23 Mei 2004

626. Metode Kehidupan yang Diajarkan oleh Rasulullah SAW

Tatkala TasuluLlah SAW mengawali kehidupan kaum Muslimin di kota Madinah, sebagai Kepala Negara beliau menempuh metode kehidupan yang meliputi tiga perkara, yaitu menjadikan aqidah Islam sebagai asas pembangunan peradaban, menjadikan halal dan haram sebagai standar pebuatan dan menjadikan makna kebahagiaan adalah ketentraman hakiki, yakni tercapainya ridha Allah SWT.

Pertama, membangun peradaban dengan aqidah islamiyyah, yakni menjadikan aqidah Islamiyyah sebagai asas bagi seluruh pemahaman hidup. Dengan asas ini Bani Adam akan dapat membangun kehidupan dan peradabannya serta menyelesaikan masalah-masalahnya.

Sikap menjadikan aqidah Islamiyah sebagai asas membangun peradaban ini menjadi modal dasar yang sangat berharga dalam menghadapi benturan peradaban dengan umat manapun di dunia. Sebab, pemikiran yang didasari aqidah Islam merupakan pemikiran terunggul di antara pemikiran yang dimiliki umat manusia. Hal ini secara praktis sudah pernah terjadi di masa Nabi SAW tatkala pada perang Badar 313 kaum Muslimin mengalahkan sekitar 1000 tentara Quraisy. Juga pada saat perang Mu'tah tatkala 3000 kaum Muslimin menghadapi 200 000 tentara adidaya Romawi. Kenapa kaum muslimin bisa begitu berani menghadapi lawan yang jumlahnya lebih banyak? Sebab mereka berperang melawan musuh bukan sekedar mengandalkan kekuatan fisik, melainkan mereka memerangi musuh dengan keyakinan akan kebenaran Islam yang mereka emban. Keyakinan inilah yang ditanamkan oleh salah satu panglima Perang Mu'tah, Abdullah bin Rawwahah tatkala memberikan pesan dan semangat kepada pasukan mujahidin yang sedang menghadapi jumlah pasukan Rumawi yang jumlahnya hampir tujuhpuluh kali Lipat itu! [Pada waktu qabilah-qabliah di perbatasan masuk Islam, maka qabilah-qabliah itu melepaskan diri dari wilayah kekuasaan Romawi dan bergabung masuk ke dalam Daulah Islamiyah Darul Islam al Madinatul Munawwarah. Maka Kaisar Romawi mengirimkan tenteranya untuk menghukum qabilah-qabilah itu, sehingga terjadilah Perang Mu'tah]. Jaminan keunggulan itu disebut oleh Allah SWT dalam firman-Nya (QS. Al Anfaal 65-66).

Kedua, metode kehidupan yang menjadikan pandangan halal-haram menurut Syari'at Islam sebagai standar perbuatan. Rasulullah SAW secara praktis mengajarkan kaum Muslimin untuk terikat dengan hukum Syara', yakni selalu menjadikan yang dihalalkan Allah dan Rasul-Nya sebagai perkara yang bisa dilakukan dan menjadikan yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai perkara yang mesti ditinggalkan. Tatkala khamar (miras) telah diharamkan oleh Allah SWT ada seorang yang (belum tahu) mendatangi Rasulullah SAW hendak memberikan hadiah khamar kepada beliau. Beliau menolaknya seraya menerangkan bahwa Allah SWT telah mengharamkan khamar. Orang itu bertanya: Bagaimana kalau saya jual? Rasulullah saw. menjawab bahwa zat yang diharamkan meminumnya diharamkan pula menjualnya. Lalu dia mengatakan bagaimana kalau saya hadiahkan kepada orang Yahudi? Baliau mengatakan bahwa Allah SWT yang telah mengaharamkan khamar itu mengharamkan pula barang itu dihadiahkan. Orang itu bertanya lalu bagaimana? Kata Nabi SAW : "Buang saja ke selokan!" Ketika Usman bin Mazh'un bertanya kepada Rasulullah SAW tentang mengeberi, beliau menjawab bahwa pengendalian nafsu adalah puasa.

Dan sikap selalu menyesuaikan diri dengan halal dan haramnya hukum Allah SWT menjadikan mereka sebagai umat yang konsisten dalam kehidupan dan tak mudah tergoda oleh musuh-musuhnya, bahkan disegani musuh. Ketika Abdullah bin Rawahah hendak disuap oleh orang-orang Yahudi di Khaibar, Abdullah berkata kepada mereka, "Wahai Yahudi, sesungguhnya suap yang kalian tawarkan itu adalah haram dan kaum muslimin tak memakannya." Maka orang-orang Yahudi itupun terkesan dan mereka berkata: "Dengan sikap seperti inilah langit dan bumi tetap tegak".

Ketiga, menjadikan makna kebahagiaan Ridha Allah SWT. Dengan demikian, bukanlah kenikmatan dan kelezatan materi yang membahagiakan hidup, melainkan segala perkara yang diridhai oleh Allah SWT, berbagai perkara yang Allah SWT perintahkan dan halalkan.

***

Demikianlah, agar rakyat Indonesia tidak kebingungan, siapakah di antara pasangan-pasngan Capres - Cawapres yang programnya bertumpu pada yang paling mendekati ketiga kriteria metode kehidupan yang yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, itulah Insya-Allah yang dapat menyelamatkan Negara Tepublik Indonesia yang kita cintai ini dari bahaya antara lain dari konglomerat hitam, utamanya KKN. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 Mei 2004