21 Mei 1995

177. Kreativitas dan Produktivitas, Berzikir dan Berpikir tentang Kreativitas

Sudah dua kali berturut-turut Dewan Kesenian Makassar menyelenggarakan diskusi tentang kreativitas. Penyaji yang pertama adalah Bung Arge yang membawakan judul Menggeledah Secara Kreatif Proses Kreativitas, kemudian disusul oleh Fuad Rumi dengan judul Kreativitas Dipandang dari Sudut Ajaran Islam. Sebenarnya banyak materi yang dikemukakan pembicara dalam diskusi itu yang menarik untuk diberi catatan pinggir, digaris-bawahi, ataupun dikomentari. Yaitu antara lain kreativitas harus dibedakan dari produktivitas yang dikemukakan oleh Husni Jamaluddin, pembenaran secara teoritis oleh Mattulada terhadap materi yang dikemukakan Bung Arge, persyaratan kebebasan yang sangat ditekankan oleh Saleh Bustami, kreativitas timbul justeru tatkala kehabisan nafas untuk kreatif dalam kalangan sufi yang diutarakan oleh Fuad Rumi dan dari saya sendiri, kalau mau kreatif jadilah pemain, jangan jadi penonton, terlebih-lebih jangan jadi bola. Itulah beberapa lontaran dalam diskusi yang pertama, sedangkan dalam diskusi yang kedua yang paling hangat diperbincangkan adalah berzikir dan berpikir dalam proses kreativitas. Demikian hangatnya silang berujar mengenai berzikir dan berpikir itu, sehingga peranan Hasyim Ado sebagai fasilitator tidak berfungsi. Hasyim Ado memaafkan kelancangan pembicara itu sebelum mereka itu meminta maaf. Di antara sekian yang menarik itu saya pilih untuk diberikan catatan pinggir ialah seperti judul yang dituliskan di atas.

***

Kreatif berasal dari bahasa Inggeris to create. Pengertian kreatif bermacam ragam, sehingga Muh. Arif Tiro dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa perlu di Indonesia ini membina sendiri pengertian kreatif itu. Dalam bahasa Inggeris ada yang disebut discovery dan invention. Discovery berhubungan dengan produktivitas dan invention berhubungan dengan kreativitas. Dalam ilmu pengetahuan alam orang yang banyak mengungkapkan (discover) sunnatuLlah, maka orang itu produktif. Orang yang memanfaatkan sunnatuLlah yang telah diungkapkan itu sehingga mampu merekayasa sesuatu yang baru dalam teknologi ataupun meningkatkan kinerja teknologi yang sudah ada, itu adalah invention, maka orang itu kreatif. Jadi pada umumnya dalam wawasan ilmu pengetahuan alam berlangsung produktivitas dan dalam teknologi terjadi kreativitas. Dikatakan pada umumnya oleh karena dalam ilmu pengetahuan alam ada juga invention. Seperti misalnya Newton, untuk dapat menjelaskan teori gravitasinya ia membina ilmu yang baru yang disebut kalkulus, maka itu berhubungan dengan kreativitas. Demikian pula Einstein, ia membina teori relativitas dengan mengadakan terobosan penfasiran baru atas hasil discovery Michelson dan Morely dengan peralatan matematika dari geometri Riemann dan kalkulus tensor. Itu adalah invention, maka itu berhubungan dengan kreativitas. Dalam teknologi juga demikian.

Ada kreativitas yang menyangkut kualitas, ada pula produktivitas yang menyangkut kuantitas. Ilmu sejarah dan geografi adalah hasil penemuan (discovery), maka itu menyangkut produktivitas. Jika sejarah dan geografi itu diramu dengan imajinasi menjadi roman sejarah, maka itu adalah invention, jadi menyangkut dengan kreativitas. Sebagai contoh, pengungkapan sejarah Mesir menjelang akhir pendudukan Kerajaan Romawi hingga pembebasan Mesir dari Romawi oleh pasukan Amr ibnu alAsh, diramu menjadi roman sejarah Armanusatu lMishriyah oleh Jirji (George) Zaidan. Karya sastera yang banyak dibaca orang, nomor dua sesudah Al Quran, adalah karya kreatif Ja'far AlBarzanji tentang riwayat junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Untuk dapat memberikan pengertian tentang kreativitas secara Islami adalah dengan pendekatan berzikir dan berpikir. Berzikir selalu menyangkut dengan Allah SWT dan berpikir selalu menyangkut dengan ciptaanNya. Yadzkuruwna Lla-ha Qiya-man wa Qu'uwdan wa 'alay Junuwbihim, wa Yatafakkaruwna fiy Khalqi sSamawati wa lArdhi (S.Ali'Imra-n 191), yaitu mereka yang mengingat Allah (dzikruLla-h) tatkala berdiri, duduk, berbaring dan berpikir tentang penciptaan langit dan bumi (3:191).

Berzikir dan berpikir artinya mengingat Allah, mengingat petunjuk Allah yaitu Al Quran lebih dahulu sebelum berpikir. Artinya pemikiran kita senantiasa (baik sementara berdiri, duduk, maupun berbaring) mendapat tuntunan wahyu, tidak terkecuali dalam hal berpikir untuk memberikan pengertian tentang kreativitas. Dalam Al Quran ada kata-kata: KHLQ (khalaqa), J'AL (ja'ala), F'AL (fa'ala), SWY (sawwa-) dan 'AML ('amala). Khalaqa, mencipta dari tidak ada menjadi ada dan sawwa-, menyempurnakan apa yang telah diciptakan, keduanya adalah khusus perbuatan Allah SWT. Ja'ala, menjadikan dan fa'ala memperlakukan, dapat menyangkut perbuatan Allah SWT dan dapat pula menyangkut perbuatan manusia. Sedangkan 'amala, mengerjakan adalah perbuatan khusus untuk manusia.

Berikut ini contoh-contoh dalam Al Quran pemakaian kelima kata tersebut:
Alladziy khalaqa fa Sawwa- (S. alA'la-, 2), yaitu Yang mencipta dan menyempurnakan. Alam tara kayfa fa'ala rabbuka bi ashha-bi lfiyl. Alam yaj'al kaydahum fiy tadhliylin (S. alFiyl, 1-2), tidakkah engkau lihat bagaimana Maha Pengaturmu memperlakukan pasukan gajah? Tidakkah Ia menjadikan tipudaya mereka siasia? Alladziyna a-manuw wa 'amiluw shsha-lihati (S. al'Ashr, 3), yaitu yang beriman dan beramal salih.

Maka hendaklah kita hati-hati dalam pemakaian kata kreatif ataupun mencipta (kata ini dipakai pula dalam Anggaran Dasar HMI). Kreatif dan mencipta tidak menyentuh khalaqa dan sawwa-. Kreatif maupun mencipta hanya berhubungan dengan ja'ala, mengubah sesuatu menjadi sesuatu, semisal potret jiwa dan keindahan alam diubah menjadi puisi, musik ataupun lukisan oleh seniman. Atau berhubungan dengan fa'ala, memperlakukan, semisal mencipta malleable dengan menyemburkan ion-ion karbon pada baja. Atau mencipta sistem da'wah dalam hubungannya dengan amal salih. WaLlahu a'lamu bisshawab

*** Makasar, 21 Mei 1995