24 Januari 1999

358. Fitnah itu Lebih Kejam(?) dari Pembunuhan

Kalimat seperti judul di atas itu sering kita dengar. Walaupun selama ini kalimat itu sering diucapkan namun saya kurang tertarik untuk membahasnya dalam kolom ini. Barulah terbetik dalam hati untuk membahasnya, setelah dalam salah satu dari acara da'wah menjelang buka puasa tayangan TVRI dalam bulan Ramadhan yang lalu kita sempat pula mendengar kalimat seperti tersebut diucapkan oleh seorang da'i. Substansi ini merupakan antara lain yang termasuk dalam renungan Ramadhan yang saya amalkan. Kalimat itu sesungguhnya adalah terjemahan dari Al Quran:

ALFTNT ASYD MN ALQTL (S. ALBQRT, 2:191), dibaca: Alfitnatu asyaddu minal qatli (S. AlBaqarah, 2:191).

Tanda tanya pada judul di atas itu bukanlah pernyataan meragukan ayat, karena itu merusak aqidah, melainkan pernyataan keraguan itu ditujukan pada terjemahan dari asyaddu dalam ayat (2:191) tersebut. Kita ulangi sekali lagi, terjemahan asyaddu dengan kejam inilah yang diragukan, apakah itu sudah benar?

Kata ASYD, dibaca asyaddu yang diterjemahkan dengan kejam berasal dari akar kata yang dibentuk oleh huruf syin, dal, dal. Untuk mengetahui apa arti yang sesungguhnya dari kata yang akarnya dari syin, dal, dal ini perlu kita melihat kamus yang paling otentik yaitu Al Quran sendiri. Dalam Al Quran kata ini dijumpai berupa bentuk-bentuk: 1.SYDDNA, 2.SNSYD, 3.ASYDD, 4.SYDWA, 5.ASYTDT, 6.SYDYD, 7.SYDAD, 8.ASYDA", 9.SYDADA, 10.ASYD. Kata-kata dalam ke-10 bentuk itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat yang berikut:

  1. NHN KHLQNHM W SYDDNA ASRHM (S. ALDHR, 76:28), dibaca: Nahnu khalaqna-hum wa syadadna- asrahum, artinya: Kami ciptakan mereka dan Kami kuatkan anggota-anggota mereka.
  2. QAL SNSYD 'ADHDK BAKHYK (S. ALQSHSH, 28:35), dibaca: Qa-la sanasyuddu 'adhudaka biakhi-ka, artinya: Berkata (Allah kepada Musa) akan Kami kuatkan lengan engkau dengan saudara laki-lakimu (Harun).
  3. W ASYDD 'ALY QLWBHM (S. YWNS, 10:88), dibaca: Wasydud 'ala- qulubihim, artinya: dan keraskan hati mereka.
  4. FSYDWA ALWTSAQ (S. MHMD, 47:4), dibaca: Fasyuddul watsa-qa, artinya: maka kencangkan ikatan.
  5. A'AMALHM KRMAD ASYTDT BH ALRYH 'AASHF (S. IBRHM, 14:18), dibaca: A'ma-luhum karama-di nisytaddat bihir ri-hu fi- yawmin 'a-shifin, artinya: amalan mereka bagai debu yang ditiup kencang oleh angin pada hari badai.
  6. W ITQWA FTNT LA TSHYBN ALZDYN ZHLMWA KHASHT W A'ALMWA AN ALLH SYDYD AL'AQAB (S. ALANFAL, 8:25), dibaca: Wattaqu- fitnatal la- tushi-bannal ladzi-na zhalamu- minkum kha-shshatan wa'lamu- anna Lla-ha syadi-dul 'iqa-bi, artinya: hindarkanlah fitnah yang tidak hanya menimpa atas orang-orang zalim di antara kamu secara khusus dan ketahuilah bahwa Allah keras siksaannya.
  7. 'ALYHA ML"KT GHLAZH SYDAD (S. ALTHRYM, 66:6), dibaca: 'Alaiha- mala-ikatun ghila-zhun syida-dun, artinya: penjaganya (neraka) malaikat-malaikat kasar, keras.
  8. MHMD RSWL ALLAH W ALDZYN M'AH ASYDA" ALY ALKFAR RHMA" BYNHM (S. ALFTH, 48:29), dibaca: Muhammadur rasu-lu Lla-hi alladzi-na ma'ahu- asyidda-u 'alal kuffa-ri ruhama-u bainahum, artinya: Muhammad pesuruh Allah dan yang bersamanya tegas atas orang-orang kafir berkasih sayang di antara mereka.
  9. W BNYNA FWQKM SB'AA SYDADA (S. ALNBA, 78:12), dibaca: Wa banaina- faukakum sab'an syida-dan, artinya: dan Kami bina di atas kamu tujuh yang kokoh.
  10. Ayat (2:191) yang dibahas. Fitnah itu lebih kejam(?) dari pembunuhan.
Dengan menjadikan Al Quran sebagai kamus seperti yang baru kita lakukan ini, maka kata dengan akar syin, dal, dal, berarti kuat, kencang, keras, tegas, kokoh, sama sekali tidak berarti kejam. Secara umum kata itu berarti suatu penekanan yang intensif. Tanda baca untuk menggandakan bunyi dalam Al Quran disebut dengan tasydid. Bahkan kalau kita terjemahkan syin, dal, dal dengan kejam berarti kita sangat durhaka kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, karena dengan demikian berarti Allah itu kejam(?) siksaannya, lihat ayat (8:25) urutan no.6 yang dikutip di atas, dan Nabi Muhammad SAW juga kejam(?) terhadap orang kafir, juga lihat ayat (48:29) urutan no.8 yang dikutip di atas.

