1 Oktober 1995

196. Bahan Bakar yang Dapat Diperbaharui, Suatu Tinjauan Masa Depan Sumber Energi

Orang mengklasifikasikan sumber energi dalam tiga jenis:

Pertama, yang dapat diperbaharui (renewable), seperti pasang-surut yang berulang secara berirama setiap sekitar 24 jam, akibat tarikan gravitasi bulan terhadap selubung cair (laut) dari bumi.

Kedua, yang tak dapat diperbaharui seperti bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu-bara).

Ketiga, yang tak terhabiskan (non-exhausted), seperti sinar dalam wujud photon dari matahari termasuk anak-cucunya. Adapun anak photon adalah energi angin, energi arus laut dan energi potensial air. Bagian atmosfer dan air laut yang kena pukulan photon suhunya akan naik. Maka mengalirlah udara dan air laut dari tempat yang lebih dingin ke tempat yang panas itu, lalu terjadilah hembusan angin dan aliran arus laut. Karena pukulan photon pada permukaan laut dan danau, air laut dan danau menguap membubung ke atas bergumpal menjadi awan, kemudian turun menghujani bumi. Air hujan yang jatuh di bumi pada tempat yang ketinggian mempunyai energi potensial. Adapun cucu photon adalah anak energi angin, yaitu energi ombak. Terjadinya ombak karena tekanan angin pada muka laut atau danau.

Kebutuhan energi secara global makin meningkat. Sumber energi berupa bahan bakar fosil ditambah dengan sumber-sumber energi dari photon yang dipancarkan matahari beserta anak-cucunya, berikut dengan energi pasang-surut sudah mulai tidak memadai lagi untuk melayani pertumbuhan industri. Bahkan persediaan minyak bumi sudah semakin menipis, sehingga digalakkan sekarang pemakaian batu-bara.

Maka orang menoleh kepada bahan bakar nuklir, yakni sumber energi yang terkandung dalam mikro-kosmos, ke dalam inti atom, yang secara populer dikenal dengan ungkapan tenaga nuklir, yaitu tenaga yang mengikat ibarat perekat yang mencegah inti atom berantakan akibat proton-proton yang saling tolak-menolak, karena mempunyai muatan listrik yang sama yaitu muatan positif.

Ada dua cara untuk mengais keluar tenaga nuklir itu. Pertama, dengan proses pembelahan (fisi) inti atom. Atom yang lebih berat ditembaki sehingga pecah menjadi atom yang lebih ringan. Kedua, dengan proses penyusunan (fusi) inti atom, atom yang lebih ringan ditembaki sehingga terbentuk atom yang lebih berat. Baik pada proses fisi maupun fusi setelah reaksi inti akan terjadi pembebasan tenaga. Tenaga yang terbebas pada proses fisi dapat dikontrol, sehingga walaupun dapat dipakai untuk menghancurkan dalam wujud bom atom, dapat pula dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam industri dengan mendirikan Stasiun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Lain halnya pada proses fusi. Tenaga yang terbebas itu belum dapat dikontrol, sehingga hanya dapat dipakai untuk menghancurkan seperti bom hidrogen.

Memenuhi kebutuhan energi oleh dunia industri dengan mempergunakan bahan bakar nuklir baru diterima orang dengan sikap enggan, tidak sepenuh hati. Trauma kebocoran di PLTN Chernobyl beberapa tahun lalu di Uni Sovyet sehingga terjadi pencemaran radiasi pada daerah yang luas sekelilingnya, masih dirasakan orang ibarat monyet di punggung. Dalam waktu-waktu yang akan datang jika PLTN ini makin mengglobal, maka lautan makin terbebani oleh sampah nuklir. Tidak adakah alternatif lain selain bahan bakar nuklir untuk kebutuhan global industri itu?

Allah berfirman dalam Al Quran: Alladziy Ja'ala Lakum mina sySyajari lAkhdhari Na-ran Faidza- Antum minhu Tuwqiduwna (S.Yasin, 80). Yaitu (Allah) Yang menjadikan api bagi kamu dari dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu membakar (36:80).

Ayat di atas itu telah dikemukakan dalam seri 003. Bobot bahasan adalah pada ekologi. Yaitu bagaimana zat hijau pohon dengan proses photosynthesis berjasa dalam menghasilkan O2 kembali, setelah manusia dan binatang serta mesin-mesin konversi tenaga mencemarkan udara dengan CO2. Dalam hubungannya dengan pembahasan dalam seri ini, maka bobot pembahasan ayat (36:80) ditekankan pada pohon yang dijadikan bahan bakar. Allah mengisyaratkan pada kita bahwa untuk memecahkan krisis bahan bakar, ialah dengan mempergunakan bahan bakar yang renewable, yaitu menanam bahan bakar.

Nasir El Bassam menuliskan kemungkinan itu dalam Majalah Natural Resources and Development, Volume 41 dengan judul Possibilities and Limitation of Energy Supply from Biomass. Adapun yang dimaksud dengan biomass adalah akar, umbi, batang, cabang, dahan, ranting, daun, buah, biji, artinya pohon (asySyajaru) secara keseluruhan. Dia mengklasifikasikan biomass itu dalam dua jenis: Pertama bagian tumbuhan yang berminyak, bergula dan bertepung (C6 H10 O5)n. Yang kedua lignocellulose, bagian tumbuhan yang banyak mengandung serat dan cellulose. Yang berminyak diproses dengan cara pres dan ekstraksi yang hasilnya berupa minyak bakar dan pelumas. Yang bergula dan bertepung diproses dengan cara fermentasi yang hasilnya ethanol. Kemudian sisa-sisa organik dari tumbuhan itu diproses pula dengan cara fermentasi yang hasilnya methane (biogas). Lignocellulose diproses dengan memadatkan, mencairkan, menggaskan, menghaluskan dan hydrolysis yang menghasilkan berturut-turut: bahan bakar padat, biodiesel serta methanol, hidrogen sintesis, bahan bakar serbuk dan ethanol.

Alhasil pemecahan krisis energi haruslah ditempuh dari dua sisi, pertama dari segi teknologik, yaitu untuk masa depan yang terbebas dari pencemaran radiasi, hendaklah menanam sumber energi, seperti diisyaratkan Allah SWT dalam firmanNya, yaitu ayat (36:80). Dan kedua dari sisi spiritual yaitu meredam laju pertumbuhan industri yang dipacu secara global dengan mengendalikan dorongan naluri yang tidak bertepi, yang ingin hidup enak secara berlebihan. Wa la- Tusrifuw Innahu La- Yuhibbu lMusrifiyna (S. Al A'ra-f, 31), dan janganlah kamu berlebih-lebihan sesungguhNya Dia tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas (7:31). WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 1 Oktober 1995