24 Desember 1995

208. Mi'raj dan Upaya Penguasa Quraisy di Makkah Untuk Mengembalikan Muhajirin dari Habasyah

Peristiwa Mi'raj dapat kita baca dalam S. AnNajm ayat 1 s/d 18. Telah disepakati oleh para mufassirin, bahwa yang dimaksud dengan Mi'raj adalah "perjalanan" Nabi Muhammad SAW dari AlBaytu lMaqdis (qiblat yang mula-mula dalam shalat, biasa pula diucapkan Muqaddas), ke Sidratu lMuntahay. Dituliskan perjalanan dalam dua tanda kutip, oleh karena sifat perjalanan itu tidaklah terkungkung oleh ruang dan waktu, artinya tidaklah space-time like (untuk meminjam istilah Einstein).

Dalam Hadits tentang Isra dari Annas ibn Malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dapat kita baca: Hattay Intihay ilay Bayti lMuqaddasi, hatta sampailah beliau ke Baytu lMuqaddas.

Pada waktu RasuluLlah SAW mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi tentang bagaimana sesungguhnya keadaan Baytu lMaqdis itu, RasuluLlah SAW tertegun sejenak, oleh karena beliau tidak mungkin dapat melihat lagi bangunan itu, berhubung sudah lama dihancurkan oleh Titus sekitar tahun 70 Miladiyah (S.Isra, 7). (Yang tertinggal dari bangunan itu hanya sebuah puing yang disebut tembok ratapan, tempat orang Yahudi meratap setiap tahun pada hari raya keagamaan Yom Kippur). Dalam keadaan terdesak itu maka Allah SWT menunjukkan kepada beliau bangunan itu seutuhnya, ibarat kita sekarang melihat gambar pada layar monitor. Bersabda beliau: FaJalla Llahu Liy Bayta lMuqaddasi faThafiqtu Akhbaruhum waAna- Andzhuru Ilayhi. Maka Allah memperlihatkan kepadaku Baytu lMuqaddas, maka saya informasikan kepada mereka sambil saya melihat kepada (gambar)nya.

Dalam Hadits shahih yang menyangkut pekabaran tentang Isra tidak pernah dipergunakan istilah AlMasjidu lAqsha-. Itulah dalil naqliyah bagi mufassirin pencilan tentang pemahaman bahwa AlMasjidu lAqsha tidaklah identik dengan AlBaytu lMaqdis, melainkan identik dengan Sidratu lMuntahay.

***

Kezaliman penguasa Quraisy di Makkah memuncak pada tahun 5 kenabian. Puncak penyiksaan diderita oleh Bilal bin Rabah, seorang budak yang berasal dari Habasyah (Abessinia, Ethiopia). Dadanya ditindis batu besar, dijemur di bawah terik matahari gurun pasir. Maka turunlah ayat yang mengizinkan berhijrah untuk menghindarkan diri dari kezaliman.

Walladziyna Ha-jaruw fiyLlahi min ba'di Ma- Dzulimuw Lanubawwiannahum fiydDunya- Hasanatan waLaajru lAkhirati Akbaru Lawka-nuw Ya'lamuwna (S.AnNahl, 41). Dan yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dizalimi, niscaya Kami sediakan tempat yang baik bagi mereka di dunia, sedangkan di akhirat menanti pahala yang lebih besar, jika mereka mengetahuinya (16:41).

Maka berhijrahlah 15 orang ke Habasyah terdiri atas 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib, sepupu sekali RasuluLlah SAW. Inilah hijrah yang pertama dan bersifat perintis. Kemudian menyusul hijrah yang kedua sesudah fitnah yang berupa pemboikotan umum penguasa Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau pada tahun 7 kenabian. Sehubungan dengan fitnah yang berupa embargo ekonomi ini, turunlah ayat:

Tsumma Inna Rabbaka Lilladziyna Ha-jaruw min ba'di Ma- Futinuw tsumma Ja-haduw waShabaruw Inna Rabbaka min ba'di Ha- LaGhafuwrun Rahiymun (S.anNahl, 110). Lalu sesungguhnya Maha Pengaturmu (Yang melindungi) orang-orang yang berhijrah sesudah difitnah, kemudian mereka berjuang dan sabar, sesungguhnya Maha Pengaturmu sesudah itu Maha Pengampun dan Maha Pengasih (16:110).