Kesimpulannya terjemahan asyaddu dengan kejam, sama sekali tidak benar, bahkan menyebabkan kita sangat durhaka kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Seharusnya terjemahan ayat (2:191): Fitnah itu itu lebih keras dari pembunuhan. Terjemahan ini dikuatkan pula oleh ayat yang lain, seperti FirmanNya:

ALFTNT AKBR MN ALQTL (S. AL BQRT, 2:217), dibaca: Al fitnatu akbaru minal qatli, artinya: Fitnah itu itu lebih besar dari pembunuhan.

Ayat (2:191) dalam konteks intensifnya bencana secara kualitas, sedangkan ayat (2:217) dalam konteks ekstensifnya bencana yang meluas secara kuantitas. Agar lebih jelas tentang pengertian intensif dengan ekstensif akan diberikan sebuah contoh. Sebab memberikan contoh biasanya lebih mudah dan lebih komunikatif hasilnya bagi pembaca mengenai penjelasan suatu substansi. Sebuah lahan digarap sebaik-baiknya, diberi pupuk yang cukup, ditanami dengan bibit unggul, maka produksi lahan itu meningkat dari seratus ton menjadi misalnya tiga ratus ton. Ini yang disebut dengan intensifikasi lahan pertaian. Lahan-lahan yang selama ini berupa lahan tidur digarap dan ditanami, sehingga lahan produktif bertambah luas. Ini yang disebut dengan ekstensifikasi lahan. Jadi fitnah itu lebih keras intensitasnya dan lebih besar ekstensitasnya dari pembunuhan.

Dalam hubungannya fitnah yang menyebar secara ekstensif dewasa ini, fitnah sudah melebar ke luar p. Jawa, ke Nusa Tenggara Timur (Kupang), Sulawesi Tengah (Poso) Indonesia bagian Timur (Ambon) dan menurut Harian FAJAR, edisi 23-1-'99 halaman tiga ditengarai 300 provokator (penghasut, penyebar fitnah) menyusup ke Sulut. Ummat beragama harus waspada jangan sampai termakan hasutan. Kepada aparat keamanan diminta dengan sangat bereaksi cepat mencari aktor intelektualnya, menangkapnya bersama dengan kaki tangannya para provokator penyebar fitnah tersebut. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 24 Januari 1999