Assalamu 'alaykum Wr. Wb.
Dipermaklumkan kepada Bapak, sepanjang yang saya dapatkan, bahwa sudah bertahun-tahun hingga cetakan terbaru(?) Edisi Revisi 1994, masih saja tidak direvisi dua kesalahan dalam Kitab "Al Quran dan Terjemahannya", yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, yaitu:
- Ayat [17:1]: alBashiyr diterjemahkan dengan Maha Mengetahui. Tidak perlu penjelasan lebih lanjut.
- Ayat [21:33]: WaHuwa Lladziy Khalaqa Llayla wanNahaara wasySyamsa walQamara Kullun fiy Falakin Yasbahuwna, diterjemahkan dengan: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Yang ini perlu penjelasan. Ada satu yang tidak lazim dalam terjemahan dan ada dua kesalahan:
- 2.1. Masing-masing dari keduanya itu adalah "sisipan". Saya katakan tidak lazim, oleh karena pada lazimnya sisipan itu diletakkan di antara dua tanda kurung, jadi lazimnya demikian (Masing-masing dari keduanya).
- 2.2. Kesalahan gramatikal, yaitu "matahari dan bulan" adalah mutsanna, yasbahuwn adalah jama', kalau mutsanna mestinya "yasbahaan".
- 2.3. Kesalahan substansial, mempersempit makna ayat, yaitu bahwa hanya matahari dan bulan saja yang beredar, padahal menurut intizhar, tiap-tiap sesuatu termasuk bumi juga berenang dalam falaknya.
Yang terakhir: Alangkah eloknya jika Menteri Agama mengeluarkan seruan kepada semua pencetak Kitab Al Qur^an di Indonesia agar supaya memakai Rasm 'Utsmany, seperti Kitab Al Qur^an yang dihadiahkan oleh Pmerintah Arab Saudi kepada para Jama'ah Islamiyah yang telah menunaikan ibadah haji.
Wassalam,
Makassar, 30 November 2003
H.Muh.Nur Abdurrahman
***
Bagian selanjutnya adalah untuk para pembaca. Akan diceritakan romantika mengapa kesalahan itu dapat saya ketahui.
Kita mulai dahulu dengan kesalahan terjemahan ayat (17:1). Merupakan nostalgia bagi saya, sekitar tahun 70-han abad yang lalu. Saya masih tergolong muda, umur 40-han, tenaga masih kuat (kalah tangan maju coboq-coboq). Di taruh di antara tanda kurung, karena nilai itu saya tidak anut. (coboq-coboq = badik). Waktu masih muda itu, tenaga saya masih kuat berda'wah setiap malam bulan Ramadhan ada kalanya bahkan di tiga tempat, yang sekarang karena sudah tua (kepala 7) sudah tidak sanggup lagi. Kesanggupan saya sekarang hanya berda'wah dengan duduk di depan PC.
Suatu waktu di Paotereq Kecamatan Ujung Tanah saya diminta memberikan hikmah Isra-Mi'raj. Pada waktu dibacakan Al Qur^an, alBashiyr diterjemahkan dengan Maha Mengetahui. Maka tatkala saya mulai dengan ceramah, saya koreksi dahulu terjemahan itu. Namun setelah selesai acara, gadis yang menterjemahkan itu mendatangi saya lalu berucap dalam nada protes: "Ustadz, saya menyalin terjemahan itu dari buku ini," kemudian menyodorkan Kitab "Al Quran dan terjemahannya", yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Saya berterima kasih kepadanya atas protesnya itu, karena pengetahuan saya bertambah: "Departemen Agama salah menterjemahkan alBashiyr."
Selanjutnya kesalahan terjemahan ayat [21:33]. Untuk itu saya kutip dari Seri 007, berjudul Makrokosmos, bertanggal 1 Desember 1991, jadi 12 tahun lalu + 1 hari: "Gerak benda-benda langit diatur Allah SWT sebagai Ar Rabb, Maha Pengatur, melalui TaqdiruLlah yang disebut al Falak. Istilah ini diambil dari bahasa Al Quran: Kullun fiy Falakin Yasbahuwna (S.Yasin,40), tiap-tiap sesuatu berenang dalam falaknya (36:40). Disekitar materi yang dalam hal ini benda langit, ruang menjadi lengkung membentuk jalur geodesik yang berwujud medan gravitasi. Maka Al Falak adalah Jalur Geodesik, dan melalui jalur inilah benda-benda langit bergerak." Sehubungan dengan yang saya tulis itu, ada dua orang yang menelepon, kalau saya tidak salah ingat mengaku bernama Abbas dan Palinrungi. Keduanya mengemukakan, bahwa selain (S.Yasin,40), keduanya mengemukakan ayat [21:33] itulah, bahwa menurut ucapan Abbas dan Palinrungi yang dimaksud Al Qur^an hanya matahari dan bulan saja yang beredar.
Maka demikianlah para pembaca romantika terungkapnya bagi saya 2 kesalahan terjemahan itu. Mina l'Aaidiyna wa lFaaiziyna, Taqabbala Lla-hu Minnaa wa Minkum. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 30 November 2003