20 Juni 1993

084. Bintang-Bintang, dan Peristilahan Ilmiyah

Tulisan ini dibuat berhubung dengan lambannya penyesuaian peristilahan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, hatta bahkan menyangkut istilah ilmiyah sekalipun. Maka berikut ini akan dikemukakan hal ihwal peristilahan dalam hal nama jenis bintang-bintang.

Dalam istilah sehari-hari benda-benda yang kita lihat di atas bola langit hanya dibedakan dalam: matahari, bulan dan bintang-bintang. Untuk keperluan praktis dalam hal pelayaran dan pertanian beberapa dari bintang itu diberi nama diri. Dalam hal pelayaran beberapa dari bintang itu menjadi petunjuk mata-angin, dan dalam hal pertanian menjadi petunjuk musim bila waktunya untuk mengolah lahan, bila waktunya untuk bertanam dan lain-lain.

Dalam ilmu falak atau astronomi bintang-bintang itu di samping diberi nama diri juga diberikan pula nama jenis atau nama golongan. Ada yang disebut dengan bintang-bintang tetap. Mengapa dikatakan demikian, karena walaupun bintang-bintang itu kelihatannya beredar mengelilingi bumi dilihat dari bumi ini, bintang-bintang itu jaraknya tidak berubah-ubah antara satu dengan yang lain di atas bola langit. Persangkaan orang Yunani Kuno bintang-bintang tetap itu elekat pada bola langit. Bintang-bintang yang melekat itu dibawa oleh bola langit mengelilingi bumi. Ada pula yang disebut dengan planet. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani yang berarti musafir. Mengapa disebut musafir, oleh karena persepsi mereka bintang-bintang jenis planet itu tidak melekat pada bola langit, melainkan mempunyai garis edar sendiri-sendiri di antara bumi dengan bola langit. Dengan demkian planet itu bergerak/bergeser terhadap bintang-bintang tetap itu. Dilihat dari segi gerak ini maka baik matahari maupun bulan tergolong dalam planet, oleh karena kedua benda langit itu disangka pula oleh orang Yunani kuno terlepas dari bola langit, yang garis edar keduanya juga terletak di antara bumi dengan bola langit. Maka matahari dan bulan pun bergeser terhadap bintang-bintang tetap yang melekat di bola langit itu. Dalam ilmu astronomi walaupun sebenarnya kedua benda langit ini adalah musafir atau planet, keduanya tidak disebut planet, keduanya tetap dengan nama diri masing-masing: matahari dan bulan. Golongan yang ketiga adalah disebut dengan galaxy yaitu gugus bintang-bintang tetap. Ada pula gugus yang lebih besar, yaitu gugus yang anggotanya terdiri atas galaxy dan disebut dengan super-galaxy atau cluster.

Mengapa bintang-bintang itu ada yang tetap letaknya antara satu dengan yang lain, oleh karena belakangan baru ketahuan, yakni setelah berkembangnya ilmu astronomi, bahwa bintang-bintang tetap itu letaknya sangat jauh, dihitung dalam jarak tahun cahaya. Oleh karena jayuhnya itu maka dilihat dari bumi bintang-bintang itu jaraknya tetap antara satu dengan yang lain. Dan untuk itu bintang-bintang tetap itu dapat dijadikan pedoman baik oleh para pelaut, maupun oleh para musafir di padang pasir untuk penentuan arah mmata angin pada waktu malam hari. Lain halnya dengan planet yang musafir itu. Mengapa letaknya tidak tetap antara satu dengan yang lain sehingga dikatakan musafir, oleh karena juga baru belakangan ketahuan, bahwa planet-planet matahari dan bulan letaknya dekat, hanya dalam jarak menit cahaya. Karena dekatnya itu maka gerak relatif benda-benda langit tersebut kentara sekali dilihat dari bumi pada bola langit. Planet-planet termasuk bumi, matahari dan bulan yang merupakan satelit bumi, membentuk sebuah sistem yang disebut tata-surya, dengan matahari menjadi pusat sistem.

Dengan berkembangnya ilmu astronomi ditambah pula lagi dengan penggunaan instrumen yang canggih-canggih yang menopang ilmu astronomi itu utamanya teropong bintang dan kamera untuk membuat foto, maka penggunaan istilah bintang tetap itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Paham geosentrik yaitu anggapan bumi ini sebagai pusat alam menurut anstronomi mutakhir itu tidak benar.

Bulan mengorbit bumi, bumi berpusing pada sumbunya dan di samping itu bersama-sama dengan planet-planet lain mengorbit matahari sebagai pusat tata-surya. Matahari bersama-sama bintang tetap yang jutaan jumlahnya jutaan mengorbit pusat galaxy Milky Way. Maka jelaslah penamaan bintang tetap sudah tidak benar lagi untuk bintang-bintang yang jauh, yang jaraknya dalam tahunan cahaya itu.