Para muhajirin itu terdiri atas 101 orang, 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan, juga berhijrah ke Habasyah. Karena kelompok hijrah ini jauh lebih besar dari hijrah yang pertama, maka penguasa Quraisy mengutus Amr ibn al'Ash dan 'Abdullah ibn Rabiah minta kepada Najasi (Negus) raja Habasyah supaya para muhajirin itu jangan diberi suaka, dan minta agar diextradisikan ke Makkah kembali.

Maka tampillah Ja'far berdialog dengan Najasi. Najasi bertanyakan pandangan orang Islam terhadap Yesus dan Maryam. Ja'far membacakan S.Maryam ayat 19 dan 20 yang menyatakan bahwa 'Isa terlahir sebagai anak yang suci (Ghula-man Zakiyyan, 19:19) dari perawan Maryam yang belum disentuh laki-laki (Lam Yamsasniy basyarun, 19:20). Selanjutnya Ja'far menyatakan bahwa Nabi 'Isa AS adalah seorang utusan Allah, namun dengan tegas menyatakan pula bahwa Isa bukanlah anak Allah. Najasi dapat menerima keterangan Ja'far dan menolak permintaan extradisi penguasa Quraisy itu. Seperti diketahui Najasi adalah seorang Nasrani penganut doktrin Arius Alexander yang menolak trinitas (doktrin Athanasius). Hingga sekarang ini masih tersisa ummat Nasrani penganut doktrin Arius Alexander, yaitu ummat Qibthi (Kopti) di Mesir, yang dikenal sebagai Unitarian Christian. Sekjen PBB Boutros Boutros Galli dari Mesir adalah salah seorang penganut Unitarian Christian.

Tahun 10 kenabian disebut tahun dukacita. St Khadijah, isteri RasuluLlah dan Abu Thalib, paman beliau wafat. Tekanan penguasa Quraisy dijuruskan kepada RasuluLlah. Beliau ke Thaif, tetapi tidak lama di sana. Dalam tahun ini terjadilah peristiwa Isra-Mi'raj. Tekanan kafir Quraisy terhadap ummat Islam berlanjut terus setelah peristiwa Isra-Mi'raj. Dalam tahun berikutnya tampaknya tekanan mereda. Bahkan dalam suatu kesempatan tatkala S.AnNajm dibacakan, para penguasa Quraisy yang sempat hadir ikut pula sujud pada waktu selesai dibacakan ayat terakhir S.AnNajm: FaSjuduw liLlahi wa'Buduw. Maka sujudlah kepada Allah dan mengabdilah (kepadaNya). (Ayat ini adalah ayat sajadah, yakni disunatkan sujud setelah membacanya).

Peristiwa ikut sujudnya para penguasa Quraisy disebar-luaskan keluar, dan setelah para Muhajirin di Habasyah mendengarnya, mereka mengira bahwa situasi bagi ummat Islam di Makkah sudah membaik. Kabar itu mempengaruhi para muhajirin di Habasyah. Merekapun kembalilah ke Makkah. Rupanya tekanan yang mereda dan ikut sertanya mereka sujud merupakan taktik tipu muslihat dengan mempergunakan pendekatan persuasif. Setelah upaya mereka berhasil mendatangkan muhajirin Habasyah, tekanan pada ummat Islam mereka tingkatkan kembali. Namun dari segi lain menguntungkan ummat Islam, karena mantan muhajirin Habasyah dapat ikut berhijrah ke Madinah. Bahkan orang yang pertama berhijrah ke Madinah adalah Abu Salamah, seorang mantan muhajir Habasyah(*). WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 24 Desember 1995
---------------------------------------
(*) Orang terakhir hijrah ke Madinah adalah Abbas RA, paman RasuluLlah SAW. Beliau tidak sampai di Madinah, karena di tengah jalan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW beserta pasukan Islam Madinah yang menuju Makkah untuk penaklukan Makkah. Setelah penaklukan Makkah tidak ada lagi hijrah. Insya Allah, penaklukan Makkah akan disajikan nanti dalam nomor seri tersendiri