18 November 2007

802. Rasional, Manthiq yang Tinggi Tetapi Tidak Liar

Almarhum Bung Tomo, tokoh sentral Arek-Arek Surobayo, dari tahun ke tahun belum juga "dinobatkan" menjadi Pahlawan Nasional. Ini aneh, kontroversial, tokoh sentral Hari Pahlawan 10 November, "dilupakan" dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional, antekamma cappoq. Semestinya komentar di atas ditulis dalam Seri 801, tetapi ditunda sepekan, sebab Seri 801 sudah diposting ke Fajar sebelum nama-nama Pahlawan Nasional diumumkan Presiden Republik Indonesia.
***
Akan dibahas seperti yang telah dijanjikan dalam Seri 801 yang lalu, yaitu: Surga tempat tinggal Adam dan isterinya letaknya di bumi. Ada Hadits shahih sanadnya, shahih matannya, tetapi belum final, masih problematis. Allahu yarham melarang muridnya berorganisasi selain Muhammadiyah, tetapi beliau sendiri menjadi anggota partai politik Masyumi (Majlis Syura Muslimin Indonesia). Al-Masjid al-Aqsha dalam ayat (17:1) bukan di Palestina.
Saya mulai dahulu dari bawah: Al-Masjid al-Aqsha dalam ayat (17:1) bukan di Palestina telah dimasyarakatkan dalam ceramah saya di Masjid Raya dalam rangka Peringatan Isra'-Mi'raj yang diselenggarakan oleh Panitia Hari-Hari Besar Islam, pada malam Sabtu, 22 Januari 1993.
-- SBhN ALDzY ASRY B'ABDH LYLA MN ALMSJD ALhRAM ALY ALMSJD ALAQShA ALDzY BRKNA hWLH LNRYH MN aAYTNA ANH HW ALSMY'A ALBShYR (S. BNY ASRAaYL 17:1), dibaca:
-- subha-nal ladzi- asra- bi'abdih- lailam minal masjidil hara-mi ilal masjidil aqsha- alladzi- ba-rakna- haulahu- linuriyahu- min aya-ya-tina- nnahu- huwas sami-'ul bashi-ru (s. bani isra-i-l), artinya:
-- Mahasuci Yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan sebahagian dari ayat-ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Jika pengertian Isra dipersempit menjadi sekadar perjalanan di atas bumi, yaitu dari Makkah ke Darussalam (Jerusalem), lalu apa peranan kalimah Subhana pada permulaan ayat, dan linuriyahu min ayatina, untuk memperlihatkan sebagian dari ayat-ayat Kami. Kalimah Subhana menunjukkan bahwa peristiwa asra bi'abdihi bukan proses 'alamiyah yang normal, dan juga ayat-ayat apa yang disaksikan RasuluLlah SAW, hanya alam Syahadah (ayat Kawniyah) saja yang disaksikan beliau, kalau Isra itu hanya sekadar jarak antara Makkah dan Darussalam saja. RasuluLlah SAW tidak akan menyaksikan al Ayat al Kubra, ayat yang maha besar yang disaksikan RasuluLlah dalam Mi'raj. Itu menunjukkan bahwa sesungguhnya Mi'raj adalah bagian dari Isra.
-- GhLBT ALRWM * FY ADNY ALARDh (S. ALRWM, 30:2-3), dibaca:
-- ghulbatir ru-m * fi- adnal ardhi, artinya:
-- telah dikalahkan bangsa Rumawi * di negeri yang terdekat
Ayat (30: 2-3) tersebut menunjuk pada kejadian sejarah, yaitu Hiraqla (575? - 641)M., Kaisar Rum (610 - 641)M. dikalahkan pasukannya di Chalcedon oleh pasukan Khosrau Parvez, Raja Sassan (590 - 628)M. Chalcedon itu terletak di mulut Asia Kecil hanya dipisahkan oleh selat Bosporus dari ibu kota Kerajaan Rum, Konstantinopel. Jadi kalau kita ada di Makkah, maka Chalcedon lebih jauh letaknya dari Bayt al-Maqdis. Mengapa bagi Chalcedon yang lebih jauh dikatakan adna, terdekat, sedangkan Palestina yang lebih dekat dikatakan aqsha, terjauh? Itu artinya al-Masjid al-Aqsha dalam ayat (17:1) tidak di Palestina.
Di dalam matan Hadits tidak dipakai istilah al-Masjid al-Aqsha untuk yang di Palestina melainkan Bayt al-Maqdis. Jadi Rasulullah diperjalankan malam oleh Allah dari al-Masjid al-Haram ke Bayt al-Maqdis tempat transit di atas permukaan bumi sehingga mempergunakan "mekanisme" transportasi, yaitu buraq. Lalu dari tempat transit itu RasuluLlah menembus keluar dari alam syahadah, lalu naik (=['ARJ], Mi'raj) ke alam malakut, fawka malakut, fawka fawka malakut, alam ghaib, Mi'raj ke "tempat" sujud yang terjauh, al-Masjid al-Aqsha. (aqsha adalah isim tafdhil, superlatif, yang terjauh, masksudnya di ujung "perjalanan"). Bangunan Al-Masjid al-Aqsha yang dibangun kemudian, adalah tempat transit tersebut, yaitu proyeksi al-Masjid al-Aqsha di alam ghaib ke alam syahadah. Demikianlah pendapat S.Madjidi yang tampil beda, tetapi sesungguhnya tidaklah kontroversial.
***
S. Madjidi melarang muridnya berorganisasi selain Muhammadiyah, tetapi beliau sendiri menjadi anggota partai politik Masyumi. Perlu diketahui bahwa menurut Anggaran Dasar Masyumi (saya juga dahulu anggota Masyumi) ada dua jenis anggota, yaitu anggota biasa yang terdiri atas individu dan anggota luar biasa yang terdiri atas organisasi-organisasi berdasar Islam, antara lain Muhammadiyah. Beberapa tahun sebelum Pemilu 1955 NU memisahkan diri dan membentuk Partai Politik NU. Dengan penjelasan ini, sikap S. Madjidi itu sesungguhnya tidaklah kontroversial.
***
Adanya Hadits yang shahih sanadnya, shahih matannya, tetapi belum final, masih problematis menurut S. Madjidi seperti berikut: Wa antum a'lamu biamri dunyaakum, artinya, kamu sekalian lebih tahu urusan dunia kamu.
Menurut beliau Hadits itu dijadikan dalil oleh orang-orang yang pemahamnya memisahkan antara urusan dunia (baca kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan bernegara) dengan urusan akhirat (baca kehidupan beragama). Pemisahan itu menurut istilah kontemporernya adalah sekularisme, ataupun diperhalus menjadi sekularisasi (secula = dunia) oleh almarhum Nurcholis Madjid dengan semboyannya yang kontroversial: Islam yes, partai Islam no.
Beliau mengemukakan ayat:
-- ALYWM AKMLT LKM DYNKM (S. ALMAaDt, 4:3), dibaca:
-- alyauma akmaltu lakum di-nakum, atinya:
-- Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu sekalian din kamu.
Akmaltulakum di-nakum, paham? Islam itu din yang sempurna, tercakup di dalamnya semua aspek kehidupan di dunia untuk kebahagiaan di akhirat, paham? Aspek-aspek itu antara lain kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan bernegara, paham? Apakah cocok akmaltulakum diynakum dengan antum a'lamu biamri dunyaakum, paham?
Insya-Allah akan disambung nanti dalam seri yang akan datang. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 18 November 2007