4 Desember 2011

1003 Rera Ati dan Politikus yang Bukan Politisi

Rera atinna
tingkasaq batang tanayya
Uqrangitongi
belata kasiyasia
 
Isak tangisnya
pembatas jalan raya
Ingatlah juga
rakyat jelata yang papa
 
sumber: Jayadi Jamain: Dongang-Dongang dalam rekaman piring hitam (semacam rekaman kaset).
 
Pesta pernikahan Eddi Baskoro Yudhoyono dan Aliya Harta Rajasa membawa korban rakyat jelata. Berikut ini penuturan rera atinna Dede kepada reporter LENSAINDONESIA.COM. "Saya tidak pernah membayangkan kalau akhirnya bangunan warung yang sudah kami tekuni puluhan tahun secara turun temurun ini akhirnya harus ditutup untuk selamanya. Surat dari Kantor Kecamatan Cipanas memerintahkan kepada seluruh pedagang pemilik warung yang ada di sekeliling Istana Cipanas agar menutup usahanya untuk selama-lamanya semenjak 23 November tahun ini," papar Dede.
 
Membaca surat itu, tubuh Dede bagaikan disambar petir, karena surat perintah penutupan warung itu ternyata tidak bersifat sementara.
 
 
***
 
Kiranya perlu dibedakan antara politisi dengan politikus. Ini menurut pendapat Prof. Sahetapi dalam forum Indonesia Lawywers Club.
 
Wakil Ketua Komisi III Bidang Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Bambang Soesatyo, menyatakan pejabat publik yang hidup mewah tidak perlu dipermasalahkan. Alasan dia, belum tentu kekayaannya hasil korupsi. "Kalau memang sudah kaya lebih dulu, apa harus pura-pura miskin." Bambang menyampaikan hal ini menanggapi pidato kebudayaan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas di Taman Ismail Marzuki. 
 
Adalah Busyro Muqaddas membuat marah para wakil rakyat (DPR), yang mengeluarkan pernyataan, tentang gaya hidup para anggota DPR. Busyo Muqqadas mengatakan bahwa gaya hidup anggota DPR, yang merupakan wakil rakyat itu, bergaya hedonis. Pernyataan Busyro itu sudah menjadi pengetahuan umum, di mana para wakil rakyat itu, tidak sesuai dengan kondisi rakyat yang diwakilinya, yang sebagian besar masih miskin.
Sumber 
http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/11/15/ArticleHtmls/Hidup-Mewah-Ala-Pejabat-Diminta-Tidak-Diusik-15112011003017.shtml?Mode=1
 
Pernyataan Busyro itu sangat konkrit dan faktual. Memang betul, betul, betul,  gaya hidup para wakil rakyat yang politikus yang bukan politisi itu, sangat tidak merakyat. Tidak peduli dengan kondisi lingkungannya. Nuraninya sudah tumpul, tidak merasakan: "Rera atinna belata kasiyasia." Tidak dapat merasakan kesulitan hidup rakyat yang terus dihimpit dengan berbagai kesulitan hidup. Politikus yang bukan politisi yang sekarang menjadi anggota DPR itu, tidak semuanya berasal dari orang-orang kaya. Sebelum menjadi anggota DPR, beberapa di antara mereka termasuk dahulunya "belata kasiyasia", makannya di "Warteg", yaitu tst yang hanya Rp. 5 ribu rupiah, ya, tst tahu sama tempe. 
 
Produktivitas dan tingkat disiplin politikus itu sangat rendah. Sidang-sidang paripurna, dan rapat komisi, sering yang hadir hanya politisi yang jumlahnya sangat sedikit. Sehingga pernah terjadi pengesahan undang-undang tanpa qourum. Mereka politikus itulah yang malas datang menghadiri sidang.  Tetapi juga mendapatkan segala fasilitas seperti yang didapatkan oleh politisi. Itulah kenyataan, anggota DPR yang politikus lebih berjubel ketimbang politisi.
 
***
 
Secara nalar tidak pantas para politikus hidup ria bermewah-mewah, sementara 14,5 juta rakyat jelata yang kelaparan. Bambang Soesatyo melantunkan nyanyian tidak perlu dipermasalahkan, tidak apa hidup mewah asal tidak korupsi. Itu keliru. Allah bukan cuma melihat dari mana harta itu didapat. Tapi juga ke mana harta itu dihabiskan. Termaktub dalam Al-Quran bahwa orang hidup ria itu mendustakan agama dan kecelakaan bagi mereka, serta pemboros itu adalah saudaranya setan.
 
"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya,
dan (kecelakaanlah bagi) orang-orang yang berbuat ria (pamer diri).
Dan (kecelakaanlah bagi) yang enggan menolong dengan barang berguna." (S. Al-Maa'uun: 107:1-7)
 
-- WaAT ALQRBY hQH WALMSKYN WABN ALSBYL WLA TBDzR TBDzYRA . AN ALMBDzRYN KANWA AKhWN ALSyYThN WKAN ALSyYThN LRBH KFWRA (S. ASRY, 17:26,27), dibaca: wa aati dzalqurbaa haqqahu walmiskiina wabnas sabiili walaa tubadzdzir tabdziiran . innal mubadzdziriina kaanuu ikhwaanasy syayaatin wakaansy syaithaanu lirabbihii kafuuran, artinya:
-- Dan berikanlah kepada kerabatmu, dan orang miskin serta orang musafir akan haknya masing-masing; dan janganlah engkau menghambur-hamburkan hartamu dengan boros seboros-borosnya. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan, sedang setan itu kafir kepada Tuhannya.
 
Qarun meski mendapat harta dengan cara halal dan tidak korupsi, Allah tetap murka kepadanya. Allah murka bukan karena Qarun korupsi. Tapi karena Qarun sombong dengan bermewah-mewahan, katanya: "Sesungguhnya aku mendapatkan harta itu, karena ilmu yang ada padaku."
-- FKhSNA BH WBDARH ALARDh FMA KAN LH MN Fat YANShRWNH MN DWN ALLH WMA KAN MN ALMNTShRYN (S. AL-QShSh, 28:71), dibaca: fakhsfnaa bihii bdaarihil ardha fa maa kaana lahuu min fiatin yanshuruunahuu min duunillaahi wa maa kaana minal muntashiriin, artinya:
-- Maka Kami benamkanlah dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan ia pula tidak dapat menolong dirinya sendiri.
 
KJVR-Num 16:32,33
And the earth opened her mouth, and swallowed them up, and their houses, and all the men that appertained unto Korah (Qarun-HMNA-), and all their goods. They, and all that appertained to them, went down alive into the pit, and the earth closed upon them: and they perished from among the congregation.
 
WaLlaahu a'lamu bi al-shawaab
 
*** Makassar, 4 Desember 2011