18 April 1999

369. Antara Kalender Hijriyah dengan Miladiyah

Kemarin tahun baru Hijriyah, 1 Muharram 1420 H. Kalender Hijriyah terkait dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan kalender Miladiyah (Masehi) terkait dengan kelahiran (milad) Nabi 'Isa Al Masih AS.

Bangsa Arab di zaman pra-Islam memakai patokan tahun bukan berupa bilangan, melainkan topic of the year. Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah, karena yang menjadi topic of the year pada waktu itu adalah peristiwa hancurnya tentara
bergajah Abraha. Sistem ini berlaku juga di zaman Islam, hingga Khalifah Umar ibn Khattab mengubahnya dengan sistem bilangan. Ada tiga konsep yang diusulkan pada waktu itu, yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW, Nuzulu lQuran dan hijrah. Pilihan jatuh pada peristiwa hijrah, sehingga kalender ini disebut dengan kalender Hijriyah.

Satu bulan menurut kalender pra-Islam dari bulan sabit baru ke bulan sabit baru, ini berganti-ganti 29 dengan 30 hari. Satu tahun adalah satu kali matahari menempuh lintasan garis ekliptika di bola langit dalam pandangan geosentrik. Lamanya sekitar 365,25 hari. Satu tahun terdiri atas 365,25/29,5 = 12,38 bulan, jadi bukan bilangan bulat. Kalau dinyatakan dalam hari, pecahan 0,38 bulan itu menjadi 0.38 x 29,5 = 11,2 hari, dibulatkan menjadi 11 hari.

Cara bangsa Arab pra-Islam menanggulangi kelebihan 11 hari itu ialah dengan mengumpulkan kelebihan itu setiap tiga tahun, sehingga terkumpullah sekitar 33 hari. Ini dijadikan 1 bulan. Dengan demikian setiap tiga tahun, jumlah bulan dalam tahun tersebut sebanyak 13. Itulah sebabnya dalam zaman pra-Islam bulan Ramadhan tetap dalam musim panas, sehingga bulan itu diberi bernama Ramadhan, dari akar kata Ra, Mim, Dhad, membakar. Sistem kalender pra-Islam ini masih berlaku di kalangan ummat Islam, hingga turun ayat: AN 'ADT ALSYHWR 'AND ALLH ATSN 'ASYR SYHRA (S. AL TWBT, 36), dibaca: Inna 'iddatasy syuhu-ri 'indaLla-hitsna 'asyara syahran (S. Attaubah), artinya: Sesungguhnya perhitungan bulan disisi Allah adalah 12 bulan (9:36).

Sejak turunnya ayat itu tidak ada lagi tahun yang yang jumlah bulannya 13 dalam kalangan ummat Islam. Dengan penggarisan ayat tersebut, maka dalam sistem kalender ini hitungan bulan terkait dengan posisi bulan di langit, sedangkan bilangan tahun terlepas sama sekali dari posisi matahari di langit. Kalender Hijriyah adalah sistem qamariyah (lunar system). Dalam sistem ini bulan Ramadhan maupun bulan Haji bergeser setiap tahun, sehingga pelaksanaan ibadah puasa maupun ibadah haji tidaklah dalam musim yang tetap. Dengan penggarisan ayat tersebut sistem kalender Hijriyah tidak dipusingi oleh bilangan pecahan, sehingga terbebas dari pelaksanaan koreksi dari waktu ke waktu, seperti yang akan kita lihat nanti tatkala membicarakan kalender Romawi, Julius dan Masehi.

Kalender Masehi berasal dari kalender Julius yang berasal pula dari kalender Romawi. Dalam kalender Romawi patokan tahun diambil sebagai tahun pertama, yaitu 12 tahun sesudah matinya Iskandar (Alexander), raja Makedonia. (Bukan Iskandar Zulkarnain, sebab DzulQarnain dalam Al Quran berdialog dengan Allah, sedangkan Alexander penyembah berhala).

