26 April 1998

319. Reformasi Bidang Ilmu Pengetahuan

Orang dikatakan sudah mati apabila ruhnya telah meninggalkan jasad. Itu definisi dalam bidang agama. Orang dikatakan sudah mati apabila otaknya sudah tidak berfungsi lagi. Itu definisi dalam bidang ilmu pengetahuan kedokteran. Ilmu pengetahuan seperti apa yang diajarkan di sekolah-sekolah berdiri di atas landasan filsafat positivisme. Hal-hal yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera ataupun instrumen harus dikeluarkan dari "kerajaan" ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya definisi orang mati seperti yang didefinisikan dalam bidang agama sangat lain dengan definisi menurut ilmu pengetahuan kedokteran. Maka terpecahlah kepribadian seseorang. Sebagai pribadi yang beragama pikiran dan bicaranya lain, sebagai pribadi ilmuwan pikiran dan bicaranya lain pula.

Itulah perlunya reformasi bidang ilmu pengetahuan. Yaitu ilmu pengetahuan itu tidak berdiri di atas filsafat positivisme, melainkan menurut Syari'at Islam yaitu ilmu pengetahuan itu berdiri di atas landasan Tawhid. Maka definisi orang mati menjadi seperti berikut: "Orang dikatakan sudah mati apabila ruhnya telah meninggalkan jasadnya karena dicabut malakulmaut. Itu dapat dideteksi pada otaknya yang sudah tidak berfungsi lagi."

Pada garis besarnya ilmu pengetahuan dibedakan dalam ilmu pengetahuan yang eksak dengan yang non-eksak. Jika A tidak sama dengan B, kalau A benar maka dalam ilmu eksakta B jelas salah, sedangkan dalam ilmu non-eksakta B belum tentu salah. Ilmu pengetahuan eksakta berkarakteristik eksperimental, sedangkan ilmu pengetahuan non-eksakta berkarakteristik spekulatif. Dikatakan spekulatif oleh karena teori-teori yang lahir dari penafsiran terhadap hasil observasi tidak dapat diuji-coba kebenarannya secara eksperimental.

Ambillah contoh misalnya dalam ilmu jiwa. Dari hasil observasi Sigmun Freud terhadap pasiennya di Vienna, ia melahirkan teori libido, berkarakteristik seksual. Semua kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum, agama dll. dipandang sebagai perkembangan libido. Hingga kini dan insya Allah sampai kiamat teori libido Freud tetap spekulatif.

Setiap ilmu pengetahuan, baik yang berkarakteristik eksperimental, maupun yang spekulatif mempergunakan approach yang sama: Orde atau taraf yang lebih rendah menjelaskan fenomena yang lebih tinggi ordenya. (Oleh karena dalam bahasa Indonesia istilah pendekatan bermakna ganda: approach dan approximation, maka dalam tulisan ini dipakai istilah pendekatan untuk approach dan apriksimasi untuk approximation).

Biologi, ilmu tentang hidup ini mengenyampingkan sama sekali hal yang sangat esensial bagi hidup dan kehidupan, yaitu kepribadian dan kesadaran. Ilmu ini hanya dibangun atas landasan yang rendah ordenya, seperti gerak reflex, ikatan kimiawi sampai kepada protoplasma dan osmose. Demikian pula fisika dan kimia dibangun di atas landasan yang lebih rendah ordenya, yaitu molekul, atom, nukleon, elektron dll. Ilmu falak di reduksi menjadi gerak benda-benda langit dan hukum-hukum mekanika. Etika diangkat dari pertanyaan kemanfaatan dan tabiat yang lebih rendah ordenya. Ilmu ekonomi mengabaikan permasalahan tentang keadilan, solidaritas, dan dibangun di atas landasan yang jauh lebih rendah ordenya, yaitu kebutuhan individu. Ilmu sejarah dibangun di atas serpihan-serpihan kejadian yang disusun ataupun diramu secara subyektif.

