9 Januari 2000

405. Pendekatan Ilmiyah yang Tidak sekuler

Sebermula sesungguhnya seri ini bernomor 400, oleh karena ia merupakan lanjutan Seri 399, yang berjudul: Wasilah dan Paradigma Ilmu. Penundaan ini dilakukan atas pertimbangan bahwa contoh yang akan dikemukakan adalah NuzululQuran. Dalam seri tersebut dikemukakan tentang filsafat positivisme sebagai paradigma tempat bertumpu ilmu sekuler. Filsafat positivisme adalah suatu sistem filsafat yang menolak (atheistis) atau meragukan (agnostis): alam gaib, Yang Gaib dan wahyu, yang dalam bahasa Al Quran disebut kafir. Maka pembahasan dalam ilmu sekuler jika mengambil sumber informasi dari wahyu dicaplah tidak ilmiyah.

***

Dalam rangka peringatan Milad UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA yang ke 41 (1954 - 1995), dalam Orasi Ilmiyah yang saya sajikan pada 25 Muharram 1416, setuju dengan 24 Juni 1995, saya gagaskan pendekatan ilmiyah yang tidak sekuler. Saya namakan gagasan itu dengan Pendekatan Satu Kutub. Orasi Ilmiyah tersebut lengkapnya berjudul: Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Mengkaji Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah. Adapun kerangka gagasan itu seperti berikut:

Sumber informasi: ayat qawliyah (Al Quran) dan ayat kawniyah (alam syahadah)
Sikap: skeptis terhadap hasil pemikiran manusia
Langkah-langkah:

  1. AQRA BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca: iqra' bismi rabbika (s. al alaq), artinya: bacalah atas nama Maha Pengaturmu (96:1); yang diobseravasi adalah sumber informasi: ayat qawliyah dan ayat kawniyah;
  2. penafsiran dengan memperhatikan ayat qawliyah dan ayat kawniyah, yang outputnya tafsir hasil buah pikiran manusia;
  3. ujicoba tafsir yang diperhadapkan pada ayat qawliyah serta hadits shahih dan ayat kawniyah atau salah satu di antara keduanya, yang outputnya pengungkapan sunnatuLlah yang spesifik.
Pendekatan ini akan diaplikasikan dalam mengkaji sumber informasi ayat qawliyah: ANKNTM AMNTM BALLH WMA ANZLNA 'ALY 'ABDNA YWM ALFRQAN YWM ALTQY ALJM'AN (S. AL ANFAL, 41), dibaca: inkuntum a-mantum biLla-hi wama- anzalna- 'ala- 'abdina- yawmal furqa-ni yawmal taqal jam'a-n (s. al anfa-l), artinya: jika kamu beriman kepada Allah dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, pada hari Al Furqan hari bertemunya dua pasukan (8:41).

Langkah yang kedua yaitu penafsiran. Ditafsirkan bahwa yang diturunkan pada hari Al Furqan itu adalah Al Quran. Ditafsirkan pula bahwa dua pasukan yang bertemu itu adalah perang Badr, yang menurut catatan sejarah terjadi pada 17 Ramadhan. Maka disimpulkanlah bahwa NuzululQuran itu terjadi pada 17 Ramadhan. Ditambahkan pula tafsir yang mengatakan bahwa Al Quran diturunkan pada 17 Ramadhan dari langit dunia. Sebelumnya, Al Quran diturunkan sekaligus dari Lawhun Mahfuzh (LM) ke langit dunia (LD) dan dari sana diturunkan paket ayat berdikit-dikit sesuai dengan latar belakang diperlukannya ayat-ayat tersebut.

Langkah ketiga, ujicoba hasil penafsiran. Tidak ada sumber informasi ayat qawliyah maupun hadits shahih menyangkut Al Quran diparker dahulu di LD. Jadi ini bukan tafsir melainkan spekulasi tentang peristiwa ghaib yang di luar batas kewenangan manusia. Al Quran diturunkan dalam bulan Ramadhan dibenarkan oleh ayat qawliyah: SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBAQRT, 185), dibaca: Syahru ramadha-nal lazi- unzila fi-hil qur.a-nu (S. albaqarah), artinya: Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al Quran (2:185). Mengenai tanggal turunnya Al Quran tidak ada keterangan tegas dari ayat qawliyah, hanya berupa isyarat, yaitu: ANA ANZLNH FY LYLT ALQDR (S. ALQDR, 1), dibaca: inna- anzalna-hu fi- laylatil qadri (s. alqadr), artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam qadr (97:1). Yang dimaksud dengan hu (nya) dalam ayat (97:1) tersebut adalah Al Quran. Selanjutnya tanggal 17 diteruskan diujicoba dengan hadits shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari dari St 'Aisyah bahwa RasuluLlah SAW bersabda: THRWA LYLT ALQDR FY AL'ASYR ALAWAKHR MN RMDHAN, dibaca: taharraw laylatl qadri fil 'asyril awa-khir mir ramadha-ni, artinya: Cari laylatulqadr pada 10 malam terakhir dari Ramadhan. Bilangan 17 tidak terletak dalam rentang 21 - 30 atau 20 - 29 untuk bulan Ramadhan yang jumlah harinya 30, atau 29 hari.

Tafsir tanggal 17 Ramadhan ditolak oleh ujicoba. NuzululQuran bukanlah pada 17 Ramdhan. Hasil ujicoba ini menunjukkan pula bahwa tidak semua pertanyaan akan dapat dijawab oleh manusia. Ulasan hasil ujicoba. Pencatatan sejarah perang Badar tanggal 17 tidak benar, atau penafsiran ayat (8:41), mengenai yang diturunkan Allah bukanlah Al Quran melainkan malaikat. Ini jika dikaitkan pada:

Pertama, ayat 9 dalam Surah yang sama: ADZTSTGHYTSWN RBKM FASTJAB LKM ANY MMD KM BALF MN ML"KT MRDFYN (S. ALANFAL, 9), dibaca: iztastaghi-ts-na rabbakum fastaja-ba lakum inni- mumiddakum bialfim minal mala-ikati murdifi-n, artinya: Ingatlah tatkala engkau minta pertolongan kepada Maha Pemeliharamu, lalu diperkenankanNya permintaanmu: sesungguhnya Aku menolong kamu dengan 1000 malaikat yang beriring-iringan (8:9). Ayat ini mengiformasikan bahwa dalam perang Badr pasukan Madinah dibantu oleh malaikat hasil permohonan Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT.

Kedua, dilihat dari segi urutan yang diimani. Dalam penggalan ayat (8:41): yang Kami turunkan kepada hamba Kami adalah urutan kedua yang diimani sesudah beriman kepada Allah dalam ayat (8:41) tersebut. Mari kita kaitkan ini dengan ayat: AMN BALLH WML"KTH WKTBH WRSLH (S. ALBQRT, 285), dibaca: a-mana biLla-hi wamala-ikatihi- wakutubihi-warusulihi- (s. albaqarah), artinya: Beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya (2:285). Menurut ayat ini malaikat terletak pada urutan kedua dari yang diimani. Demikian pula dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah: ALAYMAN AN T"MN BALLH WML"KTH, dibaca: al ima-nu an tu'mina biLla-hi wamala-ikatihi-, artinya: iman yaitu engkau beriman kepada Allah dan malaikat-malaikatNya. Jadi yang diturunkan Allah dalam perang Badr bukanlah Al Quran (urutan ketiga), melainkan malaikat.
InsyaAllah dalam seri berikutnya akan dibahas aplikasi Pendekatan Satu Kutub dalam ilmu fisika. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 9 Januari 2000