Pertama-tama, majalah terkutuk (apapun isinya) playboy Indonesia edisi ke 2 yang katanya berkantor pusat(?) di Bali, pada hari Rabu 7/6-06 telah beredar di Jakarta. Ironis sekali, di saat anak-anak bangsa sibuk menanggulangi kesengsaraan ummat manusia di Yogya dan Jateng yang ditimpa musibah gempa, itu Erwin la'natuLlah 'alayhi sibuk pula dengan industri pornografinya yang terkutuk itu.
***
Marilah kita periksa salah satu landasan hypothesis Luxenberg, yaitu mengenai huruf-huruf Arab yang katanya berasal dari tulisan Suriah - Aram (written Syriac - Aramaic).
There were originally only six letters to distinguish some twenty-six sounds. The letters were gradually distinguished by points written above or below each letter. (Pada mulanya hanya ada enam huruf untuk dua puluh enam bunyi, secara gradual dapat dibedakan oleh titik-titik yang dibubuhkan di atas dan di bawah setiap huruf)
Ayuhlah ayuh mari kita lihat huruf-huruf Arab yang mula-mula tanpa titik:
1. | alif | 1 | (*) |
2. | ba, ta, tsa, | 3 | |
3. | jim, ha. kha | 3 | |
4. | dal, dzal | 2 | |
5. | ra, zay | 2 | |
6. | sin, syin | 2 | |
7. | shad, dhad | 2 | |
8. | tha, zha | 2 | |
9. | 'ain, ghain | 2 | |
10. | fa | 1 | |
11. | qaf | 1 | (#) |
12. | kef | 1 | |
13. | lam | 1 | |
14. | mim | 1 | |
15. | nun | 1 | (##) |
16. | waw | 1 | |
17. | Ha, tha marbuthah | 1 | (**) |
18. | hamzah sama dengan bunyi yang disimbolkan oleh alif | (*) | |
19. | ya | 1 | (###) |
Jumlah Bunyi | 28 |
(*) Alif dan hamzah melambangkan bunyi dengan makhraj yang sama, yaitu bunyi "a". Kalau bunyi "a" disukun pakai hamzah, huruf alif tidak disukun. Kalau ditengah-tengah, dipakai simbol hamzah dengan pakai tempat dudukan, sebab alif tidak dapat disambung dengan huruf selanjutnya, contoh malaikat (mim, lam, hamzah, kef, ta mrb). Alif juga berfungsi memanjangkan bunyi yang difatah, hamzah tidak dipakai untuk memanjangkan, sehingga kalau bunyi "a" dipanjangkan, maka hamzah disusul alif, contoh Qur'an (qaf, ra, hamzah, alif, nun), ini menurut Rasm (ejaan) 'Utsmany. Waw dipakai untuk memanjangkan bunyi "u" yang didhammah dan Ya untuk memanjangkan bunyi "i" yang dikasrah kalau pakai 2 titik di bawah dan memanjangkan bunyi "a" jika tidak pakai titik seperti contoh 'ALY bibaca 'ala (la dipanjangkan). Yang terakhir ini ada qiraat memanjangkan bunyi "e", yaitu 'ALY dibaca ale (le dipanjangkan). Tetapi ada pula Ya pakai titik untuk memanjangkan bunyi "e", seperti dalam do'anya Nabi Nuh AS majreha (re dipanjangkan).
(**)
Tha marbuthah simbol bunyi ta kalau posisinya tidak pada akhir kalimat (ayat), sekaligus simbol bunyi Ha kalau posisinya pada akhir kalimat (ayat), atau kalau berhenti membaca pada kata yang berkahir dengan tha marbuthah.
(#) qaf tidak masuk dalam (2) karena berbentuk mangkuk dan pakai kepala
(##) nun juga tidak masuk dalam (2) karena berbentuk mangkuk
(##) ya juga tidak masuk dalam (2) karena pakai kepala
----------------------
Jadi bukan 6 (enam) tetapi 17 (tujuh belas) huruf yang tanpa titik. Bukan 26 (dua puluh enam) melainkan 28 (dua puluh delapan) bunyi. Luxenberg masih terpengaruh oleh bunyi dalam bahasa-bahasa barat. Bunyi "a" dalam bahasa-bahasa barat hanya diucapkan dalam satu makhraj (articulation), sedangkan dalam bahasa Arab bunyi "a" ada dua makhrajnya, pertama seperti dalam bahasa-bahasa barat ditulis dengan huruf alif/hamzah, dan kedua di pangkal lidah ditulis dengan huruf 'ain. Demikian pula Ha dengan makhraj di dada dan bunyi ha dengan makhraj di kerongkongan. Ini kegagalan total dalam pemakaian alat (tool) hermeneutika epistemologis yang tidak memenuhi parameter kecermatan. Sekaligus menunjukkan bahwa hrufuf-huruf Arab tidaklah berasal dari tulisan Suriah - Aram.
