9 Mei 2004

624. Tekstual, Ta'wil dan Isyarat

Seri 623 ybl memperbincangkan perkara intelektual Muslim yang keranjingan hermeneutika. Mereka ini juga sangat keranjingan dalam perkara pemahaman kontekstual, dan sangat sinis akan pemahaman tekstual, bahkan ada yang menggugat mushhaf (teks) Al Quran Rasm 'Utsmany, seperti yang telah ditulis oleh Luthfi Asysyaukani, dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas Paramadina, Jakarta, dan Editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal dan Taufik Adnan Amal, dosen mata kuliah ulumul Quran di IAIN Alauddin Makassar, aktivis jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal, bahwa keyakinan akan keotentikan Al Quran Rasm Utsmany adalah angan-angan teologis dan hanya merupakan mitos (lihat Seri 606).

***

Dalam Al Quran Allah berfirman:
-- ALDZY J'AL LKM MN ALSYJR ALAKHDHR NARA FADZA ANTM MNH TWQDWN (A. Y-S, 80), dibaca: alladzi- ja'alalakum minasy syarail akhdhari na-ran faidza- antum minhu tu-qidu-n (S. Yasin), artinya: Yaitu Yang menjadikan bagimu api dari pohon hijau dan dengan itu kamu dapat membakar (36:80).

Pertama-tama ayat itu harus difahamkan secara tekstual, karena itulah inti pemahaman, bahwa kamu, maksudnya manusia dapat membakar dengan api yang berasal dari pohon hijau. Dalam kasus ini pemahaman tekstual itu perlu ditopang ilmu nahwu. ALSYJR (al syajaru) adalah mudzakkar (jantan) dalam bentuk mufrad (tunggal), yang menunjuk kepada pohon keseluruhan secara kolektif. Ada pengelompokan kolektif benda yang menunjukkan spesi seperti manusia, binatang, serangga, tumbuh-tumbuhan, mineral dll semacamnya yang berkelompok yang diciptakan Allah secara alamiyah. Dalam bahasa Arab Al Quran benda-benda ini secara gagasan adalah jama' (plural), yaitu dalam kalimat, fi'il (kata kerja) yang berhubungan dengan benda itu ditasrifkan sebagai jama', namun dinyatakan dalam ism mudzakkar mufrad (kata benda jantan tunggal), jadi mengandung gagasan jama' (plural), seperti juga dapat dilihat dalam ayat-ayat (22:28, 27:18, 27:60).

Sedangkan bentuk muannats mufrad ALSYJRt (asysyjarah), ALNMLt (annamlah) menunjuk kepada sebatang pohon, yaitu pohon larangan (2:35), sejenis pohon yaitu pohon zaitun (23:20, 24:35), dan seekor "semut" (27:18)

Tidaklah boleh kita mengabaikan pemahaman tekstual, lalu langsung melompat kepada pemahaman kontekstual sebagai "apologi", sehingga ayat (36:80) difahamkan bahwa ada semacam pohon di Aceh walaupun masih hijau dapat dipakai untuk membakar, berhubung kita menjumpai sepintas lalu kenyataan bahwa api itu tidak berasal dari pohon yang hijau, melainkan dari kayu-kayuan dan daun-daunan yang kering berwarna coklat. Sebab kalau yang dimaksud sejenis pohom di Aceh maka pohon itu dalam Al Quran niscaya dinyatakan dalam bentuk muannats asysyajaratu lkhadhra-u.

Dengan tetap memegang intinya yaitu pemahaman tekstual, kita lanjutkan dengan ta'wil, yaitu dengan memanfaatkan sains berupa: ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan.

Reaksi thermonuklir di matahari mentransfer wujud tenaga nuklir menjadi tenaga radiasi yang berwujud sinar gamma yang menembus ke lapisan bagian luar dari matahari, sehingga mengalami penyusutan energi. Maka di bagian luar sinar yang telah berdegradasi energinya itu dikenal sebagai photon yang memancar ke sekeliling matahari, antara lain menyiram permukaan bumi.

Tumbuh-tumbuhan dibangun oleh bahagian-bahagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, yang disebut khlorophyl, zat hijau daun (istilah ilmiyah dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Khlorophyl ini menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis. Dalam proses photosynthesis oleh khlorophyl ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon, dihasilkanlah makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang dan mesin-mesin, makanan dan bahan bakar itu dengan oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air. Demikianlah sterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Jadi tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia dan binatang mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.

Demikianlah tenaga radiasi berdegradasi pula menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar melalui proses photosynthesis oleh zat hijau daun, dan selanjutnya berdegradasi pula menjadi tenaga panas melalui proses respirasi, yaitu reaksi kimiawi yang eksotherm (menghasilkan api). Pemakaian istilah asySyajaru lAkhdhar, zat hijau pohon, dalam Al Quran lebih tepat dari istilah ilmiyah khlorophyl, zat hijau daun, oleh karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja, melainkan pada seluruh bagian pohon asal masih berwarna hijau, mulai akar yang tersembul asal masih hijau, dari batang asal masih hijau, cabang asal masih hijau, ranting, daun, sampai ke pucuk serta buah yang masih hijau. Itulah ta'wil dengan memanfaatkan sains dari S. Yasin, 80.

Kemudian dilanjutkan dengan isyarat. Adapun S. Yasin, 80 mengisyaratkan bagaimana pentingnya hutan. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di musim kemarau. Namun 'ala kulli hal isyarat yang lebih penting dari S. Yasin, 80, adalah hutan itu sangat perlu dipelihara untuk terjadinya daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, membersihkan udara dari sampah CO2 yang dikeluarkan oleh manusia, binatang dan mesin-mesin. S. Yasin, 80 memberikan isyarat dalam konteks memelihara lingkungan hidup, tugas manusia sebagai Khalifatun fi lArdh. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 9 Mei 2004