Empat fenomena alam yang terjadi dalam bulan Ramadhan 1424 H ini, yaitu badai matahari, hujan meteor, gerhana bulan dan matahari. Fenomena badai matahari terjadi pada permulaan pekan bulan Eamadhan 1424 yang baru lalu. Kantor Antariksa Jepang melaporkan mereka kehilangan kontak dengan satelit pemantau lingkungan saat badai itu terjadi. Sebelumnya, aktifitas matahari ini memang disebut-sebut akan berpengaruh pada kerja satelit dan radio komunikasi frekuensi tinggi. Aktifitas matahari ini juga mengirimkan pemandangan indah berupa aurora yang sangat spektakuler bentuknya. Semburat cahaya merah hijau jingga terlihat jelas di langit selatan Texas, Arizona, dan Alabama, Amerika Serikat.
Gerhana bulan telah berlalu, yaitu pada bulan purnama 14 Ramadhan 1424 H yang baru lalu. Bumi mulai berenang menerobos hamparan debu angkasa pada 13 November 2003 pukul 17:17 GMT (14 November 2003, pukul 01:17 Wita), malam Jum'at 19 Ramadhan 1424. Debu angkasa tersebut dihasilkan oleh komet Tempel-Tuttle tahun 1499 sejauh 393 ribu kilometer. Debu angkasa itu terbakar setelah bergesek dengan atmosfer bumi. Lintasan bunga api di angkasa tersebut dikenal dengan meteor atau bintang beralih. Meteor dari debu angkasa yang dihasilkan oleh komet Tempel-Tuttle mendapat predikat meteor Leonid karena tampak pada peta fiktif bola langit di lokasi rasi bintang Leo. Puncak hujan meteor itu, yang kecepatannya sekitar 71 kilometer per detik, insya Allah akan terjadi 17 hingga 19 November 2003, 22 hingga 24 Ramadhan 1424 dalam dua gelombang.
Gerhana matahari insya Allah akan terjadi pada hari Ahad 23 November 2003 jam 22:51 TD, yaitu pada jam (22.51 + 8 + 0.01.09 = 06.52.09) wita, tgl 24 November 2003 atau hari Senin 29 Ramadhan 1424 H. Sayang sekali di Indonesia gerhana matahari itu tidak dapat disaksikan, hanya dapat disaksikan gerhana matahari total di Antartika, sedangkan penduduk Australia dan Selandia Baru akan melihat fenomena alam itu sebagai gerhana matahari sebagian.
Gerhana matahari itu disusul oleh peralihan bulan Ramadhan ke bulan Syawwal. Pada malam Selasa (Senin malam) tgl 24 November 2003 di Makassar setelah matahari terbenam jam 17 59' 42", disusul oleh bulan terbenam jam 18 23' 42", tinggi al Hilal di ufuk barat 4° 37' 31", sehingga insya Allah al Hilal dapat diru'yah, artinya pada malam Selasa itu 1 Syawwal 1424 H sudah berwujud, artinya hari Selasa 25 November 2003 ummat Islam insya Allah akan Shalat 'IydulFithri.
***
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azzyumardi Azra kuatir munculnya sekte sesat seperi di Bandung, akan memunculkan kerawanan sosial dan keamanan. Dia menyarankan agar lembaga-lembaga keagamaan seperti PGI dan MUI mengantisipasi gejala-gelaja seperti yang terjadi di Kota Kembang itu. Sebab, tak tertutup kemungkinan, masalah tersebut akan terus berkelanjutan, baik di kalangan agama Kristen maupun di kalangan agama Islam. Menurut Azzyumardi gejala-gejala seperti sekte Jemaat Sibuea sebenarnya berasal dari Amerika Serikat, kemudian menggelobal dan sampai ke Indonesia. Mereka mengkultuskan orang-orang tertentu yang dipandang kharismatik yang dianggap bisa meramalkan masa depan, menyebut kapan kiamat dan lain seagainya.
Apa yang dikuatirkan oleh Azzyumardi Azra itu benar perlu mendapat perhatian dari MUI sehubungan terjadinya fenoma gerhana bulan yang disusul oleh gerhana matahari dalam bulan sucu Tamadhan ini. Karena diantara tanda-tanda kiamat kubra (besar) dijelaskan dalam banyak Nash yaitu Hadits Shahih, memang kita mendapatkan adanya fenomema gerhana. Dalam kitab yang berjudul "Asyraatus Saa`ah" karya Yusuf bin Abdullah bin yusuf al Wail disebutkan paling tidak ada sekitar sekitar 9 tanda kiamat kubro. Dan salah satunya dari tanda kiamat kubra itu adalah terjadinya khusuf: Dari Huzaifah Ibnu Usaid RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi hingga kamu melihat 10 tanda-tandanya . . . . (diantaranya disebutkan) : tiga buah khusuf yaitu khusuf di timur, khusuf di barat dan khusuf di jazirah Arabia" (HR. Muslim). Dari Ummi Salamah berkata bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Akan terjadi sesudahku nanti khusuf di Timur, khusuf di Barat dan khusuf di jazirah Arabia". Aku bertanya,"Apakah akan terjadi khusuf sementara masih ada orang-orang shalih ?". Beliau menjawab," Ya, bila penduduknya memperbanyak kejahatan" (HR. Tabrany).
Khusuf sendiri dalam istilah bahasa arab adalah gerhana bulan, sedangkan gerhana matahari diistilahkan dengan kusuf. Al-Quran selain menggunakan istilah khusuf ini untuk fenomena gerhana bulan, juga banyak menggunakan istilah khusuf dengan makna ditenggelamkan, dibenamkan, ditelan bumi atau dihancurkan.
Diriwayatkan oleh Imam Ja'afar Sadiq : " Kehadiran Imam Mahadi dikalangan umat manusia dibuktikan dgn berlakunya gerhana bulan dan matahari dalam satu bulan yg suci, yg tidak pernah terjadi sebelumnya sejak kelahiran Nabi Muhammad s.a.w" (Ikmal Al-Din). Bahwa Al Mahdi akan turun sebagai salah satu pertanda akhir zaman nanti, memang jelas disebutkan dalam banyak Hadits Shahih, namun dalam Hadits Shahih tersebut tidak ada yang menyebutkan bahwa pertanda turunnya Al Mahdi pada bulan Ramadhan yang di dalamnya gerhana dua kali, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ja'afar Sadiq tersebut.
Akhirulkalam, menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Observatorium Bosscha ITB, Moedji Raharto: "pernah terjadi sebelumnya pada 1982, di mana terjadi dua gerhana dalam satu bulan Ramadhan," ujarnya kepada wartawan, di Labtek III ITB. Keterangan Moedji Raharto tersebut menggelitik saya untuk melacak data falakiyah mengenai gerhana yang terjadi dalam tahun 1982, seperti yang dikemukakan Raharto. Dan inilah hasilnya:
Gerhana Matahari 1982
25 Januari 1982 - 29 RabiulAwwal 1402
21 Juni 1982 - 28 Sya'ban 1402
20 Juli 1982 - 28 Ramadhan 1402
15 Desember 1982 - 29 Safar 1403
Gerhana Bulan 1982
9 Januari 1982 - 13 RabiulAwwal 1402
6 Juli 1982 - 14 Ramadhan 1402
30 Desember 1982 - 14 RabulAwwal 1403
Jadi memang betul pada bulan 14 Ramadhan 1402 terjadi gerhana bulan dan pada 28 Ramadhan 1402 terjadi gerhana matahari. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 16 November 2003