10 September 1995

193. Belajar dari Walk Out Ny.Mire

Pada halaman satu Harian Fajar edisi Kamis, 7 September 1995 dapat kita baca berita yang berjudul: Seorang Anggota DPR Walk Out. Ny.Mire Laksmiari Priyonggo dari Fraksi PDI keluar ruangan sidang rapat Komisi X DPR RI. Dalam rapat dengar pendapat itu Ny.Mire walk out tatkala Direktur Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Bidang Pemetaan dan Aplikasi, Azar Djaloeis melontarkan kata-kata yang diterima sebagai peremehan oleh Ny.Mire. "Seharusnya anggota DPR memperlajari dulu apa itu nuklir, apa itu atom, sehingga pertanyaan yang diajukan tidak ngawur". Itulah bunyi ucapan Djaloeis yang menurut Ny.Mire, "terlalu meremehkan anggota DPR RI. Saya tersinggung. Itu tidak etis". Ucapan Djaloeis dilontarkan keluar untuk menangkis pertanyaan Ny.Mire mengenai hal diambil dari mana oleh BATAN sumber dana untuk tim pengontrol Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepara itu. Melihat akibat ucapannya yang menyuruh anggota DPR mempelajari nuklir itu, Djaloeis minta maaf dan langsung menyatakan menarik semua omongannya. Akan tetapi Ny.Mire tidak mau menerima. "Pertanyaan anggota DPR hanya bersifat politis. Jadi kita tidak perlu bertanya secara detail. Tapi DPR berhak mempertanyakan kebijaksanaan BATAN dalam membangun PLTN," kata Ny.Mire dalam nada tinggi, kemudian Ny.Mire langsung angkat kaki meninggalkan ruangan. Di luar ruangan Ny.Mire berkata lagi bahwa lebih baik memberi pelajaran etika kepada Djaloeis, tatkala di luar ruangan Ny.Mire berusaha dibujuk oleh beberapa staf BATAN. "Sangat wajar kalau saya mempertanyakan dana untuk biaya tim pengontrol PLTN. Karena di Perancis dianggar 150 juta franc setahun. Itu kan sangat besar. Terus biayanya dari mana, jangan-jangan nanti dibebankan pada APBN," lanjut Ny.Mire kepada pimpinan fraksinya, sesudah ia berusaha dibujuk oleh beberapa staf BATAN tersebut.

Ada dua hal yang menarik yang dapat dijadikan pelajaran dalam insiden walk out itu.

Pertama, alangkah mudahnya minta maaf. Mengeluarkan ucapan, kemudian setelah itu minta maaf. Ucapan itu ingin ditelan kembali dengan minta maaf. Teringatlah kita akan salah satu gambaran dalam peristiwa Isra Nabi Muhammad RasuluLlah SAW. Tatkala Allah SWT memproyeksikan kepada RasuluLlah SAW yang melihat seekor lembu yang besar keluar dari lubang yang sempit. Kemudian lembu itu hendak masuk kembali ke dalam lubang kecil tadi, tetapi lembu itu sudah tidak mampu lagi kembali masuk ke dalamnya. RasuluLlah SAW bertanya kepada Jibril AS yang menuntun buraq kendaraan RasuluLlah: "Apakah ini, wahai Jibril?" Maka Jibril AS menjawab: "Ini adalah perumpamaan bagi orang yang mengeluarkan suatu perkataan, kemudian ia berusaha untuk menarik perkataan yang telah terucapkan tadi, namun apa daya, ucapan yang sudah terulur itu tak dapat lagi ditarik masuk ke dalam mulutnya kembali."

Omongan Djaloeis itu ibarat lembu besar yang keluar dari lubang yang sempit itu. Lembu itu hendak masuk kembali ke dalam lubang kecil tadi, tetapi sudah tidak mampu lagi kembali masuk ke dalamnya. Djaloeis mengeluarkan kata-kata, kemudian ia berusaha untuk menarik perkataan yang telah terucapkan tadi. Ia minta maaf dan langsung menyatakan menarik semua omongannya, tetapi Ny.Mire tidak memaafkannya, ia keluar ruangan sidang rapat Komisi X DPR RI. Ny.Mire walk out.

Kedua, masih adanya sikap arogansi dalam kalangan yang menganggap dirinya pakar, yang diakibatkan oleh kepicikan dengan menganggap bidang ilmu yang dikuasainya itulah yang paling penting. Semua bidang ilmu di luar yang dikuasainya diremehkannya, dianggapnya tidak penting. Pada hal Allah SWT berfirman dalam Al Quran:

Wa Ma- Uwtiytum mina l'Ilmi Illa- Qaliylan (S. Al Isra, 85). Kamu tiada diberikan ilmu kecuali sedikit (17:85).

Maka dengan adanya peristiwa Ny.Mire yang walk out itu menjadi pelajaran bagi yang menganggap dirinya pakar yang berpandangan picik, yang menganggap ilmu yang sedikit dikuasainya itu yang paling top, ilmu yang lain tidak ada artinya. Bahwa sikap arogansi, sikap chauvinisme dalam berilmu, tidak disenangi oleh Allah SWT, seperti dalam FirmanNyya:

Wa La- Tamsyi fiy lArdhi Marhan Innaka Lan Takhriqa lArdha (S. Al Isra, 37). Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong, sesungguhnya engkau tiada dapat menembus bumi (17:37). WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 10 September 1995