***
Selanjutnya penjabaran hypothesis Luxenberg.
Sura 108 is a close allusion to the Peshitta of 1 Peter 5:8-9. ..... it is composed of transcriptions into Arabic writing of the Syriac New Testament text, i.e., there is almost no "Arabic" in the sura (Surah 108 adalah sindiran/kiasan yang dekat pada Peshitta of 1 Peter 5:8-9. ... itu digubah dari transkripsi ke dalam tulisan Arab dari teks Perjanjian Baru berbahasa Suriah, yaitu hampir tidak ada bahasa Arab dalam Surah tersebut).
Penjabaran hypothesis ini memakai alat hermeneutika epistemologis dengan parameter asal-usul. Ayuhlah ayuh, mari kita periksa apakah (Surah 108) is composed of transcriptions into Arabic writing of the Syriac New Testament text (1 Peter 5:8-9):
Surah 108 (S. ALKWTSR):
-- ANA A'ATHYNK ALKWTSR(1).
-- FSHL LRBK WANhR(2).
-- AN SYANaK HW ALABTR(3), dibaca:
-- inna- a'thayna-kal kawtsar.
-- fashalli liRabbika wanhar.
-- inna sya-niaka huwal abtar, artinya:
-- Sesunggguhnya Kami telah memberi engkau kebajikan yang banyak.
-- Maka shalatlah bagi Maha Pemeliharamu, dan menyembelihlah (binatang kurban).
-- Sesungguhnya orang yang membencimu akan musnah.
1 Peter 5:8-9
- 8.Be sober be watchful. Your adversary the devil prowls around like a roaring lion, seeking some one to devour.
- 9.Resist him, firm in your faith, knowing that the same experience of suffering required of your brotherhood throughout the world.
Sayang sudah tidak bahasa aslinya dalam bahasa Aram (Al-'Ibriyyah Al-Jadidah), bahasa yang dipakai oleh Nabi 'Isa AS, sehingga ya begitulah dikutip dari yang berbahasa Inggris "Revised Standard Version", diIndonesiakan sedikit bebas oleh HMNA:
- 8.Ingat-ingat dan waspadalah. Engkau punya musuh sang iblis hilir mudik laksana singa nan mengaum mencari siapa saja yang boleh dilahapnya.
- 9.Lawanlah dia, dengan iman yang teguh, maka ketahuilah bahwasanya itu adalah pengalaman kesengsaraan yang sama yang diperlukan oleh saudaramu di seluruh globa ini.
Secara substansial di manakah gerangan letaknya kedekatan dalam konteks sindiran/kiasan di antara (Surah 108) dengan (1 Peter 5:8-9), hai Herr Luxemberg? Bagaimanapun dipaksa-paksakan tidaklah mungkin (Surah 108) disentuh oleh teks Perjanjian Baru berbahasa Suriah (1 Peter 5:8-9). It is impossible possibility. Kegagalan total hasil hermeneutika epistemologis dengan parameter asal-usul.
Dan bagaimana pula tentang perkara there is almost no "Arabic" in the (Surah 108)? Ayuhlah ayuh, marilah kita periksa:
ANA (Inna-) , siapa bilang ini bukan bahasa Arab ?
A'ATHYNK (a'thayna-ka), secara etimologis berasal dari akar kata yang dibentuk oleh 3 huruf: 'Ain, Tha, Ya,
KWTSR (kawtsar), ini dari akar Kef, Tsa, Ra
SHL (shalli), ini dari akar Shad, Lam, Lam
RB (rabb) dari akar Ra, Ba, Ba
ANhR (anhar) dari akar Nun, ha, Ra
SYANaK (sya-niaka) dari akar Syin, Nun, Alif
ABTR (abtar) dari akar Ba, Ta, Ra.
Itu semua bahasa Arab yang akar katanya dibentuk oleh tiga huruf, hai Herr Luxenberg ! Lagi lagi kegagalan total Herr Luxenberg dalam pemakaian alat hermeneutika epistemologis yang tidak memenuhi parameter kecermatan. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 11 Juni 2006