5 September 1993

093. Mawlid dan Mawlud

Besok 30 Agsutus 1993 Miladiyah bertepatan dengan 12 Rabiu lAwwal 1414 Hijriyah, adalah hari lahirnya Nabi Muhamaad RasuluLlah SAW. Maka mulai bulan ini hingga tiga bulan berikutnya ummat Islam seluruh dunia memperingati mawlid ataupun mawlud RasuluLlah SAW, seperti setiap tahun sebelumnya. Ada manusia yang sekadar produk sejarah saja. Ia datang tak menggenapkan, dan ia pergi tak mengganjilkan. Ia muncul dalam sejarah, kemudian gone with wind. Walaupun tidak pernah diadakan penelitian, kita yakin mayoritas manusia adalah seperti itu. Ada manusia yang tergolong minoritas, ia produk sejarah tetapi ia juga berperan dalam sejarah, mengubah sejarah. Para Rasul termasuk dalam golongan yang minoritas ini. RasuluLah SAW datang dengan risalah Rahmatan li l'Alamien. Rasulullah datang dengan tugas keRasulan dari Allah SWT untuk mengubah sejarah.

Kalau orang bicara mawlid maka kaitannya adalah waktu dan tempat, dan jika kita bicara mawlud maka itu menyangkut manusianya. Agar lebih jelas, diungkapkan dalam kalimat tanya. Bilamanakah dan di manakah mawlidnya? Siapakah yang mawlud? Manusia jenis pertama, yang mayoritas, datang di dunia tanpa menggenapkan, meninggalkan dunia tanpa mengganjilkan, buat yang jenis ini, orang hanya bicara tentang mawlid untuknya. Namun manusia golongan kedua, yang minoritas, yang datang di dunia ini mengubah sejarah, maka orang bicara tentang mawlid dan mawlud untuknya. Maka menyangkut Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, kita bicara kedua-duanya, mawlid dan mawlud.

Peringatan mawlid dan mawlud RasululLah SAW walaupun tidak ada dalam Al Quran maupun dalam sunnah Nabi, ummat Islam memperingatinya juga, karena dalam Al Quran dan sabda Nabi tidak ada larangan untuk memperingati mawlid, atau mawlud. Dalam hal ini perlu diperhatikan qaidah yang berikut: Yang menyangkut Syari'ah yang 'ubudiyaat, harus sami'na- waata'na-, ibadah langsung kepada Allah SWT, hubungan antara hamba dengan Khaliq, maka qaidahnya: sebuah tidak boleh, kecuali yang diperintahkan tidak boleh menambah ataupun mengurangi. Sebaliknya yang menyangkut mu'amalaat, ibadah kepada Allah secara tidak langsung, hubungan manusia dengan manusia berserta lingkungannya dengan nwaytu karena Allah, maka berlaku qaidah, semua boleh kecuali yang dilarang. Agar jelas akan diberikan contoh: Menurut ilmu hitung 4 lebih banyak dari 3, jadi eloklah kalau kita shalat maghrib 4 raka'ah sehingga pahalanya lebih banyak ketimbang yang 3 raka'ah. Shalat termasuk yang ubudiyyah, maka berlaku qaidah semua tidak boleh, kecuali yang diperntahkan. Shalat maghrib diperintahkan 3 raka'ah, tidak boleh pakai ilmu hitung, semua jumlah raka'ah dilarang, kecuali 3 raka'ah. Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkan mempergunakan mekanisme pompa untuk memompa air zam zam, kok berani-beraninya al Khadam al Haramain menyuruh memasang pompa air zam zam dalam al Masjid al Haram. Maka jawabnya ini menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia, termasuk yang mu'amalah, semua boleh kecuali yang dilarang. Menurut Al Quran dan Sunnah Nabi tidak ada larangan mempergunakan mekanisme pompa dalam al Masjid al Haram, jadi pemakaian pompa itu boleh saja. *)

Dalam peringatan mawlid dan mawlud itu disampaikan pesan-pesan yang bernilai Islam, menyangkut bubungan antara manusia dengan manusia, yang termasuk mu'amalah, yaitu merupakan sub-sistem dari sistem pendidikan Islam, pendidikan informal yang termasuk dalam jenis pendidikan lingkungan, suatu sistem pendidikan yang tidak menuntut persyaratan formal, baik bagi yang menyampaikan pesan, maupun khalayak yang akan menerima pesan. Demikian pula tidak ada kurikulum tertentu, juga tidak mesti dalam jangka waktu tertentu pada tempat yang tertentu.

