18 April 1993

075. Say It With Flower?

Baru-baru ini Panglima ABRI menghimbau agar yang ingin menyatakan simpatinya pada ABRI berkaitan dengan pergantian di pucuk pimpinan ABRI, tidak usahlah pernyataan itu dalam bentuk kiriman karangan bunga, lebih baik dalam wujud dana yang akan dapat dimanfaatkan guna kepentingan sosial.

Dari himbauan Panglima ABRI itu dapat disimpulkan bahwa bagi ABRI mengucapkan dengan bunga, say it with flower, dalam kondisi sekarang ini masih merupakan sesuatu yang mewah. Sebenarnya di luar ruang lingkup ABRI ungkapan perasaan dengan bunga ini pada umumnya tergolong lux dalam kondisi kita sekarang ini. Misalnya dalam hal perkawinan barangkali masih ibarat sekam dalam beras, masih dihitung jari anggota masyarakat yang baginya tidak mewah. Bahkan bagi sebahagian besar anggota masyarakat hadiah perkawinan berupa barang pecah belah masih dipertanyakan maknanya. Bukankah memberikan emplop berupa uang akan lebih bermanfaat? Sebab dalam kenyataannya yang untung dalam hal ini adalah pemilik toko barang pecah belah. Sudah menjadi pengetahuan umum sesudah upacara perkawinan, hadiah-hadiah berupa barang pecah belah itu dilego kembali ke toko-toko, hanya sedikit yang disimpan sekadar kebutuhan sang pengantin baru dan keluarga dekatnya.

Orang-orang terdahulu memakai pula ungkapan-ungkapan simbolik untuk menyatakan apa yang dirasakannya. Kebiasaan orang Melayu lama membawa ikan belanak, jadi bukan bunga, kepada sang pengantin. Apa arti belanak? Itu ungkapan halus mendoakan agar sang pengantin banyak anak. Dahulu belum perlu KB, penduduk masih s(ed)ikit. Apa hubungannya ikan belanak dengan harapan pengantin banyak anak? Ya, belanak bersajak dengan beranak. Orang Bugis dahulu menyatakan cintanya kepada sang gadis pujaan dengan simbol pancing, pisang dan ekor. Apa hubungannya ketiga simbol itu dengan pernyataan cinta kasih tersebut. Yang berminat silakan tanya kepada antara lain Pak Andi Zainal Abidin Farid, Pak Hamzah Dg Mangemba, Pak Fakhruddin Ambo Enre, Ibu Hawang Tahir. Silakan tanya kepada beliau-beliau itu!

Demikian pula untuk orang yang meninggal bagi sebagian besar anggota masyarakat pernyataan bela sungkawa dalam bentuk ungkapan say it with flower tidak jauh bedanya dengan apa yang dibicarakan di atas itu. Akan lebih ada artinya jika pernyataan bela sungkawa berwujud sumbangan bagi janda dan anak-anak yang ditinggalkan. Walauppun sebenarnya say it with flower ini berasal dari budaya barat, mengirim bunga dalam rangkaian orang yang meninggal sudah memasyarakat, bahkan sudah membudaya dari lapisan atas sampai lapisan kalangan bawah, dari formalitas meletakkan karangan bunga dalam upacara-upacara sampai kepada membawa bunga rampai ke kuburan setiap hari Jum'at dan hari ziarah kubur menjelang hari raya 'Ied, baik 'Iedu lFithri maupun "Iedu lAdhha. Setiap hari Kamis kalau tidak awas kuntum bunga dekat-dekat pagar akan disambar perempuan dan anak-anak untuk dijadikan bunga rampai yang akan dijual kepada peziarah kubur hari Jum'at. Saya teringat semasa kecil sebuah nyanyian berjudul Bunga Rampai kompilasi (atau karya?) Madong Lubis dalam buku lagu Taman Kesuma. Madong Lubis mempertanyakan apa sebenarnya kegunaan bunga rampai itu.

Melati, kenanga, mawar, bakung, cempaka
Dahlia, kemboja, semua bunga
Bagus sungguh rupanya harum pula baunya
Melati, kenanga amat harumnya

Melati, kenanga, campurlah semuanya
Potonglah, irislah akan dianya
Bunga rampai namanya laris pula lakunya
Bunga rampai, bunga rampai apa gunanya

Dalam ajaran Islam membawa bunga ke kuburan boleh-boleh saja. Membawa bunga sudah memasyarakat bahkan sudah membudaya dalam kalangan ummat Islam. Yang menyangkut kebudayaan berlaku qaidah semua boleh kecuali yang dilarang. Jadi kebolehan membawa bunga dalam ziarah kubur tidak tanpa reserve. Ada persyaratan dari segi aqiedah dan segi teknis. Apabila anak Adam telah mati demikian Sabda Rasulullah, fa qad quthi'a 'amaluhu, maka diputuslah amalnya kecuali tiga perkara, pertama amal jariyah, kedua ilmunya yang dimanfaatkan masyarakat dan ketiga anaknya yang shalih mendoakannya. Berdasar atas Sabda Rasulullah itu maka membawa bunga niatnya bukan untuk si mati, melainkan untuk yang hidup, say it with flower kepada keluarga yang meninggal. Persyaratan teknis tidak boleh lux dalam pengertian boros dan penampilan yang dalam bahasa daerah Bugis Makassar matempo, borro, ero' nikana. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 18 April 1993