27 Desember 1998

354. Dari Mana Keterangan Didapatkan

Suwarlo (nama samaran?), menanggapi dalam Surat dari Pembaca, Harian FAJAR, edisi 23-12- 1998 atas Seri 341, yang berjudul Partai-Partai Politik yang Berdasar Marxisme yang Pernah Hidup di Republik Indonesia, edisi 27-09- 1998. Ia membuka suratnya dengan S. Al Buruj, 10 yang isinya melarang memfitnah dan menanyakan dari mana keterangan saya peroleh tentang gerombolan Merapi-Merbabu komplex dan mengenai Tan Malaka yang marxist trotzkist.

Pertama, saya dapatkan keterangan itu dari pendidikan politik oleh guru saya Allahu Yarham K.H. Isa Anshary, seorang tokoh Masyumi (parpol ini sekarang muncul kembali dalam wujud Partai Bulan Bintang) dan Ketua Front Anti Komunis. Beliau antara lain mengajarkan untuk mengenal aliran ataupun ideologi sesungguhnya dari organisasi-organisasi baik partai politik maupun organisasi kemasyarakatan, apabila aliran ataupun ideologi organisasi bersangkutan tidak dengan secara jelas tercantum dalam Anggaran Dasarnya. Gunanya supaya pemuda Islam tidak dapat dimanfaatkan oleh golongan lain yang merugikan ummat Islam. Karena banyak pemuda Islam dimanfaatkan tanpa sadar oleh golongan tersebut. Seperti halnya sekarang ini banyak pemuda (baca: mahasiswa) Islam yang tanpa sadar dimanfaatkan oleh kepentingan politik kubu segi-tiga TUA (Trisakti, UKI, Atmajaya) untuk shalat tarwih tidak di masjid melainkan di kampus Katolik Atmajaya.

K.H. Isa Anshary ditangkap dan ditahan tanpa diadili bersama-sama dengan tokoh-tokoh Masyumi lainnya dan tokoh-tokoh PSI oleh rejim Soekarno. Saya lebih mempercayai keterangan dari guru saya itu ketimbang dari koran mengenai gerombolan Merapi-Merbabu komplex. Juga saya lebih meyakini keterangan guru saya bahwa Tan Malaka(*) itu sesungguhnya seorang marxist trotzkist ketimbang bantahan dari Tan Malaka sendiri bahwa dia bukan marxist trotzkist (maksudnya marxisme yang diterapkan oleh Leon Trotzky, 1877 - 1940, yang nama aslinya Lev Davidovich Brottstein). Pengakuan bahwa Tan Malaka bukan marxist trotzkist bukanlah suatu jaminan dari hal yang sesungguhnya. Hal ini diisyaratkan oleh ayat: W MN ALNAS MN YQWL AMNA BALLH W BALYWM ALAKHR W MA HM BMW"MNYN (S. ALBQRT, 2:8), dibaca: wa minanna-si mayyaqu-lu a-manna- billa-hi wa bilyawmil a-khiri wa ma-hum bimu'mini-n, artinya: Di antara manusia ada yang berkata kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal sesungguhnya dia itu tidak beriman (2:8).

Kedua, Tan Malaka adalah seorang marxist saya ketahui dari buku karangan Tan Malaka sendiri: Madilog. Materialisme dan dialektika bukanlah buah pikiran asli dari Tan Malaka, melainkan diambilnya dari Karl Marx (1818 - 1883) yang membedah sejarah memakai pisau filsafat hitorische materialisme dengan metode dialektika: pertentangan kelas (these, anti-these) dan synthese. Dialektika ini bukanlah asli buah pikiran Marx melainkan dipinjamnya dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 - 1831). Marx bersama Friedrich Engels (1820 - 1895) menulis buku: Communist Manifesto (1847) dan Das Kapital (3 jilid, 1867, 1885, 1895). Islam dalam Tinjauan Madilog, berbentuk brosur, dicungkil dari buku Madilog tersebut, yang disindir dengan gaya yang khas oleh Allahu Yarham Haji Abdul Malik Karim Amrullah, (bukan Haji Abubakar Muhammad Karim Amrullah menurut Suwarlo, dari mana pula Suwarlo ini memungut nama yang keliru tersebut!). Demikianlah, Madilog bukanlah buah pikiran orisinel dari Tan Malaka, melainkan diambilnya dari filsafat historische materialisme yang dialektis. Alhasil Tan Malaka adalah seorang penganut filsafat materialisme.