Satu-satunya informasi dalam Al Quran tentang mawlid RasuluLlah SAW adalah secara tidak langsung, yaitu hanya disebutkan situasi yang terjadi dalam tahun kelahiran RasuluLlah SAW, yaitu dalam S. Al Fiel: Alam tara kayfa fa'ala rabbuka bi ashhaabi lfiyl, tidakkah engkau lihat bagaimana Maha Pengaturmu menindak pasukan bergajah? Alam yaj'al kaydahum fiy tadhliyl, tidakkah dijadikanNya upaya mereka sia-sia? Wa arsala 'alaihim thayran abaabiyl, dan dikirimkanNya kepada mereka burung berbondong-bondong. Tarmiyhim bi hijaarain min sijjiyl, yang melempar mereka dengan tanah yang mengandung azab. Faja'alahumm ka'ashfin ma^kuwl, maka menjadilah mereka rontok seperti daun dimakan ulat.

Peristiwa hancurnya pasukan bergajah ini merupakan topic of the year waktu itu sehingga qabilah-qabilah Arab menamakannya Tahun Gajah. Mawlid RasuluLlah SAW adalah dalam Tahun Gajah ini. Dalam sejarah, Abraha seorang vazal (karaeng palili') dari Yaman, kerajaan kecil taklukan kerajaan Habasyah mengerahkan pasukannya yang mempunyai gajah untuk meruntuhkan Ka'bah. Penyerangan Abrahah ini berupa mekanisme poliik untuk mencerai-beraikan ikatan yang terjalin secara historik dari qabilah-qabilah Arab. Walaupun di antara mereka qabilah-qabilah Arab itu tidak sunyi dari pertikaian bersenjata, namun meraka masih merasa mmempunyai rasa kesatuan etnik sebagai turunan Nabi Ibrahim AS melalui anak sulungnya Nabi Isma'il AS.

Seperti diketahui Ka'bah di bangun kembali oleh kedua anak beranak Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'il 'Aaalaihimassalam atas petunjuk Allah SW. Dikatakan dibangun kembali, oleh karena Ka'bah mula pertama dibangun oleh suami isteri Nabi Adam AS dan Hawa. Turun temurun bangsa Arab anak cucu Nabi Ibrahim AS melalui Nabi Isma'il AS secara sinambung memelihara dan merenovasi Ka'bah, bangunan yang berbentuk kubus tersebut. Walaupun mereka itu mengalami degradasi dari beraqidah tawhied mengEsakan Allah ke polytheist menyembah banyak dewa yang dilambangkan sebagai patung berhala, namun mereka itu tidak pernah menyembah Ka'bah, dan tidak pernah menyembah Hajaru lAswad batu hitam, batu perletakan pertama pada waktu Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'iel 'Alaihima Ssalam membangun kembali Ka'bah.

Hancurnya pasukan bergajah Abraha, termasuk Abraha sendiri, merupakan suatu peristiwa penting dalam sejarah yang menandai mawlid RasuluLlah SAW. Itu dari segi tahun mawlidnya RasuluLlah SAW. Dari segi bulan, maka bulan Rabiu lAwwal merupakan bulan yang penting dalam sejarah di samping sebagai bulan mawlid beliau. Mengapa? Karena dalam bulan itu pula RasuluLlah bersama-sama dengan Abu Bakar Ash Shiddiq tiba di Madinah dalam rangka hijrah. Seperti diketahui peristiwa hijrah ini merupakan titik balik dari perjuangan RasuluLlah SAW bersama-sama dengan ummatnya. Titik balik dari periode Makkah ke periode Madinah. Dari periode obyek, maf'uwlun bih, ke periode subyek, fa'il. Dan dalam bulan Rabiu lAwwal ini pula RasuluLlah SAW wafat. Ada suatu menit-menit yang penting pada waktu wafatnya RasuluLlah SAW.

Yaitu Umar marah terhadap pembawa informasi bahwa RasuluLlah telah wafat. Mana mungkin katanya, siapa sumber informasi itu. Melihat gelagat itu Abu Bakar tidak menanggapi Umar. Beliau sendiri langsung mencek kebenaran berita itu. Dan Abu Bakar, setelah menyaksikan bahwa RasulLah SAW telah benar-benar wafat, ia mendatangi kelompok yang mengelilingi Umar, kemudian Abu Bakar berpidato pula mengatasi ucapan kemarahan Ummar yang tidak henti-hentinya itu. Barang siapa yang ingin menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Barang siapa yang ingin menyembah Allah, maka Allah tetap hidup. Mendengar suara Abu Bakar yang lantang itu, Umar tepekur, istighfar, menyadari kekeliruannya, bahwa seakan-akan Muhammad itu tidak dapat mati. Gaungan suara lantang Abu Bakar ini menyelamatkan ummat Islam belakangan untuk tidak mempertuhankan Nabi Muhammad SAW.

Dalam peringatan mawlud RasuluLlah SAW thema umumnya ada tiga, bahwa RasuluLlah SAW diutus untuk Rahmatan li l'Alamien, teladan yang baik, dan menyempurnakan akhlak manusia. Ketiga thema sentral ini kita dapat ikuti dalam ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan tentang mawlid dan mawlud. Kolom ini terlalu sempit untuk itu. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 5 September 1993