26 Maret 1995

170. Permadi si Tukang Tenung

Tersebutlah konon seorang pemilik kerbau kehilangan kerbaunya. Ia pergi kepada seorang sanro pacini'-cini' (dukun penebak) untuk bertanya di mana gerangan kerbaunya.

- Oh, jangan risau, telah kulihat dalam kukuku ini kerbaumu di bawah rumpun bambu sedang menyusukan anaknya, kata sang dukun sambil memperlihatkan kuku ibu jari tangannya yang panjang.

- Tetapi kerbau saya itu jantan, sela pemilik kerbau.

- Mengapa engkau tidak beritahu sebelumnya kepadaku kerbaumu itu jantan, ujar sang dukun dengan nada gusar.

Cerita yang ini bukan anekdot melainkan sebenarnya pernah terjadi dalam tahun 1951. Tiga sekawan Kmrd, Bdrh, Hdrm menjelang ujian akhir SMP pergi bertanya kepada sanro patontong (dukun peramal), apakah mereka akan lulus ujian akhir SMP. Mereka pergi tidak bersamaan. Rupanya karena upeti Kmrd dan Hdrm menyenangkan sang dukun, Kmrd dan Hdrm mendapat berita menggembirakan: Kmrd dan Hdrm pasti lulus. Sedangkan upeti Bdrh tidak berkenan di hati sang dukun, Bdrh mendapat berita buruk: Bdrh tidak akan lulus. Akibatnya tiga sekawan itu bersantai saja menjelang ujian akhir. Kmrd dan Hdrm berpikir buat apa capek-capek belajar, tokh pasti lulus, biarpun tidak belajar. Bdrh berpikir buat apa belajar, biar belajar tidak akan lulus. Akhirnya ketiga-tiganya tidak ada yang lulus.

Karena merasa malu ketiganya pergi merantau meninggalkan Sulawesi Selatan. Kmrd ke Tanjung Uban, Hdrm ke Jakarta dan Bdrh ke Balikpapan. Bdrh sempat terkejar oleh pamannya ke atas kapal, tetapi apa katanya:

- Boli'mi kamma, si'raka ri pa'rasangannapi tauwa nabaji' todong sare-sarengku. Biarlah, barangkali nanti di negeri orang nasibku akan baik.

***

Dalam berbahasa selama ini dipakai dua jenis pengertian dukun, yaitu yang berkonotasi positif dan berkonotasi negatif. Dukun yang berkonotasi positif adalah dukun yang mengobati penyakit dengan obat-obat ramuan secara tradisional, mengurut, memijat, dan ada pula sebagian yang mempergunakan tenaga dalam. Yang terakhir ini dikenal dengan ungkapan pengobatan secara paranormal. Dukun yang berkonotasi negatif dikenal dengan ungkapan tukang tenung. Hendaknya istilah dukun itu dipakai untuk konotasi yang positif saja, sedangkan yang berkonotasi negatif dipakailah tukang tenung.

Peramal yang berkonotasi positif adalah peramal yang ramalannya berdasar atas keadaan masyarakat ataupun data statistik. Ramalan yang berdasarkan keadaan masyarakat seperti misalnya ramalan Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka tentang akan runtuhnya Kerajaan Gowa berdasar atas dekadensi yang mewabah mulai dari lapisan bawah hingga lapisan atas: anynyombaya saukang (menyembah berhala), appakala'biri'sukkuka gaukang (menghormati atribut kerajaan secara berlebihan), a'madaka di bate salapanga (bermadat di kalangan Bate Salapang) angnginunga ballo' ri ta'bala' tubarania (minum tuak di kalangan prajurit) dan pa'botoranga ripasap-pasaraka (perjudian di pasar-pasar). Dalam seri 106, 5 Desember 1993, telah kita bahas kelima isyarat ini. Hendaknya istilah ramalan yang berkonotasi positif ini diganti dengan perkiraan, seperti ramalan cuaca, yang berdasar atas data statistik, sudah lama dipopulerkan oleh TVRI dengan pemakaian istilah perkiraan cuaca. Adapun ramalan yang berkonotasi negatif adalah ramalan yang berdasarkan tahyul yang aplikasinya memakai kartu, lemparan dadu, cabutan anak panah, posisi matahari terhadap 12 zodiak, dll. Pelakunya disebut pula tukang tenung.

Walhasil, dukun penebak dalam anekdot dan dukun peramal dalam cerita tiga sekawan itu adalah tukang tenung. Dalam kamus tukang tenung disebut sebagai penebak (waarzegger, sooth-sayer), peramal (voorspeller), pelihat-lihat (ziener). Dalam bahasa Al Quran tukang tenung disebut Azla-mun.

Tukang tenung ini jauh bedanya dengan para Nabi dan Rasul, juga berbeda dengan para waliyuLlah. Nabi dan Rasul dapat mengungkap rahasia di balik alam nyata, karena diberi tahu langsung oleh Allah SWT melalui wahyu dan para waliyuLlah ada yang dapat mengungkap rahasia di balik kenyataan karena mendapat ilham khusus (special gift) dari Allah SWT. Sedangkan tukang tenung hanya dengan tebak-tebakan saja secara acak (random) dan untung-untungan, ataupun rekayasa-penipuan, dan yang paling keji yang berasal dari bisikan setan, min Syarri lWaswa-si lKhanna-si (s.AnNa-s,4), dari kejahatan bisikan-bisikan setan (114:4).

***

Permadi bukanlah para-normal, karena ia sendiri jelas tidak mengetahui nasibnya akan seperti sekarang ini, berurusan dengan polisi. Ia juga bukan peramal jenis pertama di atas, yang berkonotasi positif itu. Sebab menurut Kassospol ABRI Letjen TNI Moh. Ma'ruf, bahwa Permadi meramal tidak didukung oleh fakta-fakta. Jadi Permadi yang menghebohkan dan dihebohkan itu adalah tukang tenung. Menurut informasi dari media cetak, dia itu tidak menganut salah satu agama yang ada di Indonesia ini. Dengan kenyataan ia itu seorang tukang tenung dan tidak beragama, dan jika memang betul ia menghujat Nabi Muhammad SAW, maka ia itu termasuk tukang tenung dari jenis ketiga, yaitu yang paling keji, ia mendapatkan kejahatan bisikan-bisikan setan.

Kalau memang terbukti perbuatan menghujatnya itu dalam pengadilan, hendaknya hakim menjatuhkan kepadanya hukuman sekeras-kerasnya sesuai dengan rasa keadilan ummat Islam yang Nabinya dihujat.

Ya- Ayyuha- lLadziyna A-manuw Innama lKhamru wa lMaysiru wa lAnsha-bu wa lAzla-mu Rijsun min 'Amali sySyaytha-ni faJtanibuwhu La'allakum Tuflihuwna (S.AlMa-idah,90). Hai orang-orang beriman, sesungguhnya arak, judi, berhala dan bertenung adalah keji, itu dari perbuatan setan, jauhilah akan dia, supaya kamu mendapat kemenangan (5:90). WaLla-hu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 26 Maret 1995