11 Februari 1996

215. Sumber Rujukan Informasi

Pada waktu saya masih kecil saya telah mendapatkan informasi bahwa Al Quran terdiri atas 31 Juz di kalangan Syi'ah. Juga menurut keyakinan penganut Syi'ah, Jibril sebagai pembawa wahyu dari Allah SWT, semestinya membawa wahyu itu kepada Bagenda Ali, akan tetapi Jibril salah alamat, ia membawa wahyu itu kepada Nabi Muhammad SAW. Hal itu saya tanyakan kepada ayah saya dan mendapat jawaban bahwa Jibril itu malaikat sangat tidak masuk akal jika melakukan kesalahan yang begitu besar. Kemudian ayah saya menambahkan lagi bahwa wahyu itu ada sebagian dengan perantaraan Jibril dan sebagian pula diterima Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sehingga tambah tidak masuk akal lagi jika Jibril memang salah alamat, lalu selanjutnya wahyu yang diturunkan secara langsung itu diubah pula alamatnya oleh Allah SWT dari Bagenda Ali kepada Nabi Muhammad SAW, mengikuti kesalahan alamat Jibril. SubhanaLlah, Maha Suci Allah dari pebuatan yang serupa itu. Tentang hal Al Quran yang 31 Juz itu ayah saya menjelaskan bahwa dalam Al Quran terdapat ayat yang menjelaskan bahwa Allah menjaga kemurnian Al Quran, Wa Inna- Lahu Lahafizhuwn, sehingga tidaklah mungkin dalam kalangan Syi'ah terdapat 31 Juz. Sebab kalau demikian berarti Al Quran sudah tidak terjaga lagi kemurniannya, berhubung sudah ada dua jenis Al Quran, ada yang 30 Juz dan ada yang 31 Juz.

Di kemudian hari tatkala saya sudah dewasa saya sempat membaca Mahabharata. Dewasa ini bahkan sudah pernah ditayangkan sebagai cerita bersambung malalui televisi. Dalam cerita Mahabharata itu tersebutlah seorang utusan dewa yang salah alamat. Dia menyerahkan bingkisan (senjata ampuh) yang dibawanya kepada Karna, pada hal bingkisan itu semestinya diserahkankan kepada Harjuna. Apakah cerita yang rancu tentang Jibril yang salah alamat itu tidak bersumber dari cerita Mahabharata ini? Perihal cerita Al Quran yang 31 Juz dalam kalangan Syi'ah itu, di perpusatakaan pribadi saya sekarang ini ada sebuah Al Quran terdiri atas 30 Juz, 114 Surah, cetakan Teheran, ibu kota Iran, sebuah Negara Islam Mazhab Syi'ah Itsna 'Asyariyah. Informasi yang saya dapatkan pada waktu anak-anak tentang hal Al Quran yang 31 Juz, bersumber dari tangan kedua. Dikatakan dari tangan kedua oleh karena informasi itu tentang Syi'ah yang sumbernya dari kalangan yang bukan Syi'ah. Sedangkan informasi yang saya dapatkan sekarang yaitu Al Quran cetakan Teheran adalah dari tangan pertama, yaitu Al Quran yang dicetak oleh kalangan Syi'ah sendiri.

Saya pernah pula mendapatkan informasi dari tangan kedua, yaitu sebuah informasi yang bersumber dari sebuah buku yang ditulis oleh penulis yang bukan dari Jama'ah Tabligh mengenai Jama'ah Tabligh dalam uraian yang cukup pendek. Dalam buku itu diinformasikan bahwa golongan Jama'ah Tabligh dalam shalat tidak membaca Al Fatihah. Sepintas lalu kelihatan rasa-rasanya informasi itu mengandung kebenaran, oleh karena anggota Jama'ah ini kalau datang di mesjid tidak bersedia menjadi imam shalat. Bahwa ketidak sediaan menjadi imam itu boleh jadi dengan tujuan untuk menyembunyikan, bahwa mereka itu tidak membaca Al Fatihah. Karena sumber informasi tentang tidak membaca Al Fatihah itu bersumber dari tangan kedua, maka tentu lebih bijak untuk memperoleh informasi dari tangan pertama. Pada waktu ada rombongan Jama'ah Tabligh dari Pakistan berkunjung ke Masjid Syura bersilaturrahim, tatkala tiba waktu shalat 'Isya, saya persilakan ketua rombongan menjadi imam. Pada mulanya ia menolak, akan tetapi akhirnya ia maju ke depan menjadi imam. Dan ia membaca Al Fatihah. Jadi menurut apa yang disaksikan sesungguhnya dari tangan pertama, anggota Jama'ah Tabligh membaca Al Fatihah dalam shalat. Tentulah tidak wajar kita bersikap curiga bahwa orang Pakistan itu terpaksa membaca Al Fatihah karena menjadi imam. Suatu hal yang mustahil mereka yang menzakatkan waktunya untuk pergi berda'wah antar negara akan main-main dengan shalat.

Coba dibayangkan membaca tentang ajaran Islam dari buku yang ditulis oleh orientalis yang bukan Islam. Saya pernah mempunyai buku Pelajaran Agama Islam yang ditulis oleh Kramer. Saya katakan pernah, karena buku itu sekarang sudah tidak ada pada saya. Buku itu dipinjam oleh paman saya, kemudian dibakar olehnya. Paman saya itu marah kepada saya, buat apa buku semacam itu disimpan-simpan, bagaimana kelak jika beristeri apa pula kalau sudah mempunyai anak (saya waktu itu masih bujang) lalu mereka mebacanya. Banyak kesalahan terdapat di dalamnya dari yang kecil sampai yang besar. Kesalahan besar dari buku itu menaikkan amarah orang Islam yang membacanya, sehingga tidak perlu saya kemukakan di sini kesalahan besar itu. Yang saya kemukakan hanya sebuah contoh kesalahan yang terhitung paling kecil dalam buku itu. Bahwa kata Islam berasal dari Isa, Subuh, Lohor, Asar, Magrib. Sedangkan hurufnya saja sudah salah, hanya M dari Maghrib yang benar, yang lain salah semua. Isa bukan alif melainkan 'ain, Subuh bukan sin melainkan shad, Lohor bukan lam melainkan Zha dan Asar bukan alif dan sin melainkan 'ain dan shad. Menulisnya saja sudah salah, apatah pula terlebih lagi arti dari Islam itu sudah sangat jauh menyimpang dari arti yang sesungguhnya.

Sumber Rujukan Informasi dari tangan pertama sangatlah penting untuk mendapatkan kesimpulan yang proporsional. Kalau mau mengetahui tentang Islam, maka sumber rujukannya adalah nash, yaitu Al Quran dan Hadits Shahih. Kalau mau mengetahui tentang pemahaman Ahlu Sunnah bacalah tulisan ulama-ulama besar dari golongan Ahlu Sunnah. Kalau mau mengetahui faham Mu'tazilah bacalah pendapat yang dikemukakan oleh ulama-ulama besar golongan Mu'tazilah. Kalau mau tahu tentang pemahaman Syi'ah bacalah tulisan ulama-ulama besar Syi'ah. Dengan demikian timbullah rasa saling menghargai antara satu golongan dengan golongan yang lain, terhindarlah sikap curiga antara satu dengan yang lain, sehingga terbinalah rasa Ukhuwah Islamiyah, rasa persaudaraan berdasarkan ajaran Islam dalam kalangan Ummat Islam sedunia. WaLlahu a'lamu bishshawab. *)

*** Makassar, 11 Februari 1996