Itu alasan yang pertama. Alasan yang kedua ialah hasil foto bintang-bintang tetap itu dilihat dari bumi pada bola langit dengan instrumen yang sudah canggih, hanya dalam jangka waktu tahunan sudah dapat dilihat bahwa letak bintang-bintang tetap itu tidak tetap lagi jaraknya.

Maka dalam ilmu astronomi perlu membongkar peristilahan tentang nama jenis bintang-bintang. Dalam Seri 007 telah kita janjikan untuk membahas istilah planet, supaya diganti dengan istilah "kawkab", yang diambil dari Al Qura^an, artinya janji dalam eri 007 telah kita tunaikan dalam Seri 084 ini. Peristilahan itu tentu tidak dapat lagi mempergunakan gerak sebagai dasar penamaan jenis bintang. Lalu mempergunakan kriteria apa sebagai dasar pemberian istilah tentang klasifikasi bintang-bintang itu. Syari'at Islam memberikan petunjuk untuk kriteria sebagai dasar klasifikasi bintang-bintang itu. Dalam Al Quran bintang-bintang dibedakan dalam tiga jenis: kawkabun, bentuk jama'nya kawakibun, najmun, bentuk jama'nya nujuwmun dan buruwjun. Adapun kawkabun adalah jenis bintang-bintang yang letaknya dekat dengan bummi, seperti dalam S. Ashshaffat 6: Inna zayyanna ssama-a ddunya bizienati lkawakibi, sesungguhnya Kuhiasi langit yang dekat dunia dengan hiasan kawakib. Kemudian dalam S. An Nur dijelaskan bahwa kawkabun itu tidak mempunyai cahaya sendiri, ia bercahaya karena memantulkan cahaya dari sebuah sumber cahaya. Dengarlah firman Allah dalam S. An Nur 35: Al mishbahu fie zujajatin azzujjatu kaannaha-kawkabun, pelita di tengah kaca dan kaca itu ibarat kawkabun. Ayat itu menggambarkan sebuah pelita yang dikelilingi gelas. Maka tentu permukaan gelas itu memantulkan cahaya pelita, seperti kawkabun yang permukaannya memantulkan cahaya matahari. Jadi bagi bintang-bintang yang menjadi anggota tata-surya dasar pemberian istilah nama jenis itu seharusnya seperti yang diberikan oleh Al Quran: bintang-bintang itu dekat dan tidak mempunyai cahaya sendiri, cahaya yang diperlihatkannya bukan cahaya sendiri melainkan cahaya pantulan dari cahaya matahari. Bahwa bumi bercahaya juga yaitu cahaya pantulan dapat kita lihat di televisi hasil pemotretan dari pesawat ulang-alik. Maka istilah planet atau musafir yang sudah tidak cocok lagi dengan fakta bahwa semua bintang-bintang itu adalah musafir, sudah seharusnyalah diganti dengan istilah kawkab.

Bagaimana dengan istilah bintang tetap? Itupun harus diganti dengan istilah yang dasar penamaan jenis bintang ini menurut Al Quran, yaitu bintang-bintang jenis ini jauh sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam menentukan arah mata angin, seperti dalam S. Al An'am 97: Wa huwa lladzie ja'ala lakumu nnujuwmu litahtaduw biha fie zhulumati lbirri walbahri, Dan Dialah yang menjadikan bagimu nujum untuk menjadi pedoman dengannya dalam kegelapan malam baik di darat maupun di laut. Dan juga dasar pemberian istilah bintang jenis ini diberikan pula oleh Al Quran dari segi keadaan bintang itu yakni panas menyala. Allah berfirman dalam S. Ath Thariq: An najmu tstsaqib, najmun itu panas meyala, ibarat suluh api atau obor yanng menyala, sebagai fimanNya: Syihabun tsaqib, obor yang menyala. Maka seharusnyalah istilah bintang tetap (fixed star, vaste ster) diganti dengan istilah najmun.

Maka kriteria yang menjadi dasar klasifikasi menurut Syari'at Islam ialah jarak dan keadaan fisik bintang-bintang itu. Tegasnya planet diganti dengan kawkabun yang jaraknya dekat, keadaan fisiknya seperti gelas yang memantulkan cahaya. Bintang tetap (fixed star) diganti dengan najmun yang letaknya jauh, keadaan fisiknya cemerlang, menyala, mempunyai sumber panas sendiri seperti obor. Akan halnya istilah gugus bintang dengan nama jenis galaxy yang dalam bahasa Al Quran disebut buruwjun, tidak ada permasalahan. Boleh tetap dipakai galaxy, namun tentu lebih elok jika memakai istilah Al Quran yaitu buruwjun. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 20 Juni 1993