diperintah oleh Dinasti Fir'aun I selama kurang lebih 3 abad (3000 - 2700 sebelum Miladiyah). Dalam kurun waktu antara 2000 - 1500 sebelum Miladiyah, zaman perunggu pertengahan, terdapat dua kerajaan yang berpengaruh: Mesir dan Mesopotamia. Terjadi emigrasi besar-besaran ke seluruh daerah subur bulan sabit (fertile crescent). Kemudian orang Hyksos (Raja Gembala) dari Kan'an menaklukkan Mesir dan menumbangkan Dinasti Fir'aun. Dinasti Hyksos ini menguasai Mesir selama kurang lebih 150 tahun (1700 - 1550 sebelum Miladiyah). Dinasti Raja-Raja Hyksos, sebagai dinasti XV dan XVI mendapatkan legitimasi dalam Dokumen Hieroglyph yang tertera dalam Daftar Penguasa Mesir di Turin.

Asal-usul Hyksos dari qabilah 'Ad, kaum terkuat bangsa Semit, penghuni asli Arabia, menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dari pantai teluk Parsi sampai perbatasan Iraq. Al Quran menyebutkan daerah yang dikuasai kaum 'Ad itu dengan Al Ahqaf (46:21), yang juga menjadi nama surah. Karena merasa dirinya kuat, kaum 'Ad menyombongkan diri dengan mengatakan: "Siapakah yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan?" Itulah yang dikatakan mereka tatkala Allah SWT mengutus Nabi Hud AS kepada mereka. Mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama 7 malam 8 hari terus-menerus lalu mereka mati terguling seakan-akan tunggu-tunggul pohon kurma yang keropos (69:6-7). Kaum 'Ad yang dibinasakan Allah ini adalah kaum 'Ad yang terdahulu.

Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya pindah ke Hijaz sebelum angin itu datang. Mereka ini disebut kaum 'Ad yang akhir menurunkan seorang yang terkenal yaitu Luqman alHakim. Kaum 'Ad yang akhir ini dikenal dalam sejarah sebagai kaum Al 'Ibriyah Al Qadimah (Proto 'Ibriyah), yang kemudian menguasai L. Tengah yang dikenal sebagai bangsa Finiqy (Phunicia). Kata 'Ibriyah berasal dari 'Ain, Ba, Ra, 'Abara artinya penyeberang. Dalam dokumen hieroglyph orang Mesir menamakan bangsa 'Ibriyah ini dengan nama Khabiru. Mereka menyeberang (beremigrasi) dan mendirikan kerajaan-kerajan di Babilonia, di Kan'an, kemudian ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasi Fir'aun, seperti dikemukakan di atas. Bangsa Al'Ibriyah Al Qadimah ini disusul kemudian dengan emigrasi gelombang kedua yaitu kaum Al 'Ibriyah Al Jadidah (Deutro 'Ibriyah), di bawah pimpinan Nabi Ibrahim AS.

Dinasti Hyksos dari kaum Al'Ibriyah Al Qadimah inilah yang menerima kedatangan kepala kaum Al 'Ibriyah Al Jadidah, yaitu Nabi Ibrahim AS yang datang ke Mesir. Nabi Ibrahim AS diperlakukan baik sebagai tamu oleh Dinasti Hyksos, bahkan mengawinkan Nabi Ibrahim AS dengan puteri istana, Hajar. Tiga generasi kemudian Hyksos memberi izin menetap kepada orang-orang Ibrani (Habiru) di delta s. Nil (Goschen), dipelopori oleh Nabi Yusuf AS. Dalam kurun waktu 1500 - 1200 sebelum Miladiyah, zaman perunggu terakhir, Dinasti Fir'aun kembali berkuasa, setelah mengalahkan Dinasti Hyksos dalam tahun 1550. Politik Dinasti Fir'aun yang mendominasi negeri-negeri tetangganya ini berubah 180 derajat terhadap orang-orang Habiru. Orang-orang Habiru mulai ditekan, kemudian diperbudak. Maka pada sekitar tahun 1224 sebelum Miladiyah, orang-orang Habiru hijrah (exodus) dari Mesir dipimpin oleh Nabi Musa AS.

Alhasil atas jasa Napoleon dan Champollion berhasillah dipenuhi tantangan Al Quran yang mengisyaratkan perbedaan dinasti penguasa Mesir yang bersentuhan sejarah dengan Nabi Yusuf AS dan dengan Nabi Musa AS. Dan dari sisi lain tampaklah pula Mu'jizat Al Quran yang telah mengisyaratkan bahwa ada ketidak-sinambungan Dinasti Fir'aun yang memerintah Mesir, yang baru terkuak secara historis setelah hieroglyph Mesir kuno telah mampu dibaca orang. Maka terhindarlah dichotomi antara scriptural approach dengan historical approach. WaLla-hua'alamu bishshawab.

*** Makassar, 28 Agustus 1994