Tukang sihir Syria dahulu kala membuat pedang yang ampuh dengan jalan menusukkan pedang panas merah menyala ke perut budak. Penyihir ini berkeyakinan dalam darah manusia terdapat kekuatan magis, dan dengan proses penusukan itu berpindahlah tenaga magis itu ke dalam pedang. Pedang yang disihir oleh penyihir Syria itu betul-betul ampuh. Pedang yang berkekuatan magis itu dapat menebas putus pedang lawan yang tidak berisi kekuatan magis. Dalam dunia persihiran kekuatan magis ini dikenal dengan nama mana di kalangan bangsa-bangsa Proto dan Deutro Melayu di Kepulauan Nusantara dan Polynesia, dikenal dengan nama orenda di kalangan Indian Iroquios, wakan di kalangan Indian Sioux, manitou di kalangan Indian Algonquian dll.
Kita lanjutkan dengan kisah Boto Lempangang, bagaimana ia menempuh proses dramatik menjadi boto (futerolog) Kerajaan Gowa. Ia berasal dari Ampangang. Ia menantang boto kerajaan dalam keahlian ilmu sihir. Taruhannya? Apabila ia menang, ia akan menjadi boto kerajaan, dan apabila kalah ia dihukum mati. Maka dibentuklah panitia untuk melaksanakan sayembara sihir ini. Panitia menanam bajak dan sisir sawah. Kemudian sang penantang disuruh dahulu untuk menebak apa yang ditanam itu. Dengan serta merta orang dari Ampangang ini mengatakan itik putih dua ekor. Maka dipanggillah algojo untuk mengeksekusinya. Tetapi orang Ampangang ini menyela: "Tunggu, gali dahulu apa yang ditanam itu." Maka digalilah dan akhirnya melompatlah keluar dari lubang galian itu itik putih dua ekor. Saat itu juga ia dinobatkan menjadi Boto Kerajaaan Gowa. Begitu upacara pelantikan selesai, Boto Lempangang mendemontrasikan sihirnya pula. "Hai itik kembalilah kau pada wujudmu yang asal." Kedua ekor itik putih itu berubah menjadi bajak dan sisir sawah kembali. Berkomentarlah tau jaiya (majelis, large audience): "Tau anjari kananna." (orang yang mewujudkan ucapannya)
Apakah cerita dukun sihir Syria dan Boto Lempangang dan itu omong kosong belaka? Tunggu dahulu! Bagaimana dengan tukang sihir Syria itu? Ini bukan sihir, melainkan teknologi metalurgi yang dilatar belakangi dengan pemahaman kekuatan magis. Apa yang terjadi pada waktu pedang merah menyala itu ditusukkan ke perut budak, itu akan sama efeknya dengan menusukkannya ke dalam kantung kulit berisi air, juga akan sama efeknya dengan proses dalam dunia teknologi yang modern, yaitu menyembur pedang itu dengan ion-ion karbon. Dengan proses ini baja dapat diubah strukturnya menjadi malleable. Jenis alloy (logam campuran) besi-karbon jenis malleable ini baru didapatkan dalam metalurgi modern dalam abad ke-19, pada hal tukang sihir Syria dahulu kala sudah mendapatkannya jauh terlebih dahulu. Malleable ini sangat keras, makin digergaji makin keras. Terali besi penjara di Inggeris banyak yang memakai malleable ini.
Ilmu sirap (hypnosis) dalam perjalanan sang waktu yang panjang sekali ditengarai sebagai praktek sihir. Barulah dalam abad belakangan didemistifikasi, artinya mistik itu dirasionalkan, dan menjadi bagian dari proses penyembuhan dalam dunia kedokteran. Bahkan dalam beberapa negara proses penyembuhan dengan hypnosis ini dapat diasuransikan. Seorang penyihir yang unggul mampu menimbulkan ilusi optikal di kalangan tau jaiya. Seamsal tukang sihir India dengan kemampuan menimbulkan ilusi tali bergulung yang ujungnya tegak seperti ular kobra. Nah, Boto Lempangan sang penyihir yang dalam ungkapan rasional kekinian, berarti seorang ahli hypnosis yang yang mampu memberikan sugesti positif berupa ilusi optikal itik putih dua ekor. Di samping sugesti positif ada pula penyihir yang mampu memberikan sugesti negatif, dan ini dikenal dengan ilmu siraung di daerah ini. Dahulu orang yang silariang memakai ilmu ini, ilmu melenyapkan diri dari pandangan orang.
Dari manakah datangnya energi untuk keperluan ilmu sirap itu? Apakah energi tersebut itulah yang dikenal sebagai kekuatan magis dalam dunia persihiran yang dikenal sebagai mana di kalangan bangsa-bangsa Proto dan Deutro Melayu di Kepulauan Nusantara dan Polynesia, dikenal dengan nama orenda di kalangan Indian Iroquios, wakan di kalangan Indian Sioux, manitou di kalangan Indian Algonquian? Bagaimana seandainya itik putih atau tali itu difoto? Apakah kekuatan hipnosis itu mampu mempengaruhi pula sel photografik ataupun detektor elektrostatik? Apakah Itu tergantung pada tenaga yang tersimpan dalam diri penyirap yang mampu ia salurkan keluar?
Saya minta kesabaran anda sampai hari Ahad yang akan datang untuk jawaban berondongan pertanyaan itu!
*** Makassar, 12 September 1993