Pekan-pekan ini di kota-kota besar Indonesia merebak protes dan kutukan yang ditujukan kepada Zionis Israel karena kekejamannya atas penduduk Palestina. Zionisme berasal dari kata Zion, sebuah bukit di sebelah selatan Bait alMuqaddas. Nabi Daud AS, yang juga raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Nabi Daud AS tinggal di benteng itu dan diberinya nama: "bandar Daud" (Samuel II 5:7-9). Sejak itu maka Zion menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang Yahudi yang mereka percayai bahwa Tuhan tinggal di tempat itu: "Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap di Zion" (Mazmur 9:11). Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi yang bersifat ideologis untuk menetap di Palestina, yakni di bukit Zion dan sekitarnya. Walaupun Nabi Musa AS tidak sampai pernah menginjakkan kaki beliau di sana, namun orang-orang Yahudi menganggap Nabi Musa AS adalah pemimpin pertama kaum Zionis.
Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme membangkitkan fanatisme kebangsaan (baca: keyahudian), keagamaan dengan mempergunakan cara kekerasan untuk sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa tipudaya untuk mengurangi dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata "Palestina", yakni mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang berkaitan dengan sejarah bangsa Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama "Israel" untuk negara yang telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme di Palestina identik dengan kekerasan, kezaliman dan kehancuran. Kaum Zionis mengambil nama Israel adalah untuk siasat guna mengelabui dan menipu publik (baca: dunia internasional), bahwa negara Israel itu tidak akan menggunakan cara-cara yang biasa digunakan oleh kaum Zionis. Pada hal dalam hakikatnya secara substansial tidaklah ada perbedaan sama sekali antara Israel dengan Zionisme.
Secara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale, Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor Herzl.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dalam tahun 1901. Dalam perjumpaan nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di rumah rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat sebagian dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat trperanjat setelah membaca isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen rahasia itu, yang disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas rahasia Kekaisaran Rusia Timur.
Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan seperti berikut: Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang disebut Joyeem, atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi. Kaum Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh menipu mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh serta memperkosa mereka. Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut, melainkan ini adalah warisan turun temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke dalam), yaitu sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini diungkap dalam Al Quran (transliterasi huruf demi huruf): QALWA LYS 'ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL 'AMRAN, 75), dibaca: qa-lu- laysa 'alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali 'imra-n), artinya: mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (3:75).
Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni, sangatlah menyimpang dari syari'at yang dibawakan oleh Nabi Musa AS. Mereka yang menyimpang inilah yang dimaksud dengan almaghdhu-b, artinya yang dimurkai dalam Surah Al Fa-tihah ayat 7.
Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan menye-barkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu mempublikasikan sekularisme kapitalisme, suatu waktu menebar atheisme komunisme, suatu waktu berse-lubung agnostik sosialisme. Untuk menebarkan pengaruh internasional, protokol-protokol itu antara lain berisikan perencanaan keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang, pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia. Manusia akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada ditundukkan oleh undang-undang.
Presiden Abdurrahman Wahid pernah mengatakan bahwa sedangkan dengan yang atheis seperti negara Rusia kita melakukan hubungan diploma-tik, mengapa dengan negara Israel yang ber-Tuhan lalu tidak boleh. Maka jawabannya adalah protokol-protokol Zionisme tersebut. Hendaklah Presiden Abdurrahman Wahid dan Alwi Syihab menghilangkan dari benak mereka untuk membuka hubungan dagang dengan Israel.
Tentu saja tidak semua orang Yahudi seburuk itu. Cobalah kita dengarkan apa kata Margaret Marcus, seorang gadis Yahudi kelahiran New York, tentang Yahudi dan Zionisme [diterjemahkan]:
"Sekularisme, nasionalisme dan materialisme masa kini disadap dari filosof-filosof yang membangkitkan revolusi Perancis, seperti Voltaire, Rosseau, Montesquieau dan lain-lain. Mereka adalah pembenci-pembenci fanatik terhadap seluruh agama. Merekalah yang bertanggung-jawab terhadap adanya keyakinan yang menyatakan bahwa manusia dapat maju dan mencapai keselamatan tanpa Tuhan. Tanpa adanya suasana anti agama yang mematikan ini, maka faham-faham seperti Marxisme, Fascisme, Nazis-me, Pragmatisme, seperti yang dipropagandakan oleh John Dewey, dan Zionisme, penyebab tragedi Palestina, tidak akan pernah mengakar. Telah saya pelajari bahwa di bawah pemerintahan Islam, khususnya di Spanyol, orang Yahudi mengalami masa keemasan dengan kebudayaan Ibraninya. Karena ketidak tahuan, tentunya terhadap sifat jahat Zionisme, secara naif saya mengira bahwa orang Yahudi Eropa kembali ke Palestina untuk menjadi orang semit lagi. Sebagian besar pemimpin Yahudi memandang Tuhan sebagai Super Agen real estate yang membagi-bagikan lahan untuk keuntungan mereka sendiri. Zionisme telah menjadikan aspek-aspek yang sangat jelek dari nasionalisme materialistik barat modern sebagai milik mereka sendiri, yang dapat membenarkan di dalam pikiran-pikiran hal-hal seperti: kampanye jahat untuk mengusir mayoritas orang Arab dan menginjak-injak minoritas yang mengibakan yang masih tinggal di Israel."
Margaret Marcus kemudian memeluk agama Islam dengan mengalih nama menjadi Maryam Jamilah. Adapun pendapatnya di atas itu dikemuka-kannya dalam suratnya kepada Maulana Maududi, tatkala masih sebagai Margaret Marcus, yang belum Islam. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 22 Oktober 2000