Selanjutnya kita khusus akan membedah ilmu pengetahuan eksperimental, seperti: ilmu falak, ilmu fisika, ilmu kimia dan biologi. Semua TaqdiruLlah (hukum alam menurut istilah filsafat positivisme) yang dapat diungkapkan melalui ilmu-ilmu tersebut di atas hanyalah generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi. Dalam ilmu permesinan, ataupun juga sipil, harga percepatan gravitasi di ambil = 9,8 m/det2. Angka ini adalah aproksimasi, tidak eksak. Aproksimasi yang terjadi di sini ada dua jenis, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas berupa pembulatan angka dan kualitas berupa anggapan bahwa bumi ini bulat sebagai bola. Artinya bentuk bumi yang sebenarnya yang bukan bola diabaikan.

TaqdiruLlah yang diungkap oleh Newton yang mengatakan bahwa gaya tarik menarik di antara dua benda berbanding lurus dengan massa kedua benda itu dan berbanding terbalik dengan kwadrat dari jarak kedua benda itu, adalah aproksimasi, tidak eksak. Rumus Newton itu tidak berlaku bagi kedua benda Mercurius dan matahari. Sebenarnya di bumi kita ini rumus Newton itu ada juga penyimpangan tetapi sangat kecil, jadi diabaikan. Maka para pakar di bidang mesin dan sipil dan juga elektro dapat berbesar hati dengan masih dapat mempergunakan rumus Newton yang sederhana itu untuk hitung menghitung dalam rancang bangun.

Teori Relativitas Umum Einstein sebagai koreksi atau penghalusan rumus Newton, yang walaupun berlaku juga antara matahari dengan Mercurius, juga generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi. Dalam kalkulasi tensornya Einstein mengambil model bola berdimensi empat untuk space-time continuum (kesinambungan ruang-waktu). Dalam batas yang sangat kecil permukaan elipsoide ataupun permukaan pelana kuda dapat dianggap sama dengan permukaan bola. Ini adalah aproksimasi.

Itulah dua butir kelemahan ilmu pengetahuan yang berasaskan filsafat positivisme: pendekatan orde lebih rendah menjelaskan orde lebih tinggi, dan generalisasi yang bersifat aproksimasi, baik kuantitatif maupun kualitatif.

Firman Allah SWT:
Alif, Lam, Mim. Alla-hu laa ila-ha huwa lhayyu lqayyuwmu. Nazzala 'alayka lkita-ba bilhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi wa anzal ttawraata walinjiyla . Min qablu hudan linnaasi wa anzal lfurqaana (S. Ali 'Imraan 2:1-4), artinya: Alif, Lam, Mim. Allah tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Hidup, Maha Berdiri SendiriNya. Menurunkan atasmu (hai Muhammad) Al Kitab dengan sebenarnya, membenarkan mengenai apa (yang diturunkan) sebelumnya, dan menurunkan Tawrat dan Injil. (Yang) sebelum (Al Quran) menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqan.

Yang dimaksud dengan Al Furqan adalah Al Quran sendiri dalam konteks sebagai kriterium yang membedakan antara yang benar dengan yang bathil. Berasal dari akar kata yang dibentuk oleh Fa, Ra, Qaf, yang berarti mengerat, yaitu memisahkan mana yang benar, mana yang bathil.

Alhasil, ilmu itu harus berjenjang turun, orde yang lebih tinggi menjadi panglima untuk orde yang lebih rendah. Contoh, ilmu ekonomi yang mengabaikan permasalahan tentang keadilan, solidaritas, yang dibangun di atas landasan orde yang lebih rendah yaitu kebutuhan individu, harus direformasi sesuai dengan Syari'at Islam, yaitu nilai Al Furqan tentang keadilan dan solidaritas dijabarkan ke orde yang lebih rendah, yaitu kebutuhan individu. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 26 April 1998