10 April 2005

671. Terlupa Ajal

Sesungguhnya Seri ini adalah lanjutan dari Seri 699 tgl 27 Maret 2005, tentang jum'atan asal-asalan yang diprakrsai oleh Aminah Wadud (jangan dipertukarkan W dengan D, sehingga menjadi Dawud, seperti pernah ditliskan oleh seorang penulis).

Kami dengan bangga mensponsori perempuan pertama yang memimpin salat Jumat dengan jamaah campuran gender (bukan genjer, kalau diulang berarti sejenis tanaman)," tulis situs Muslim Wake Up. Sejak pukul 12.00 waktu setempat, sejam sebelum acara dimulai, sekitar 50 orang sudah antre masuk kompleks gereja di ujung Amsterdam Avenue. Belasan polisi New York mengawasi antrean. Setiap orang diwajibkan membuka tasnya, lalu menyerahkan kunci dan peralatan lain dari besi. Badan mereka juga diperiksa dengan detektor. Sepuluh menit sebelum shalat dimulai, seorang demonstran sempat lolos pemeriksaan. Ia berteriak-teriak menentang acara tersebut, hingga akhirnya diringkus polisi. Sejumlah penentang sempat membawa spanduk bertuliskan, "Mixed Gender Prayers Today, Hellfire Tomorrow". Mereka baru pergi setelah diusir polisi. Semula Jumatan asal-asalan itu direncanakam di Galeri Sundaram Tagore diSoho, New York. Namun, karena ada ancaman bom, akhirnya pindah ke ruangan Synod House di Gereja Anglikan Saint John The Divine. Jumat asal-aslan itu diawali ucapan selamat datang dari Asra Nomani, mantan wartawan Wall Street Journal, yang tidak mengenakan telekung. Setelah ucapan selamat datang, dilanjutkan adzan oleh Sueyhla al-Attar dengan menutup telinga kirinya, dia itu penyiar radio di Atlanta, Georgia, juga tidak berkerudung, dengan rambut model "sampageno" (tergerai sampai di bahu), semodel rambut Asra Nomani, yang menunggangi jum'atan asal-asalan ini sebagai upaya promosi bukunya yang berjudul: "From Mecca to Middle America".

Apa itu khilafiah karena ada perbedaan pendapat yang bersumber dari Hadits tentang Ummu Waraqah?. Tentu saja bukan khilafiah, karena Hadits itu hadits gharib. Hanya diriwayatkan oleh Walid bin Jami' dan dalam sanadnya ada nama Abdurrahman bin Khalad. Baik Walid bin Jami' maupun Abdurrahman bin Khalad, keduanya majhul, alias tidak dikenal.

***

Syahdan, salah seorang wartawan, katakanlah namanya Fulan, setelah meliput jum'atan asal-asalan itu di New York itu, tiba-tiba saja merasa dirinya ada di depan sebuah sumur dengan latar belakang padang gurun yang gersang. Dilihatnya dari kejauhan seekor singa sedang mengejar mangsanya. Setelah diperhatikannya sejenak mangsa yang dikejar itu berkaki empat tetapi bukan antilop, karena hanya dua kakinya yang berjejak di tanah, sedang yang dua lagi bergantung saja. Tiba-riba mangsa yang dikejar singa itu berbelok arah menghadap menuju sumur yang ada di depan Fulan itu. Dengan demikian mangsa yang dikejar itu tidak lagi menyamping melainkan menghadapkan wajahnya ke pada Fulan. Karena makin mendekat maka makin jelas tampak oleh Fulan, bahwa yang dikejar itu seorang perempuan dengan menggendong sesamanya perempuan pada sisi kanannya. Itulah sebabnya dari kejauhan tadi hanya dua kaki saja berjejak di tanah sedang dua kaki yang lain bergantung di udara. Karena mangsa yang dikejar singa itu kian mendekat, maka alangkah ta'jubnya Fulan karena wajah itu baru saja dilihatnya sewaktu meliput jum'atan jadi-jadian di New York itu. Kedua orang itu tidak lain dari Aminah Wadud imam jadi-jadian yang menggendong Sueyhla al-Attar, mu'adzzin perempuan yang adzan jadi-jadian menghadap jama'ah membelakangi kiblat. Betul-betul mukanya sama dengan foto yang direkamnya, yaitu wajah Aminah Wadud sedang berakting menjadi imam dan sama betul dengan wajah Sueyhla al-Attar yang berdiri pada shaf pertama sebelah kanan sedikit di belakang Aminah. Tampak betul Sueyhla al-Attar shalat jadi-jadian tidak pakai kerudung dengan model rambut "sampageno".

