23 Mei 1993

080. Keadaan Tanpa Bobot Dalam Pesawat Ulang Alik yang Sedang Mengorbit Bumi, Hubungannya Dengan Ilmu Tawhied

Setelah berminggu-minggu kita mengikuti suasana di permukaan bumi ini, utamanya mengenai pergelutan manusia, kini kita tujukan minat kita ke langit. Dari segi perbahasaan langit ini dapat berarti benda konkrit dapat juga abstrak. Kalau orang Belanda mengatakan mijn hemel, maka itu suatu ungkapan seruan yang berarti Oh Tuhanku, tetapi kalau dikatakan in de hemel berarti di dalam surga. Namun dalam bagian syair di bawah ini kata hemel itu adalah benda kasat-mata:

Ik zie de sterren twinkelen
Daar in 't hemelsblauw
Kulihat bintang-bintang kemilau
Jauh di atas di langit yang biru

Jadi buat orang Belanda hemel atau langit dapat berarti Tuhan, surga dan bola langit. Pada bagian barat Tiongkok ada sebuah pegunungan yang oleh orang Kazak dinamakan Altai, tetapi dalam peta dan juga dalam cerita silat dinamakan Thian San, artinya Gunung Langit, juga dapat berarti Gunung Dewa yang dalam bahasa Indonesia dikatakan Ke-hyang-an disingkat menjadi kayangan. Tetapi kalau dikatakan Thian Lie, berarti Gadis Surga, bidadari dalam bahasa Indonesianya. Saya mengambil contoh kata Thian San, oleh karena saya teringat sebuah cerita silat berjudul: Thian San Chit Kiam, Tujuh (Pendekar) Pedang dari Gunung Langit, kemudian disadur oleh orang Jepang dalam wujud film The Seven Samurai, dan seterusnya disadur pula oleh orang Amerika juga dalam wujud film The Magnificent Seven. Dan contoh kata Thian Lie saya ambil dari judul cerita Peng Coan Thian Lie, Bidadari Sungai Es, yang mempunyai amgi, senjata rahasia dari salju. Jadi orang Cinapun sependapat dengan orang Belanda. Hemel, Thian dapat berarti Tuhan, Dewa, Surga dan bola langit. Dalam bahasa Al Quran as samau, langit tidak pernah mempunyai arti yang abstrak, melainkan selalu menunjuk kepada benda atau sekurang-kurangnya tempat yang konkrit, yaitu apa yang ada di atas kepala di alam syahadah (physical world) seperti: makro-kosmos, outer space, angkasa luar, atmosfer. Akan halnya makna yang terakhir ini diambil dari ayat wa anzala mina ssamai ma-an dan diturunkanNya hujan dari langit.

Adapun ungkapan langit ini disorot dari segi perbahasaan oleh karena kita akan mencoba menjawab pertanyaan yang senada dari beberapa orang: Ustadz, mengapa dalam pesawat ulang-alik keadaannya tanpa bobot, beratnya hilang, orang melayang-layang? Mengapa gravitasi di sana tidak bekerja? Apa di sana tidak ada gravitasi? Kalau demikian sampai dimana makna ilmu tawhid, bahwa Allah itu Maha Esa, Maha Esa dalam Oknum, Maha Esa dalam Sifat, Maha Esa dalam Af'al (perbuatan)? Maka menyangkut dengan tidak adanya gravitasi dalam kapal ulang-alik itu, lalu bagaimana penjelasannya bahwa Allah itu Maha Easa dalam perbuatanNya? Inilah berondongan pertanyaan yang bertubi-tubi, yang perlu dijawab. Mengapa? Oleh karena dalam kehidupan beragama, bukan hanya batin yang membutuhkan pelayanan, melainkan manusia itu membutuhkan pula pelayanan agar terpenuhi juga tuntutan akan kepuasan intelektual, karena manusia itu adalah makhluk berpikir. Itulah "beban intelektual" para ustadz zaman sekarang, bukan hanya sekadar melayani pertanyaan-pertanyaan di bidang fiqhi.

Marilah kita mulai dengan Firman Allah dalam S.Ar Rahman 7: Wassama-a rafa'aha wadha'a lmizan, Dan benda-benda langit itu dijauhkan jaraknya dan dijadikan dalam keadaan seimbang. Allah menciptakan mizan, keseimbangan di angkasa luar. Adapun keseimbangan di outer space itu sifatnya adalah keseimbangan yang dinamik. Allah sebagai Ar Rabb, Maha Pengatur, mengatur gerak makrokosmos dalam keadaan mizan, keseimbangan dinamik, melalui sejenis TaqdiruLlah yang kita kenal dengan gravitasi. Lalu sebagai konsekwensi Allah Maha Esa dalam PerbuatanNya, maka harus kita imani, bahwa dalam kapal ulang-alik yang sedang mengorbit bumi, gravitasi tetap bekerja.Newtonlah yang berjasa mengungkapkan TaqdiruLlah jenis gravitasi ini dari peristiwa buah apel yang jatuh. Walaupun Newton yang mengungkapkannya, namun dia sendiri tidak mengerti akan wujud gravitasi itu. Dengarlah pendapat Newton dalam wujud sebuah surat yang dilayngkan kepada salah seorang sahabatnya bernama Bently: "You sometimes speaks of gravity as essential and inherent to matter. Pray do not ascribe that notion to me: for cause of gravity is what I do not pretend to know, and therefore would take more time to consider of it. Gravity must be caused by some agent acting constantly according to certain law; but weather this agent be material or inmaterial I have left to the consideration of my readers." Engkau kadang-kadang berbicara tentang gravitasi sebagai sesuatu yang tidak dapat tidak dan tercakup pada materi. Demi Tuhan janganlah engkau paparkan pandangan yang demikian itu kepadaku: sebab asal-muasal gravitasi itu tidaklah saya berpura-pura mengetahuinya, dan dengan demikian akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajarinya. Gravitasi mestilah disebabkan oleh sesuatu perantara yang bekerja secara sinambung menurut suatu hukum yang tertentu; akan tetapi apakah perantara ini sesuatu yang konkrit atau abstrak saya serahkan itu kepada pandangan pembaca-pembaca saya. Jadi Newton ibarat sutradara yang menyerahkan penyelesaian cerita kepada para pemirsanya.

Saya akan mencoba menjelaskan hal itu dengan secara ilmiyah populer, walaupun saya sadari bahwa dalam bidang eksakta menterjemahkan yang ilmiyah itu ke dalam uraian yang populer tidaklah gampang. Jauh lebih gampang menjelaskan secara ilmiyah ketimbang dengan yang populer ilmiyah dalam bidang eksakta ini. Lagi pula penjelasan ilmiyah tidak membutuhkan ruang penulisan luas, karena kalimat yang dipakai kaku dan pendek-pendek dan lebih banyak dinyatakan dalam rumus-rumus yang membosankan bagi mereka yang kurang minatnya dalam bidang eksakta. Sedangkan penjelasan yang populer ilmiyah membutuhkan kalimat bergaya esei dan menghindarkan pemakaian rumus-rumus, kecuali rumus dasar yang sangat penting dan itupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Jadi penjelasan yang ilmiyah populer ini mengambil ruangan yang lebih luas ketimbang penjelasan yang ilmiyah, sehingga penjelasan ilmiyah populer tentang tetap bekerjanya gravitasi dalam pesawat ulang alik yang mengorbit bumi itu, insya Allah akan diuraikan dalam hari Ahad yang berikut. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 23 Mei 1993