2 Oktober 1994

147. Iman dan Taqwa, Wattaqaw, Ittaquw, Tattaquwn

Baru-baru ini (14 September 1994) keluarga besar Ikatan Masjid Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM), yaitu Yayasan Dana Islamic Center IMMIM (YASDIC), Persatuan Jamaah Wanita Islam Indonesia (PERMAWI), Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (IAPIM) dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), di bawah Koordinasi DPP IMMIM memperingati Mawlud Nabi Besar Muhammad SAW. Pada waktu konsep undangan disodorkan kepada saya oleh Drs. M.Saiful, Seketaris IMMIM, ada kata yang saya coret. Yaitu kata iman dalam kalimat: Dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan taqwa.

Namun setelah undangan itu usai dicetak, kata iman tetap ada. Saya tegur Saiful mengapa kata itu tidak jadi dicoret, dengan nada merasa bersalah berucap: Biarlah ustadz, sudah terlanjur, mereka yang mengetik naskah undangan di percetakan itu sudah terbiasa dengan rangkaian kata-kata iman dan taqwa.

Kata penghubung dan menghubungkan kata ataupun penggalan kalimat yang termasuk dalam kategori skala nominal (nominal scale) dan kategori skala ordinal (ordinal scale). Dalam skala nominal yang dihubungkan itu sederajat, seperti misalnya skala nominal jenis kelamin: laki-laki dan perempuan, skala nominal profesi: guru, dan pedagang, dan petani, menurut kelaziman dipendekkan menjadi guru, pedagang dan petani, skala nominal peternakan: sapi, kerbau, domba dan lain-lain. Sedangkan dalam skala ordinal yang dihubungkan itu tidak sederajat melainkan berjenjang naik bertangga turun, seperti misalnya skala ordinal kepangkatan: dalam jajaran ABRI: overste, mayor dan kapten, dalam jajaran pemerintahan: gubernur, bupati dan camat, skala ordinal topografi: gunung, bukit, lembah dan ngarai. Itu dalam bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Al Quran skala ordinal di samping yang disebutkan di atas, kata WA dapat pula menyatakan skala ordinal dalam kategori proses, yaitu berarti TSUMMA (lalu).

Maka di sinilah terjadi salah kiprah, karena dalam bahasa Indonesia kata DAN tidak pernah menyatakan skala ordinal dalam kategori proses, maka dalam bahasa Indonesia kata DAN tidak pernah berarti LALU. Sehingga rangkaian iman dan taqwa disalah-kiprahkan dalam skala nominal, artinya salah kiprah iman difahamkan sederajat dengan taqwa.

Ayat-ayat di bawah menunjukkan kata WA yang menyatakan skala ordinal dalam kategori proses, artinya bermakna TSUMMA (=LALU).
Fankihuw maa taaba lakum mina nnisaai matsna- wa tsula-tsa wa ruba-'a (S. An Nisaau, 3), maka nikahilah apa yang baik bagimu dari perempuan berdua, lalu bertiga, lalu berempat. Dalam ayat itu jelas WA menunjukkan skala ordinal dalam kategori proses. {Namun ada pula sedikit ulama antara lain almarhum Kiyai H. Maksum, Menteri Agama DII/TII Sulawesi Selatan yang memahamkan kata WA dalam skala nominal, sehingga mereka tambahkan: 2 + 3 + 4 = 9).
Walaw annahum a-manuw wattaqaw lamatsuwbatun min 'indiLla-hi khayrun law kaanuw ya'lamuwn (S. Al Baqarah, 103. Kalau mereka beriman lalu bertaqwa, sesungguhnya pahala dari sisi Allah lebih baik, jika mereka mengetauinya (2:103). Yang perlu menjadi perhatian rangkaian iman dengan taqwa dengan kata WA dalam kategori ordinal proses, maka selalu diucapkan wattaqaw (qaf didhamma U), bukan wattaquw (qaf difatah A).
Contoh lain:
Walaw anna ahla lkita-bi a-manuw wattaqaw lakaffarnaa annahum sayyia-tihim waladkhana-hum janna-tin na'iym (S. An Nisaau, 65), Kalau sekiranya orang-orang ahli kitab beriman lalu bertaqwa, niscaya Kami tutup kesalahan mereka dan Kami masukkan mereka ke dalam surga keni'matan (5:65).