Jangan dikacaukan antara istilah materialis dengan materialisme. Materialis adalah orang mata duitan. Materialisme dipakai dalam filsafat, yaitu pandangan yang tidak mau tahu, tidak mengakui dan tidak percaya existensi di luar materi. Materialisme inilah yang menjadi paradigma ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah-sekolah umum. Materialisme memperanakkan atheisme (tegas menolak eksistensi Tuhan) dan agnostisisme (meragukan adanya Tuhan). Filsafat historische materialisme yang dialektis dari Karl Marx termasuk dalam kategori ini. Jadi penggunaan S. Al Buruj, 10 oleh Suwarlo itu asal-asalan, Seri 341 tidak memfitnah siapa-siapa. Karena seperti ditunjukkan di atas Tan Malaka itu sungguh-sungguh seorang marxist, penganut materialisme yang tidak percaya pada existensi di luar materi.

***
Tanggapan Suwarlo ini mengingatkan saya akan tanggapan seorang paramedis terhadap Seri 334 yang berjudul: HIV/AIDS dan Reformasi Pasal 284 KUHP edisi 09-08-1998, dalam sebuah majelis yang membicarakan HIV/AIDS, bertempat di ruang Kesra Kantor Gubernur Sul-Sel. Berita ini saya dapatkan dari tangan pertama, yaitu dari isteri saya sendiri yang hadir dalam majelis itu mewakili Pengurus Wilayah 'Aisyiyah. Kemudian berita tanggapan itu saya dengar pula dari Ir M.Ridwan Abdullah MSc. dan Drs Ishak yang mewakili IMMIM yang juga hadir dalam majelis itu.

Saya pikir tanggapan ini perlu dipublikasikan, sebab boleh jadi ada beberapa orang yang mempunyai persepsi seperti paramedis itu, namun tidak sempat dikomunikasikannya kepada saya. Paramedis itu berkata dalam majelis tersebut bahwa ada seorang ustaz entah dari mana ia mendapatkan keterangan sehingga ia menulis tentang penyebaran virus HIV itu oleh nyamuk. Padahal yang saya tulis dalam Seri 334 itu berhubungan dengan penyuluhan-penyuluhan bahwa orang berpenyakit AIDS tidak perlu dihindari seperti halnya pengidap penyakit TBC, karena berjangkitnya HIV/AIDS hanya melalui jalur hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik dan dari ibu ke janin di dalam rahim. Saya mempertanyakan apa bedanya jarum suntik dengan moncong pengisap milik nyamuk. Boleh jadi virus itu mati atau nyamuknya yang mati jika virus itu diisap nyamuk. Akan tetapi suatu kenyataan ada virus yang kebal terhadap nyamuk (atau nyamuknya yang kebal virus?) seperti nyamuk yang menularkan virus malaria, nyamuk yang menularkan virus demam berdarah dan lalat yang dapat memindahkan virus penyakit tidur. Sehingga menurut hemat saya ada risiko potensial serumah dan bergaul dekat dengan pengidap AIDS oleh karena boleh jadi siapa tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, dengan berkembangnya penelitian belakangan akan dapat pula terungkap bahwa ada sejenis serangga yang dapat memindahkan HIV. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 27 Desember 1998
-------------------------
(*)
Percobaan kudeta 3 Juli 1946 dilancarkan di bawah pimpinan Tan Malaka dari Partai Murba. Tan Malaka mengajak kalangan militer Jawa Tengah, termasuk Soeharto. Yang akan digulingkan adalah Perdana Menteri Sjahrir. Awalnya, 20 Juni 1946 PM Sjahrir dan kawan-kawan diculik di Surakarta. Penculiknya adalah kelompok militer di bawah komando Divisi III dipimpin oleh Sudarsono. Soeharto selaku salah seorang komandan militer Surakarta terlibat dalam penculikan itu.

2 Juli 1946 kelompok penculik berkumpul di markas Soeharto sebanyak dua batalyon. Pasukan lantas dikerahkan untuk menguasai beberapa sektor strategis seperti RRI dan Telkom. Malam itu juga mereka menyiapkan surat keputusan pembubaran Kabinet Sjahrir dan menyusun kabinet baru yang sedianya akan ditandatangani oleh Presiden Soekarno di Istana Negara Yogyakarta, esok harinya.

SK dibuat dalam empat tingkat. Keputusan Presiden dimuat dalam maklumat nomor 1, 2 dan 3. Semua maklumat mengarah ke kudeta. Misalnya, maklumat nomor dua berbunyi demikian: Atas desakan rakyat dan tentara dalam tingkatan kedua terhadap Ketua Revolusi Indonesia yag berjuang untuk rakyat, maka kami atas nama Kepala Negara hari ini memberhentikan seluruh kementrian negara Sutan Sjahrir. Yogyakarta, 3 Juli 1946, tertanda: Presiden RI Soekarno.

Tetapi percobaan kudeta ini ternyata gagal. Para pelakunya ditangkap dan ditahan. Soeharto menangkapi komplotan penculik. Keberadaannya sebagai anggota komplotan penculik merupakan upaya Soeharto mengamankan penculik.