18 Desember 1994

158. Mase-Masea, Lagu Penghormatan untuk Korban 40 000 Jiwa




Bait 2:
                Punna kucini' taua (kamase)
                Nirurungang (nirurungang) ri manggena
                (Eaule') Ma'bokomama' (alla mase-masea)
                (ma'bokomama') Mangkereng je'ne' matangku

Mase-Masea berarti kurang lebih: Pilu Merana, sebuah Lagu Penghormatan (hymn) untuk Korban 40 000 Jiwa. Artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih demikian:

Bait 1:
                Kalau kutatap bumi
                Dingin mengiris di dalam hati
                Di bawah sana di liang lahad
                Ayahku membujur menghadap Kiblat

Bait 2:
                Bila tampak teman sebaya
                Berjalan dituntun ayahnya
                Menoleh aku membuang muka
                Sambil menyeka air mata

Berdasarkan ingatan saya pada lagu ciptaan Borra Dg. Ngirate, noot hymn Mase-Masea di atas itu pernah saya sampaikan kepada RRI Studio Bandung. Hymn itu mengambil tempat sentral dalam langenswara untuk menyambut Hari Berkabung Korban 40 000 Jiwa yang dikumandangkan di udara oleh RRI Studio Bandung, mulai jam 22.15 waktu setempat tanggal 9 Desember 1961, malam Ahad.

Sebenarnya lagu ini sudah ada sebelum peristiwa Korban 40 000 Jiwa, yakni hampir seumur dengan lagu Anging Mammiriq yang diciptakan oleh penggubah yang sama yaitu Borraq Dg Ngirate, sebagai lagu perpisahan:

                Punna sallang sibokoi
                Teyaki-ssirampe kodi
                Rampeya' golla
                Nakurampeko kaluku

                Jika kelak kita berpisah
                Janganlah kita saling mengumpat
                Sebut diriku ibarat gula
                Kusebut engkau bagai kelapa

Kemudian Ny.Andi Nanny Sapada mengubah syair-syairnya menjadi amanat penderitaan batin anak-anak yatim pada umumnya (obyektif) dan pada khususnya (subyektif) bagi anak-anak yatim yang ditinggalkan ayahnya yang gugur dalam peristiwa keganasan
Westerling, yaitu menjadi hymn untuk Korban 40 000 Jiwa. Hymn ini telah mendapat pengakuan dari Jawatan Kebudayaan Perwakilan Sulawesi, nama lembaga pada waktu hymn itu digubah.

Sengaja saya menyajikan noot hymn tersebut, sebagai sisi lain dalam bentuk memperingati Korban 40 000 Jiwa. Sebab bagaimana sejarah dan latar belakang pembersihan itu, bagaimana kejamnya Westerling dengan pasukannya "Speciale Troep" dari Divisi 7 Desember, apa arti pengorbanan mereka yang gugur, telah diperdengarkan dalam bentuk pidato dan dalam bentuk tertulis.

Dengan sajian syair dan noot hymn ini, para pembaca yang berminat dapat mempelajarinya. Bila duduk-duduk di waktu senggang di malam hari sesudah shalat 'Isya, kebisingan lalu lintas mulai mereda, petiklah dawai gitar, geseklah tali biola, atau mainkanlah piano, bawakanlah hymn Mase-Masea, mudah-mudahan tergetarlah hati yang mendengarnya, sehingga dapat merasakan penderitaan anak yatim. Maka timbullah dorongan dari dalam, bukan karena motif penampilan ingin disyuting, untuk berupaya meringankan beban anak yatim.

Jika anda seorang yang bahagia, seorang yang penuh dengan kegembiraan, berlimpah senyum, senang hidupnya berlebihan harta benda, maka berikanlah sebahagian kebahagiaan anda, kegembiraan anda, senyum anda, kesenangan anda, sedekahkanlah dari harta anda kepada anak yatim, orang miskin. Oleh karena mengasihani anak yatim, menyantuni orang miskin, adalah sebahagian dari amanat yang dipikulkan oleh Allah SWT di atas pundak kita.

Araayta Lladziy Yukadzdzibu bi dDiyni. Fadzalika Lladziy Yadu'u lYatiyma. Wa la- Yahudhdhu 'alay Ta'a-mi lMiskiyni Apakah engkau tahu orang yang mendustakan agama? Yaitu orang yang melecehkan anak yatim. Dan tidak berupaya memberi makan orang miskin (S.AlMa-'uwn 1,2,3). WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 18 Desember 1994