8 April 2007

773. Penggagas Peringatan Mawlid

Shalahuddin menyeberangi sungai Jordania dan membuka wilayah Thibriyah tanpa benteng. Inilah pertempuran yang paing dahsyat di antara tujuh gelombang Perang Salib. Pertempuran itu dimulai hari Jum’at namun pertempuran kian memanas pada hari Sabtu pada tanggal 24 Rabiul Akhi 583 H – 4 Juli 1187 M. Kekuatan Pasukan Salib merasakan terik panas dan dahaga yang sangat, sementara kekuatan Mujahidin Islam mengepung mereka dengan membakar rumput kering yang ada sehingga membuat Pasukan Salib melengkapi penderitaan mereka dari serangan panasnya matahari, dahaga, api dan persenjataan serta serangan yang dilancarkan oleh para pemanah. Kemudian Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk bertakbir dan menyerang dengan sungguh-sungguh. Maka Allah anugerahkan kepada umat Islam memenangkan pertempuran.

Disebut Perang Salib karena para prajurit Kristen yang terlibat dalam peperangan itu mengenakan kalung bergantung salib dan pakaian mereka berterakan salib. peperangan ini melibatkan bangsa-bangsa gabungan berbagai negeri di Eropa; Perancis, Jerman, Inggris, dan Byzantium. Pencetus Perang Salib adalah Paus Urbanus II, yang memenuhi ajakan dan seruan Kaisar Alexius Comenent dari Konstantinopel kepada Paus Urbanus II agar segera menyerang negeri-negeri Islam di bawah dawlah Khilafah Islamiyah, karena kerajaan Byzantium merasa terancam oleh Khilafah Islamiyah. Siapa menabur angin potensial menuai badai. Menurut fakta sejarah, "it was the Byzantium first killed the prophet's messenger and attacked Muslims first in the battle of Mu'tah and Tabuk. Both places are in Arab. Not in Byzantium. (Itu dia Byzantium yang mula-mula membunuh utusan Nabi SAW dan mula-mula menyerang ummat Islam dalam perang Mut'ah dan Tabuk. Kedua tempat itu ada di Arab. Tidak di Byzantium). Byzantium dan Parsi membentuk aliansi-aliansi dgn suku arab yang pagan, dan mereka menyerang arab Badui yg beraliansi dengan Khilafah Islamiyah diperbatasan. Khilafah Islamiyah membela aliansi-aliansi Arab Badui di perbatasan yang diserang Romawi dan Parsi tersebut, hingga akhirnya pecah perang terbuka Khilafah Islamiyah versus Byzantium dan Parsi. Perang berlarutan dari abad 7 - 8 M, hingga Khilafah Islamiyah yg berperang melawan dua raksasa pada waktu itu mampu mencapai daerah-daerah Byzantium dan Parsi. Setelah Muslim masuk ke daerah kerajaan lawan tsb maka penduduk asli (seperti Mesir dan penduduk negeri-negeri Afrika Utara hingga Maghribi) yang dijajah Byzantium menjadi aliansi baru dengan Khilafah Islamiyah. Inilah latar belakang mengapa kerajaan Byzantium merasa terancam oleh Khilafah Islamiyah.

Genderang Perang Salib ditabuh pada 15 Agustus 1096 M. oleh Paus Urbanus yang memberangkatkan pasukan Salib Pionir yang berjumlah 300 ribu prajurit dengan semboyan "Begitulah kehendak Tuhan". Dalam catatan sejarah, terdapat tujuh gelombang serangan Perang Salib. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja!(*) Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan. Rukun Islam yang lima masih tetap dilaksanakan oleh ummat Islam, akan tetapi semangat untuk mempertahankan diri sudah pudar.

***

Peringatan Mawlid Nabi untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 570-590 H, atau 1174-1193 M) dari Dinasti Bani Ayyub, berasal dari suku Kurdi. Pusat kesultanannya berada di al-Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.

Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan ummat kepada Nabi SAW. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah Utara. Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak
zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran Islam hanya 'Idulfithri dan
'Iduladhha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa Peringatan Mawlid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar Islam, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 H/1183 M, Sultan Shalahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Makkah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jama'ah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan Mawlid Nabi kepada masyarakat Islam di mana saja berada dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat ummat Islam.

Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada Peringatan Mawlid Nabi yang pertama kali tahun 580 H/1184 M adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far al-Barzinji.
Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji (zi dari negeri asal Ja'far berubah menjadi za dalam nama judul karyanya), yang sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada Peringatan Mawlid nabi.

Ternyata Peringatan Mawlid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga membuahkan Pertempuran Thibriyah seperti yang disebutkan di atas, yang membuka jalan untuk merebut kembali Yerusalem pada tahun itu juga (1187) dan Masjid al-Aqsa kembali menjadi masjid hingga sampai hari ini.

Kiranya Peringatan Mawlid dewasa ini diarahkan pada membangkitkan semangat ummat Islam dalam menegakkan Syari'at Islam secara kultural dan struktural.
-- TSM J'ALNK 'ALY SYRY'AT MN ALAMR FATB'AHA WLA TTB'A AHWA^ ALDZYN LA Y'ALMWN (S. ALJATSYT, 45:18), dibaca:
-- tsumma ja'alna-ka 'ala- syari-'atim minal amri fattabi'ha- wala- tattabi' ahwa-al ladzi-na la- ya'lamu-n, artinya:
-- Kemudian Kami jadikan engkau (hai Muhammad) atas syari'at di antara urusan, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah engkau turut hawa-nafsu orang-orang yang tidak berilmu.
WaLlahu a'lamu bisshawab.
-------------------------
(*)
Gustave Le Bon, seorang Orientalis, menulis seperti berikut: "Ketika tentara salib berhasil mengalahkan pasukan Muslim, mereka memenggal semua kepala yang terluka dalam medan tempur. Kemudian mayatnya diikat pada pelana kudanya, selanjutnya diseret ke tempat pembuangan mayat di seputar kota (Antiokia) itu."
Kebrutalan pasukan Salib menurut Gustave Le Bon, dilukiskan olehnya: Saat pasukan Salib memasuki kota Jerusalem (7 Juni 1099 M/493 H), mereka merusak semua bangunan Islam dan merampas harta benda kaum Muslim. Dalam setiap penyerbuannya, mereka bersikap ganas. Tidak membedakan antara pasukan lawan dan rakyat sipil. Akibat-nya seluruh lapisan masyarakat mereka bantai. Inilah tindakan penyembelihan dan pembantaian terbesar yang kebiadabannya tiada tara dalam sejarah. Di setiap pelosok Kota Suci itu banyak kepala, tangan, dan kaki manusia yang berserakan serta jasad kaum Muslim yang bergelimpangan di sepan-jang jalan hasil 'pesta-darah' mereka selama sepekan, lebih dari 70.000 orang yang dibantai. Bahkan Godfrey (pimpinan pasukan Salib saat itu) mengirimkan kabar kemenangannya dengan menyatakan bahwa kuda-kudanya harus mengarungi lautan darah orang-orang Timur.

*** Makassar, 8 April 2007