25 April 1993

076. Angin

Angin seperti juga air, yang telah dibicarakan terdahulu, tetap aktual untuk ditulis. Angin adalah sumber energi sekunder. Dikatakan sekunder oleh karena energi angin itu berasal dari sumber energi primer, yaitu radiasi matahari yang berupa photon. Molekul-molekul udara mendapat pukulan dari photon gamma ini sehingga suhunya naik, lalu rapat jenis udara itu berkurang,
artinya udara itu bertambah ringan, yang dalam ilmu percuacaan diberi tanda negatif di tempat itu. Di tempat yang kurang mendapat gempuran photon, udara akan lebih dingin dan diberi tanda positif dalam peta percuacaan. Maka mengalirlah udara dari tempat yang lebih dingin ke tempat yang lebih panas, dan itulah yang disebut dengan angin. Jadi angin adalah udara yang bergerak. Dan benda yang bergerak mempunyai tenaga gerak atau tenaga kinetik. Tenaga ini dapat dipakai untuk menggerakkan perahu layar. Dapat pula menggerakkan kincir angin. Negeri Belanda mendapat julukan Negara Kincir Angin. Dahulu di sana banyak kincir angin untuk menggerakkan pompa, yang memompa air meliwati tanggul penghalang air laut. Makmlumlah negeri Belanda, kecuali Provinsi Limburg, permukaan tanah lebih rendah dari muka laut. Sekarang kincir angin itu tinggal berupa monumen saja lagi, menjadi obyek parawisata. Mengapa? Karena kincir angin itu kurang efisien, lalu diganti yang lebih canggih, turbin angin namanya. Ya, seperti nasib roda air yang juga sekarang disisihkan oleh turbin air.

Angin sebagai sumber tenaga sekunder membangkitkan pula sumber tenaga generasi ketiga yaitu ombak. Dalam hidrodinamika secara persamaan matematik dijelaskan jenis-jenis ombak yang dihasilkan oleh tekanan angin pada permukaan laut. Gerak ombak turun naik seperti gerak torak dalam silinder motor pembakaran dalam, yaitu gerak harmonis. Dengan pelampung yang merupakan bagian dari motor ombak dapatlah diserap tenaga ombak itu, sehingga sumber tenaga generasi ketiga ini dapat dimanfaatkan. Di Indonesia tenaga ombak ini hingga kini belum dimanfaatkan. Artinya belum ada motor ombak di tanah air kita ini.

Dalam perbahasaan, angin mempunyai keistimewaan khas. Kalau digabung dengan kata masuk akan berarti sejenis penyakit. Namun kalau digabung dengan keluar, berarti ibarat gas asap yang keluar dari knalpot motor yang mengandung H2S. Itu dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kalau digabung dengan kata merah akan berarti sejenis penyakit pula, yaitu Riehu lAhmar, yang berarti penyakit tekanan darah tinggi. Kalau dalam bahasa Bugis Makassar kata porno tidak akan porno kalau bergabung dengan angin, yang dalam bahasa Indonesia disebut angin puting beliung. Yaitu angin berpusar yang dari jauh kelihatan seperti identitas kejantanan, dari angkasa menjulur ke bawah ke permukaan tanah atau permukaan laut. Dalam cerita-cerita pelaut Bugis Makassar katanya angin yang berbentuk seperti identitas kejantanan itu dapat dihalau dari perahu jika ditantang dengan identitas kejantanan pula oleh para awak perahu. Seluruh anak perahu tanpa busana menghadap ke arah angin puting beliung itu. Dan katanya angin dahsyat itu akan menepi tidak akan melanggar perahu, karena angin dahsyat itu segan akan tantangan identitas kejantanan itu. Sebenarnya para pelaut itu tidak bohong, itu hanya penafsiran mereka saja. Dalam realitasnya memang angin dahsyat itu tidak akan melanggar perahu mereka. Teman-temannya dalam perahu yang lain yang melakukan hal yang sama menantang angin itu dengan identitas kejantanannya, tetapi dilanggar dan diobrak-abrik oleh angin dahsyat itu semuanya mati tenggelam jadi tidak ada yang akan dapat bercerita. Yang dapat bercerita adalah para awak perahu yang memang tidak akan kena jalur angin dahsyat itu, lalu ditafsirkanlah oleh mereka itu bahwa angin itu menepi karena mendapat tantangan dari sejenisnya yang jantan.

