Ada seorang kemanakan saya yang tinggal di rumah, baru tahun yang lalu masuk SMA kelas satu. Secara bergilir ia belajar bersama dengan teman-teman sekelasnya sejumlah 5 orang mengambil tempat di rumah tempat tinggalnya masing-masing. Suatu waktu tatkala giliran belajar sama itu menempati rumah saya, saya bertanya kepada mereka itu:
- Coba lihat cecak di atas langit-langit itu, punggungnya ke bawah kakinya ke atas menempel di langit-langit. Mengapa tidak jatuh ke bawah ditarik gravitasi. Kekuatan apa yang menahannya?
- Pak, sebelum pertanyaan bapak kami jawab, saya ingin menanyakan pertanyaan pula. Mengapa bapak katakan jatuh ke bawah, bukankah sudah cukup jika dikatakan saja jatuh?
- Dalam berbahasa, jawab saya, ada yang disebut gaya pleonasme, penekanan, seperti misalnya menengadah ke atas, menunduk ke bawah. Saya pakai gaya pleonasme itu untuk menekankan adanya gaya gravitasi yang menarik ke bawah yang harus dilawan oleh kaki-kaki cecak yang menempel di langit-langit itu. Diskusikan saja pertanyaan saya itu, saya akan masuk ke kamar kerja saya sebentar.
- Mungkin kuku cecak itu tajam jadi seperti paku yang menancap, kata seorang.
- Mungkin kau benar dalam hal kuku yang menancap, tetapi menurut saya bukan seperti paku melainkan kuku itu seperti pancing, jadi lebih kuat menahan, seorang menanggapi.
- Kalau menurut saya, karena cecak itu sebangsa tokek, ucapannya disela oleh temannya yang ingin melucu:
- Tokek, tokek, tau nggak tokek?"
- -Karena cecak itu sebangsa tokek, maka melekatnya seperti tokek juga, yaitu memakai minyak. Maksudmu semacam lendir?
- Orang mengatakan minyak tokek, bukan lendir tokek.
- Oh, minanya' tokke'? Saya juga pernah mendengar orang mengatakan itu, katanya minynyak tokke' dipakai untuk ilmu pekasih yang ditujukan kepada lawan sejenis.
- Orang bilang, orang bilang, itu tidak ilmiyah.
- Menurut saya tokek atau cecak melekat bukan karena pada tapak kakinya ada semacam lendir pelekat, bukan pula karena kuku yang menancap. Saya pernah membaca tentang gurita dan ikan cumi-cumi. Pada ujung jari-jarinya ada lubang-lubang kecil, semacam pori-pori di kulit kita, cuma pada ujung jari-jari gurita dan cumi-cumi lubang-lubang itu lebih besar dari pori-pori kita. Ada mekanisme semacam pompa vakum dalam tubuh binatang tersebut yang menyebabkan tekanan dalam ruang pada lubang-lubang itu lebih rendah dari satu atmosfer. Jadi saya pikir pada tapak kaki cecak dan tokek ada pula mekanisme dengan lubang-lubang kecil itu. Kesimpulannya bila ini benar, gaya gravitasi di lawan oleh tekanan udara karena adanya tekanan vakum dalam lubang-lubang kecil pada tapak kaki binatang itu.
- Bagaimana hasil diskusinya?
- Belum ada hasil akhir pak. Ada tiga pendapat, cecak itu dapat kuat menempel karena kuku yang menancap, atau lendir pelekat, atau tekanan vakum.
- Apa sumbermu?
- Yang berpendapat kuku, sumbernya pada kenyataan paku yang menancap, yang berpendapat lendir pelekat sumbernya dari cerita rakyat, dan yang berpendapat tekanan vakum sumbernya dari bahan bacaan, analogi yang diangkat dari ikan gurita dan cumi-cumi, jawab kemanakan saya yang bertugas sebagai juru tulis hasil diskusi.
- Begini, saya tidak ahli dalam bidang biologi. Untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendekati kebenaran, bawalah hasil diskusi ini ke guru bidang biologi kalian. Saya lemparkan pertanyaan tadi dengan maksud untuk memperlihatkan apa yang ada di belakang sisi biologi yang perlu disimak. Cecak itu tidak jatuh karena berpegang kuat pada tempatnya berpijak. Anak-anakku sekalian ini ibarat cecak-cecak, hidup dalam suasana globalisasi peledakan informasi yang dipancarkan melalui media cetak dan elektronika. Arus globalisasi itu sekarang begitu intensif, kekuatan menariknya ibarat kekuatan gravitasi yang menarik cecak-cecak itu untuk jatuh ke bawah. Kalau anak-anakku mampu bertahan seperti cecak-cecak itu, yakni anak-anakku berpegang kuat-kuat kepada tali Allah, insya Allah, anak-anakku tidak akan diseret oleh arus globalisasi.
*** Makassar, 8 Januari 1995