Karena pikiran Fulan melancong ke jum'atan jadi-jadian di New York itu tidak disadarinya kejadian di depannya. Baru Fulan tersadar tatkala ia mendengar suara meminta tolong dari dalam sumur. Rupanya Fulan adalah keturunan pawang singa, maka dengan demikian singa itu masih mencium bau-bau penjinak singa dari tubuh Fulan, sehigga singa itu tidak mengganggu si Fulan, tatkala dia beranjak ke pinggir sumur melihat ke dalamnya.

Ada akar-akar kayu pada dinding sumur. Dilihatnya Aminah Wadud dan Sueyhla al-Attar memegang erat-erat akar kayu bergantung melayang-layang. Tiba-tiba didengarnya bunyi kocokan air di dasar sumur. Ternyata itu adalah 2 ekor buaya yang kelaparan. Apalah nasib. Lepas dari mulut singa ditunggu mulut buaya. Lalu tampaklah oleh Fulan keluar seekor tikus putih dari lubang celah-celah pinggir sumur, naik ke atas menggigit akar kayu tempat keduanya bergantung. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, keluar lagi seekor tikus yg berwarna hitam yang naik itu menggigit juga.

Lalu sekonyong-konyong terdengar pula bunyi sekawan lebah membawa madu. Fulan, Aminah Wadud, dan Sueyhla al-Attar, ketiganya mendongak ke langit. Tidak disangka-sangka menitiklah dua tiga titik madu terus masuk ke dalam mulut Aminah Wadud dan Sueyhla al-Attar. Keduanya mengguman: "Fuh manisnya madu ini, sedapnya, sungguh sedap." Fulan dengan mata batinnya melihat bahwa kedua perempuan yang sedang dalam bahaya itu lupa kan singa di mulut sumur dan juga lupa akan buaya yang sedang menantinya di bawah.

***

Apa hubungan antara paragraf pertama yang berisi fakta dan opini atas fakta itu dengan paragraf berikutnya yang berisikan imajinasi? Singa yang mengejar itu adalah Malak al-Maut, ajal memang senantiasa mengejar. Dan 2 ekor buaya itu adalah malaikat Munkar dan Nakir yg menanti di alam kubur. Akar kayu tempat bergantung itu adalah jangka hayat Aminah Wadud dan Sueyhla al-Attar, kalau cepat putus digigit tikus pendeklah umur keduanya, mana-kala lama baru putus akar itu, panjanglah umur keduanya. Tikus putih dan hitam itu adalah dunia siang dan malam yang sentiasa mengikis habis hari demi hari dari umur keduanya. Madu yg jatuh menitik dua tiga titik ke dalam mulut itu adalah nikmat dunia kesetaraan gender yang kebablasan yang menjadi tujuan hidup keduanya. Bayangkan dua tiga titik saja madu kesetaraan gender yang kebablasan itu, lupalah keduanya pada Malak al-Maut, Munkar dan Nakir.


Wahai hamba-hamba Allah, wartawan yang namanya Fulan itu adalah kita semua. Wahai hamba-hamba Allah, ingatlah, janganlah seperti Aminah Wadud dan Sueyhla al-Attar yang terlena itu , terlupa akan Malak al-Maut serta Munkar dan Nakir yang menanti di alam kubur. karena rasa sedap minum titik madu dunia kesetaraan gender yang kebablasan itu. Wahai hamba-hamba Allah, Aminah Wadud dan Sueyhla al-Attar itu adalah cermin bagi kita semua. Ya kita semua ini yang terletak di antara Malak al-Maut dengan Munkar dan Nakir di alam kubur. Ya kita semua ini yang dari saat ke saat siang dan malam senantiasa mengikis habis hari demi hari dari umur kita. Wahai hamba-hamba Allah, janganlah seperti Aminah Wadud yang lupa akan incaran Malak al-Maut karena hanya terbius oleh titik madu sedapnya dunia.

Firman Allah:
-- KL NFS DZAaQt ALMWT (S. AL 'AMRAN, 3:185), dibaca: kullu nafsin dza-ikatul mauti (s. a-li 'imra-n), artinya: Setiap diri mengalami mati. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 10 April 2005