12 Agustus 2007

791. Yusril Jadi Laksamana

Mari kita bercengkerama yang ringan-ringan saja sekali ini. Di Thailand Yusril syuting untuk film TV Laksamana Cheng Ho yang produksinya, antara lain, ditangani oleh Kantana Ltd, salah satu perusahaan film raksasa di Thailand. Dalam film tersebut, Yusril menjadi pemeran utama, yakni memerankan Laksamana Cheng Ho. Dalam literatur Laksamana ini dikenal dalam tiga nama, yaitu Cheng Ho, Zheng He dan Sam Po Toa Lang. Toa Lang dalam dialek Fukien berarti orang besar. Ide membuat film tersebut, salah satunya, memang datang dari Yusril. Menurut Yusril, ide itu muncul saat dirinya masih menjadi menteri sekretaris negara (Mensesneg). “Banyak respons dan yang berminat untuk membuat film itu bersama Kantana,” kata Ketua Majelis Syura DPP Partai Bulang Bintang tersebut. Kebetulan, Yusril kenal baik dengan Jaruek Kanjaruek, orang Thailand yang dikenal sebagai chief executive officer (CEO) Kantana Group Public Company Ltd.

SCTV pada tgl 29 Mei 2003 menayangkan Menteri Agama meresmikan masjid berarsitekur China di Surabaya. Masjid itu diberi bernama Masjid Cheng Ho, yang pernah singgah dan bertabligh akbar di Surabaya, orang China yang mula pertama membaca khutbah Jum'at di kota itu. Kisah perjalanan Cheng Ho tertuang dalam buku The Averall Survey of the Ocean's Shores yang dipublikasikan tahun 1451 oleh Ma Huan, seorang China Muslim yang bisa berbahasa Arab dan menjadi penterjemah dalam pelayaran Cheng Ho. Menurut buku itu, Cheng Ho yang juga dikenal dengan nama Sam Po dari masa Dinasti Ming ini diangkat Kaisar untuk menjadi laksamana dan ditugaskan memimpin pelayaran armada China dari Nanjing hingga Pantai Swahlii di Afrika.

Ekspedisi Cheng Ho ke Samudera Barat mengerahkan armada raksasa. Mengerahkan 62 kapal besar dan belasan kapal kecil yang digerakkan 27.800 ribu awak. Pada pelayaran ketiga mengerahkan kapal besar 48 buah, awaknya 27.000 orang. Sedangkan pelayaran ketujuh terdiri atas 61 kapal besar dan berawak 27.550 orang. Bila dijumlah dengan kapal kecil, rata-rata pelayarannya mengerahkan 200-an kapal. Sementara Columbus, ketika "kesasar" menemukan benua Amerika hanya mengerahkan 3 kapal dan awak 88 orang.

Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Columbus. Menurut sejarahwan, JV Mills kapasitas kapal tersebut 2500 ton. Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini. Rancang-bangunnya bagus, tahan terhadap serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik. Pelayaran luar biasa itu menghasilkan buku Zheng He's Navigation Map yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku tersebut terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan China berubah, tidak sekadar bertumpu pada 'Jalur Sutera' antara Pakhia Beijing) - Bukhara.

Selama ekspedisi itu Cheng Ho sebagai seorang muslim juga menyebarkan agama Islam, bukan saja menegakkan masyarakat Islam China di Palembang, tetapi juga di Sambas, Kalimantan-Barat. Tidak mengherankan jika di kemudian cukup banyak jejak masjid dengan aroma kelenteng di pesisir Indonesia a.l Medan, Jakarta, Semarang, Tuban, Mojokerto dan Surabaya. Ketika menyusuri Laut Jawa, Wang Jinghong, yaitu jurumudinya laksamana Cheng Ho sakit keras. Sauh segera dilempar di pantai Simongan, Semarang. Mereka tinggal di sebuah goa, sebagian lagi membuat pondokan. Wang yang kini dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang, akhirnya menetap dan menjadi cikal bakal keberadaan warga China di sana. Di klenteng Sam Po Kong Semarang terletak kuburannya Ong King Hong dalam dialek Fukien alias Wang Ching Hung (Wang Jinghong) bahasa Mandarin. Pada tempat Klenteng Sam Po Kong itulah merupakan tempat tangan kanan Cheng Ho, Wang Jinghong dirawat.

Jadi berbeda dengan pelaut Eropa yang berbekal semangat imperialis, armada raksasa ini tak pernah serakah menduduki tempat-tempat yang disinggahi. Dalam majalah Star Weekly Allahu Yarham HAMKA pernah menulis, "Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu, yang banyak adalah 'senjata budi' yang telah dipersembahkan kepada raja-raja yang diziarahi." Namun itu bukan berarti armada tempurnya tak pernah bertugas sama sekali. Laksamana Cheng Ho pernah memerintahkan tindakan militer untuk menyingkirkan kekuatan yang menghalangi kegiatan perniagaan. Jadi bukan invasi atau ekspansi. Misalnya menumpas gerombolan bajak laut Chen Zhuji di perairan Palembang, Sumatera (1407).

Selama hidupnya, Cheng Ho atau Zheng He atau Sam Po melakukan apa yang diperintahkan Allah:
-- AFLM YSYRWA FY ALARDH FYNZHRWA KYF KAN 'AAQBt ALDZYN MN QBLHM (S. MhMD, 47:10), dibaca:
Afalam yasi-ru- fil.ardhai fayanzhuru- kayfa ka-na 'a-qibatul ladzi-na ming qablihim (s. muhammad), artinya:
-- Maka apakah mereka tidak bepergian di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana akibatnya orang-orang sebelum mereka
Wallahu a’lamu bisshawab.

*** Makassar, 12 Agustus 2007