7 November 1993

102. Lahan Kering

Dari tahun ke tahun peminat jurusan matematika Perguruan Tinggi relatif kecil jumlahnya ketimbang jurusan yang lain. Maka timbullah kesan umum selayang pandang bahwa matematika itu kering. Benarkah kesan itu? Atau kita pinjam berondongan pertanyaan pakar matematika M. Arif Tiro dalam tulisannya yang berjudul Benarkah Matematika itu Kering? dalam harian Fajar, edisi Kamis 14 Oktober 1993: "Benarkah anggapan itu? Berapa banyak orang beranggapan demikian? Orang-orang pada tingkat apa saja yang memiliki anggapan seperti itu?"

Tentu saja kesan itu tidak dapat dijawab dengan sikap black and white thinking. Terhadap matematika itu sendiri sebagai disiplin ilmu tentu tidak ada sangkut-pautnya dengan kata kering. Namun ini apabila menyangkut para pakar matematika yang mencari rezeki dalam bidangnya di negara-negara yang sedang berkembang apatah pula di negara-negara terkebelakang, maka itu ibarat petani yang mencari rezeki, berkebun di lahan kering. Adapun di negara-negara maju matematika itu terhitung subur sebagai lahan untuk mencari rezeki. Itu tidak berarti karena lahan kering di negara-negara yang bukan negara maju, lalu matematika tidak ada peminatnya. Orang yang senang pada matematika tidak akan perduli walaupun lahan itu kering.

Matematika sebagai disiplin ilmu memegang peranan penting dalam perkembangan Iptek. Bahkan pernah terjadi pengungkapan TaqdiruLLah di bidang fisika tidak segera dapat dikomunikasikan dalam gelanggang yang ilmiyah, karena kebudayaan belum melahirkan matematika untuk menjabarkannya. Dalam usia 23 tahun pemuda Isaac (Sir Isaac Newton, 1642 - 1727) mempunyai cukup waktu untuk berhari-hari melihat buah-buah appel yang jatuh. Pada waktu itu Isaac mengungsi ke sebuah pertanian di Lincolnshire untuk menghindarkan diri dari wabah penyakit sampar yang menyerang London dalam tahun 1665. Wabah itu menyebabkan Cambridge University ditutup buat sementara. Di antara sekian banyaknya buah appel yang jatuh yang disaksikannya hanya sebuah appel yang mempunyai peranan dalam karirnya sebagai ilmuwan yang menemukan TaqdiruLLah gravitasi.

Penemuannya itu dipendam selama 20 tahun. Barulah dalam tahun 1687 The Theory of Universal Gravity dipublikasikan dalam wujud sebuah buku dengan judul Philosophiae Naturalis Principa Mathematika. Sebagai diketahui inti gravitasi adalah gaya tarik menarik di antara benda-benda. Besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara benda-benda itu. Kalau benda itu adalah bumi dan bulan tidak ada masalah. Pendekatan yang dipakai Isaac Newton ialah baik bumi maupun bulan dikonsentrasikan sebagai titik benda yang disebutnya dengan Center of Gravity. Jarak antara kedua titik benda bumi dengan bulan dapat dianggap tetap. Tetapi halnya tidak akan sederhana apabila diaplikasikan pada buah appel yang jatuh, yang jaraknya terhadap bumi tidak tetap, makin lama makin kecil.

Maka Isaac Newton berupaya membuat sendiri jenis matematika untuk dapat dipakai dalam teori gravitasinya, yang disebutnya dengan Calculus of Infinitesmals, disingkat Calculus dan istilah inilah yang dipakai hingga sekarang untuk jenis matematika ini. Dewasa ini kalkulus itu wawasannya sudah melebar ke kalkulus vektor dan kalkulus tensor, sehingga dapat memegang peranan penting dalam mengkaji serta sekaligus memperkembang ilmu fisika. The General Theory of Relativity dan The Unified Field Theory dari Einstein tidak akan lahir tanpa kalkulus tensor.

Dalam bidang management, khususnya pengelolaan proyek, jasa seorang pakar matematika C.A.Clark, tidaklah wajar untuk dilupakan begitu saja. Dalam tahun 1957 ia mengetuai team Project Evaluation Research Task (PERT) yang menghasilkan suatu metode dalam mengelola proyek Angkatan Laut Amerika Serikat dengan nama sandi Polaris. Metode baru itu diberi bernama pula dengan PERT oleh team PERT ini, namun kepanjangannya lain: Program Evaluation and Review Technique, suatu bagian dalam Network Planning. Dewasa ini janganlah diharapkan seorang kepala proyek akan dapat menjadi profesional apabila tidak menguasai ilmu ini. Adapun proyek Polaris ini menghasilkan roket yang menjadi cikal-bakal roket pendorong pesawat Columbia ke bulan dan pendorong pesawat ulang-alik sekarang ini. Itulah sekelumit contoh kasus bahwa pakar matematika menikmati lahan subur dalam negara maju.

Bilakah lapangan hidup mencari rezeki di lahan matematika berubah menjadi lahan subur di Indonesia ini? Menjelang akhir tahun 70-han organisasi Universitas Hasanuddin Makassar berstruktur matrix, aliran sumberdaya dan aliran program. Aliran sumberdaya dipimpin Dekan Fakultas dengan ujung tombak Ketua Jurusan menjalankan tugas-tugas rutin. Aliran program dipimpin Dekan Kajian dengan ujung tombak Ketua Program memikirkan pengembangan akademik, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan aliran sumberdaya. Para dosen mempunyai dua bos, Dekan Fakultas dan Dekan Kajian. Bagi yang mengerti sejarah Kerajaan Makassar hal dua bos ini bukan hal yang aneh, yaitu kerajaan kembar Gowa-Talo', yang dalam lontara disebut rua karaeng se're joa', dua raja satu rakyat. Kerajaan Makassar mencapai puncaknya dengan struktur organisasi kerajaan kembar ini. Struktur organisasi matrix itu sifatnya dinamik. Program pendidikan dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan kualitatif dan kuantitatif para konsumen atau pasar sumberdaya manusia tanpa merombak organisasi, tanpa menambah atau mengurangi jurusan. Organisasi matrix ini ditiru dari dunia industri, perubahan jenis-jenis produksi secara dinamik dapat dilakukan tanpa mengubah struktur organisasi pabrik, untuk dapat memenuhi gelombangnya pasar.

Dengan diterapkannya organisasi matrix itu, tiga serangkai modal, industri, teknologi dapat saling pacu, yang dalam teknik mengatur dikenal dengan ungkapan umpan balik positif. Dan apabila di Indonesia ini ketiga serangkai itu sudah saling pacu maka matematika insya Allah akan berubah dari lahan kering menjadi lahan subur. Hanya saja perlu diantisipasi, saling pacu tiga serangkai itu dapat menjurus ke arah pencemaran global yang sulit dikontrol. Maka perlu kita ingat peringatan Allah SWT dalam S.ArRuwm,41: Zhahara lFasaadu fiy lBarri wa lBahri Bimaa Kasabat Aydi nNaasi, muncullah kerusakan di darat dan di laut akibat tangan-tangan manusia. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 7 November 1993