15 Maret 1998

314. Sistem Administrasi yang Kaku

Ada sebuah prinsip umum yang dianugerahkan Allah SWT kepada hambaNya seperti dalam FirmanNya: -- Yuriydu Lla-hu biKumu lYusra wa Laa Yuriydu biKumu l'Usra (S. Al Baqarah, 2:185), Allah menghendaki kemudahan atas kamu, dan tidak menghendaki kesusahan atas kamu.

Prinsip umum tentang substansi kemudahan tersebut berhubungan dengan aturan Allah tentang puasa. bahwa ka!au seseorang sakit ataupun dalam perjalanan diberikan kemudahan atasnya dengan mengganti puasa itu pada hari yang lain. Sedangkan Allah Yang Maha Kuasa membuat aturan yang tidak kaku bagi hambaNya, apatah pula kita ini manusia yang sangat kecil ini mengapa kita dalam sistem administrasi membuat aturan di sana sini yang sangat kaku? Ini contohnya:

Materi network planning diajarkan dalam Pendidikan dan Latihan Diklat Wilayah IV Departemen Dalam Negeri di Sepadya (dahulu, sekarang materi itu dihapuskan) dan di Sepala (sekarang ini masih diberikan). Ada beberapa di antaranya insinyur mesin dan pertanian yang mantan mahasiswa saya. Karena sistem administrasi yang kaku, mereka itu terkantuk-kantuk mengikuti pelajaran saya. Itu wajar, karena mereka itu telah mendapatkan network planning selama satu semester, sedangkan dalam Diklat itu hanya diberikan beberapa jam, paling lama delapan jam pelajaran. Siapa yang tidak mengantuk akibat sistem administrasi yang kaku. Mengapa kepada mereka itu tidak dibebaskan dalam mata ajaran network planning? Karena yang membuat aturan Diklat itu tidak terpikir olehnya untuk membuat pengecualian, yaitu bagi mereka yang telah mendapatkan mata ajaran tertentu dalam pendidikan formal mereka sebelumnya, dibebaskan dan mata ajaran bersangkutan. Tentu di antara team yang menyusun kurikulum Diklat itu ada orang Islam, mengapa ia tidak mengambil pelajaran dalam hal kewajiban berpuasa?, yaitu Allah memberikan pengecualian dalam aturan kewajiban berpuasa, "yang kepayahan berpuasa seperti orang lanjut umur, sakit-sakitan terus menerus, pekerjaannya berat seperti kuli pelabuhan dan penarik becak, dibebaskan berpuasa dan diganti dengan membayar fidyah, memberi makan orang miskin."

Mari kita melakukan reorientasi berpikir. Yaitu reorientasi berpikir dalam konteks merujuk kembali kepada Al Quran. Setiap memperingati Nuzulu IQuran selalu ditekankan perlunya kita menghayati petunjuk Al Quran, untuk diaktualisasikan dalam kehidupan kita. Al Quran adalah petunjuk kita, tidak terkecuali dalam berpikir. Menurut Al Quran berpikir itu ada aturannya, yaitu berdzikir dahulu: -- Alladziyna Yadzkuruwna Lla-ha Qiyaaman waQu'uwdan wa 'ala- Junuwbihim wa Yatafakkaruwna fiy Khalqi sSama-wa-ti wa lArdhi (S. Ali 'Imraan, 3:191), artinya: Yaitu orang-orang yang mengingat Allah talkala berdiri, duduk dan berbaring, dan berpikir tentang penciptaan (benda-benda) langit dan bumi.

Demikianlah, reorientasi berpikir. Merujuk kembali kepada Al Quran, yaitu sebelum berpikir, berdzikir, mengingat Allah terlebih dahulu dalam konteks mengingat aturan-aturan Allah, yang salah satu di antaranya yakni substansi prinsip kemudahan, termasuk di dalamnya sistem administrasi yang tidak kaku. Sebab pengalaman mengajarkan kita semua, sistem administrasi tidak mudah, berbelit tetapi kaku, melalui banyak meja, mendatangkan kesulitan kepada masyarakat, termasuk pengusaha kecil dan menengah, yang mengurus surat-surat ataupun dokumen. Maka untuk mempermudah pengurusan itu mengucurlah keluar minyak pelumas, pelicin, lampiran formulir yang tebal, emplop, uang siluman, suap, sogok den seribu satu macam istilah. Dan apabila yang mengurus itu adalah pengusaha, dimasukkannyalah itu dalam kalkulasi biaya overhead, dan ujung-ujungnya yang kena batunya adalah para konsumen, rakyat banyak adanya.

Restrukturisasi sistem administrasi merupakan salah satu pekerjaan rumah bagi Kabinet Pembangunan V yang telah diumumkan kemarin. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 15 Maret 1998