Borra' Daeng Ngirate penggubah lagu daerah Makassar Anging Mammiri', adalah yang mula pertama menggubah lagu daerah Makassar yang menyimpang dari pola 8 - 8 - 5 - 8, yaitu pola pada Kelong Mangkasara. Ia membuat pola 8 - 8 - 8 - 5 - 8, seperti berikut:

Anging Mammiri' kupasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takkaluppa
(Eaule') Namangngu'rangi
Tutenayya (tutenayya) pa'risi'na

Battumi anging mammiri'
Anging ngerang dinging-dinging
Namallantasa' ri buku
(Eaule) Mangngerang nakku'
Mappaempo (mappaempo) mangngu'rangi

(Kata yang dikurung dalam lagu tersebut hanya sekadar pambeloi, hiasan). Terjemahan bebasnya kurang lebih seperti ini:

Kupesan angin berembus
Jendelanya yang kau tuju
Yang sangat melupakan daku
Wahai ingatlah
Yang tak tahu memendam rasa

Datanglah angin berembus
Angin membawa rasa sejuk
Menusuk ke dalam sumsum
Membawa rindu
Menghenyakkan duduk termangu

Boleh jadi Borra' Daeng Ngirate ini "berani" melanggar pola 8 - 8 - 5 - 8, karena ia mencoba membuka tabir jampi-jampi pasang-pasang ri anging, pesan-pesan melalui angin yang tidak berpola pada Kelong Mangkasara. Dahulu, tentu sekarang tidak lagi, seorang jejaka yang menaruh hati pada seorang gadis, ia akan memakai guna-guna yang disebut pekasih. Ada kemiripan bait pertama dan kedua lagu Anging Mammiri dengan mentera pekasih itu. Ditulis di atas daun lebar dalam aksara Makassar lontara' dengan memakai alat tulis kallang yang dibuat dari rusuk enau. Daun itu digulung dan digantung di atas pohon. Dipilih pohon yang terletak di atas angin, artinya angin bertiup dari arah pohon ke rumah gadis idaman. Konon kata orang mantera jampi-jampi itu tergolong kesusastraan yang mula pertama. Dilihat dari segi aqiedah, pekasih pasang-pasang ri anging ini jelas menyimpang dari ajaran Islam. Sebab berpesan melalui angin dalam pekasih itu pembaca mantera meyakini angin itu sesuatu yang hidup yang dapat menyampaikan pesan, maka itu termasuk kepercayaan serba ruh, animisme.

Angin memegang peranan penting dalam daur hidrologik, pendauran air. Sudah berulang kali kita ketemu ungkapan ini dalam seri ini. Untuk penyegaran ingatan akan diinformasikan lagi secara singkat. Air menguap ke atas menjadi awan ditiup angin, turun lagi ke bawah berupa hujan, meresap ke dalam tanah, mengalir ke danau dan laut, lalu naik lagi. Peranan angin dalam daur hidrologik ini dijelaskan dalam S. Fathir, 9:

Wa Llahu lladzie arsala rriyaha fatutsieru sahaban fasuqnahu ila baladin fa ahyayna bihie l-ardha ba'da mawtiha. Dan Allah mengirim angin menggerakkan awan dan menghalaunya ke negeri (yang gersang) dan menghidupkan bumi dengan itu sesudah matinya.

Hanya itukah gunanya angin? Tunggu dahulu, masih ada kegunaannya yang lain. Dengarlah Firman Allah dalam S. Al Hijr, 22:

Wa arsalna rriyaha lawaqih, dan Kukirim angin untuk mengawinkan. Jadi angin di samping motor penggerak daur hidrologik, disamping sumber tenaga sekunder, juga berfungsi mengawinkan. Lalu mengawinkan apa? Sudah beberapa kali dalam seri ini dijelaskan bahwa untuk dapat mengerti ayat Al Quran ada kalanya harus mengerti ilmu pengetahuan alam. Yaitu dalam hal ini ilmu pengetahuan alam berfungsi sebagai ilmu bantu untuk dapat mengerti Al Quran. Jawabannya dalam ilmu tumbuh-tumbuhan, yaitu angin dapat berfungsi mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Tepung sari ayang jantan ditiup angin, maka tepung sari itu menyentuhlah putik yang betina dan terjadilah perkawinan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 25 April 1993