21 Februari 1999

362. TBC

Dalam ilmu kesehatan TBC adalah singkatan dari tuberculose, yaitu penyakit batukdarah kering. Dahulu (sekarang tidak lagi) penyakit itu sangat ditakuti orang, karena merupakan penyakit menjangkit yang tak tersembuhkan, seperti AIDS sekarang ini. Perbedaannya terletak dalam hal perlakuan ataupun sikap terhadap pengidap kedua jenis penyakit menjangkit yang mematikan tersebut. Terhadap para pengidap TBC masyarakat dilarang bergaul dekat dengan orang-orang malang tersebut, sehingga mereka itu diisolasi dari pergaulan sehari-hari. Dari segi perlakuan ini para pengidap AIDS tidaklah semalang dengan para pengidap TBC oleh karena terhadap para pengidap AIDS dikampanyekan agar masyarakat jangan mengisolasi mereka itu dari pergaulan.

Dalam kolom ini sudah dua kali dikemukakan mengenai sikap praduga tak bersalah terhadap nyamuk, sebagai binatang serangga yang mempunyai moncong penusuk kulit manusia untuk mengisap darah, ibarat jarum suntik. Nyamuk ini tidak boleh dipandang enteng oleh karena telah dikenal dua jenis yang dapat menularkan virus. Yaitu jenis jamuk yang berdiri lurus dan jenis nyamuk yang berbelang-belang. Yang pertama dapat memindahkan virus penyakit malaria dan jenis yang kedua memindahkan virus penyakit demam berdarah. Nyamuk ini tidak boleh dianggap enteng, oleh karena Allah SWT tidak malu untuk menyodorkan contoh binatang nyamuk ini. Firman Allah SWT:

AN ALLH LA YSTHY AN YDHRB MTSL MA B'AWDHT FMA FWQHA (S. AL BQRT, 2:26), dibaca: InnaLla-ha la- yastahyi- ayyadhdriba matsalamma- ba'u-dhatan fama- fawqaha- (S. Albaqarah, 26), artinya: Allah tidak malu menyodorkan contoh nyamuk bahkan yang lebih (kecil) dari itu (S. Sapi Betina, 26).

Oleh karena Allah SWT tidak malu untuk menyodorkan contoh kasus binatang nyamuk ini, maka perlu sekali orang mengubah sikap terhadap nyamuk ini. Yaitu dari sikap praduga tak bersalah menjadi sikap praduga bersalah. Artinya perlu betul diteliti dengan seteliti-teliti dan seintensif-intensifnya apakah tidak ada sejenis nyamuk yang khusus dapat memindahkan HIV dalam arti virus HI (tentu tidak tepat jika dikatakan virus HIV, oleh karena huruf V itu sudah singkatan dari virus) itu tidak mati dalam moncong penusuk nyamuk jenis khusus itu, ataukah sebaliknya, nyamuk khusus itu tidak mati oleh virus HI tersebut. Jadi nyamuk itu seperti koruptor yang semestinya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana diubah dari asas praduga tak bersalah menjadi praduga bersalah, artinya bukan jaksa yang harus membuktikan kesalahan yang bersangkutan, melainkan yang bersangkutan yang harus membuktikan kebersihan dirinya, yaitu pembuktian terbalik.

Sebenarnya TBC itu dijadikan judul bukan semata-mata karena penyakit yang sekarang sudah dapat diobati itu, melainkan ada surat khusus yang secara langsung dialamatkan kepada pengasuh kolom ini dalam hubungannya dengan dongeng terjadinya nama pulau Lae-Lae seperti yang telah dikemukakan dalam Seri 356 yang berjudul: Makassar, La Nina, Lae-Lae, edisi 10 Januari 1999. Apa pula hubungan dongeng p. Lae-Lae dengan penyakit TBC ini. Penulis surat tersebut mengatakan bahwa menurut apa yang telah didengarnya, pemberian nama itu bukan semata-mata karena orang Cina yang memanggil-manggil: lae, lae, melainkan setelah peristiwa perahu Cina yang karam itu, maka di pulau itu apabila datang angin topan disertai laut yang menggelegak, maka para nelayan yang kebetulan ada di atas pulau itu akan mendengar suara "lae, lae" di antara deru angin dan ombak yang memecah di pulau karang tersebut. Para nelayan itulah yang memberikan nama tersebut.

Dongeng itu bermacam-macam versinya. Namun walaupun ada bermacam versi, dongeng itu hanya dapat dikategorikan dalam dua versi, yaitu yang mengandung TBC dengan yang bersih dari TBC. Dalam Seri 356 tersebut pengasuh kolom ini memilih versi yang bersih dari TBC. Lalu apa itu TBC yang bukan penyakit paru-paru itu? TBC adalah semacam penyakit ruhani yang masih banyak diidap oleh ummat Islam, yaitu Tahyul, Bid'ah dan Churafat. Tahyul adalah sub-rasional. Mengenai rasional ini ada tiga tingkat, sub-rasional, rasional dan supra-rasional. Sub-rasional berada di bawah rasional yaitu bertentangan dengan akal sehat, seperti misalnya manusia beranak buaya. Ini bertentangan dengan akal sehat oleh karena dari segi genetika khromosom manusia tidak sama dengan khromosom buaya. Sedangkan supra-rasional berada pada level di atas rasional, yaitu yang tidak dapat dijangkau oleh otak manusia. Bid'ah adalah mengada-adakan atau menambah-nambah tata-cara ritual yang tidak dicontohkan oleh sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam tata-cara yang ritual berlaku qaidah: semua tidak boleh di luar yang dicontohkan oleh RasuluLlah SAW, seperti misalnya shalat dalam bahasa Indonesia. Shalat harus dalam bahasa Al Quran seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Hikmahnya ialah apabila mislnya ada kelompok orang Islam yang terdiri dari orang Indonesia, Nigeria, Jerman, maka tentu saja sukar sekali akan shalat berjama'ah yang sangat dianjurkan itu, oleh karena ketiga orang itu tentu akan ngotot mempertahankan bahasanya masing-masing. Churafat (ini ejaan dahulu C dalam EYD menjadi K jadi menurut EYD harus dituliskan Khurafat) adalah suatu penyakit yang menyebabkan orang musyrik, seperti minta-minta barakah kepada kuburan atau apa saja dianggap keramat (yang dalam bahasa Makassarnya: saukang) seperti dalam dongeng p. Lae-Lae yang bernuansa khurafat.

Berikut ini dikemukakan versi dongeng yang bernuansa khurafat dari p. Lale-lae: HOW LAE-LAE GOT ITS NAME

Very, very long ago a Chinese nobleman was discovered by a fisherman on a small group of atolls near the shore of Jung Pandang. His ship had been destroyed by a heavy storm on his way to the Gowa Kingdom. When the Chinese man saw the fisherman, he called loudly: "Lae-Lae" which meant "come here".

After the Chineseman died something strange happened. The waves that touched the coral atolls has the same sound as the Chinese words 'Lae-Lae'. The people thaught it was a miracle.

After the group of coral atolls gradually formed into a small island, the people decided to call it Lae-Lae. They built a kramat grave there in memory of the Chinese nobleman.

Inilah versi dongeng Lae-Lae yang bernuansa TBC itu. Supaya pembaca terjemahkan sendiri, karena ruangan untuk terjemahan itu tidak tersedia lagi. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 21 Februari 1999