Adapun rangkaian iman dengan taqwa tanpa diselingi kata WA, maka itu menyatakan kategori ordinal maqam (derajat, posisi), maka itu selalu diucapkan ittaquw, tattaquwn, seperti contohnya:
Ya-ayyuha- lladziyna a-manuw ittaquw Lla-ha (S. Al Haysr, 18), hai orang-orang beriman taqwalah kepada Allah (59:18).
Ya-ayyuha- lladziyna a-manuw kutiba 'alaykumu shshiya-mu kama- kutiba 'ala lladziyna min qablikum la'allakum tattaquwna, hai orang-orang beriman diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa (2:83).

Menilik ayat (59:18) seruan untuk bertaqwa itu tidak ditujukan kepada manusia pada umumnya (bukan Ya-ayyuha nNa-s), melainkan hanya dibatasi kepada orang-orang beriman saja. Artinya untuk dapat bertaqwa persyaratannya harus beriman dahulu. Jadi bertaqwa lebih tinggi derajatnya dari beriman, sehingga kedua kata itu tidak termasuk dalam kategori skala nominal, melainkan skala ordinal. Skala ordinal itu akan lebih jelas jika kita tilik ayat (2:183). Orang-orang beriman diseru untuk berpuasa agar mencapai derajat taqwa. Artinya taraf iman seseorang dapat ditingkatkan ke taraf taqwa dengan jalan berpuasa.

Rangkaian iman dengan taqwa dalam kategri ordinal dapat pula dengan jelas dalam ayat-ayat S. Baqarah yang berikut:
Alif Lam Mim (1). Dza-lika lkita-bu laa rayba fiyhi hudan lilmuttaqiyna (2). Alladziyna yu'minuwna bilghaybi wa yuqiymuwna shshala-ta wa mimmaa razaqna-hum yunfiquwna (3). Waladziyna yu'minuwna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika wabil.a-khirati hum yuwqinuwna (4).
(1)Alif Lam Mim. (2)Itulah Al Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya menjadi petunjuk orang-orang yang taqwa. (3)Yaitu yang beriman kepada Yang Ghaib, dan mendirikan shalat, dan dari sebagian yang Kurezekikan kepada mereka, dikeluarkannya untuk fungsi sosial (4). Dan mereka yang beriman kepada apa yang kuturunkan kepadamu dan kepada apa yang Kuturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan hari akhirat.

Skala ordinal dapat dijelaskan dengan baik melalui pendekatan matematis, yaitu secara aljabar kelas (algebra of classes). Dengan diagram Venn orang-orang beriman dilambangkan dengan lingkaran X, orang-orang bertaqwa dilambangkan dengan lingkaran Y. Lingkaran Y seluruhnya terletak dalam lingkaran X. Semua titik dalam lingkaran Y menjadi anggota sekali gus dari Y dan X, artinya tiap-tiap orang bertaqwa sekali gus beriman. Sedangkan titik-titik dalam lingkaran X di luar lingkaran Y, adalah orang-orang beriman yang belum bertaqwa. Kesimpulannya, jika menyebutkan bertaqwa, tidaklah perlu diikutkan pula kata beriman, oleh karena beriman sudah tercakup dalam bertaqwa, kecuali jika itu dalam skala ordinal proses.

Jadi yang betul bukanlah meningkatkan iman dan taqwa, melainkan meningkatkan iman untuk menjadi taqwa. Akan tetapi jika dikatakan memperingati Mawlud ataupun Isra Mi'raj RasuluLlah SAW dalam rangka meningkatkan iman untuk menjadi taqwa, itupun juga tidak benar, karena yang benar menurut ayat (2:183), untuk meningkatkan iman menjadi taqwa adalah dengan jalan berpuasa.

Khatimah:
Dalam Al Quran ada dua jenis rangkaian iman dengan taqwa, yaitu pertama dalam kategori ordinal proses, dengan dua ciri, yaitu dihubungkan oleh kata DAN dan dibaca wattaqaw (qaf difatah A), dalam hal ini WA (DAN) berma'na TSUMMA (LALU), dan kedua skala ordinal tidak dihubungkan dengan kata DAN, dibaca / ditulis Ittaquw / Tattaquwn (qaf didhamma U). WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 2 Oktober 1994