Dalam kalender Romawi permasalahan kelebihan 11 hari itu ditanggulangi seperti berikut: setiap bulan dianggap 30 hari, kecuali bulan kelima (Syubat), jumlahnya cuma 28 hari, sehingga semuanya berjumlah 11 x 30 + 28 = 358 hari. Masih tersisa (365,25 - 358) = 7,25 hari. Yang 7 hari disisipkan satu hari berselang seling, kecuali bulan 10 dan 11 (Tamoz dan Ab) berturut-turut 31 hari. Sedangkan yang 0,25 hari dikumpul setelah 4 tahun menjadi 1 hari, yang setiap 4 tahun yang 1 hari itu diselipkan pada bulan kelima, sehingga 28 menjadi 29. Demikianlah dalam kalender Romawi hitungan bulan sama sekali terlepas dari posisi bulan di langit, sedangkan bilangan tahun terkait dengan posisi matahari di langit. Kalender Romawi adalah sistem syamsiyah (solar system).

Kalender Romawi ini kemudian diubah sedikit oleh Julius Caesar, yaitu dengan mengubah susunan dan nama bulan. Bulan keempat (Kanun II) diubah posisinya menjadi bulan pertama, dan diubah namanya menjadi Januari. Bulan kelima (Syubat) menjadi bulan kedua dan diubah menjadi Februari, demikian seterusnya. Bulan September, yaitu bulan ketujuh (sept, sapta artinya 7) digeser menjadi bulan ke-8, karena sesudah bulan Juni disisipkan bulan dengan nama kaisar tersebut, bulan Juli. Yang kemudian setelah Agustus menjadi kaisar Romawi, bergeser pula bulan September itu menjadi bulan ke-9, karena sesudah bulan Juli disisipkan bulan Agustus. Demikianlah nasib bulan ke-7 September, bulan ke-8 (okta) Oktober, bulan ke-9 (nova, nawa) November dan bulan ke-10 (desi, dasa) Desember masing-masing bergeser 2 bulan menjadi bulan ke-9, ke-10, ke-11 dan ke-12. Kalender yang diubah oleh Yulius Caesar ini disebut dengan kalender Julius (Julian Calendar).

Kalender Masehi mengambil patokan kelahiran Nabi 'Isa AS. Pada mulanya kalender Masehi juga menganggap 1 tahun = 365,25 hari. Kemudian pecahan dikembangkan menjadi 4 digit, yaitu 365,2422 hari. Jadi berbeda 0,0078 setiap tahun dan dalam 4 abad, selisih itu menjadi 3,12 hari, dibulatkan menjadi 4 hari. Setiap abad selisih itu menjadi 1 hari, sehingga setiap kelipatan 100 (misalnya tahun 2000) bulan Februari tetap 28 hari.

Berhubung pembulatan 3,12 menjadi 4 itu, maka dalam tahun 1582 M. atas inisiatif Paus Gregorius XIII dilakukan pula koreksi. Hasilnya ialah tanggal 5 Oktober 1582 M. harus dianggap 15 Oktober 1582 M. Artinya tanggal 6,7,8,9,10,11,12,13 dan 14 Oktober 1582 M. dianggap tidak pernah ada. Kalender Masehi yang sudah direvisi ini disebut kalender Gregorius (Gregorian Calendar), yang dipakai hingga dewasa ini secara internasional, terkecuali dalam kalangan ummat Russian Orthodox Church (Katholik Yunani). Ummat Katholik Yunani tidak mengakui penghapusan tanggal 6 s/d 14 Oktober 1582 tersebut. Itulah sebabnya hingga dewasa ini ummat Katholik Yunani merayakan Natal dan tahun baru terlambat 9 hari.

Baik dalam kalender Hijriyah, maupun Masehi hitungan hari tergantung pada posisi matahari di langit. Namun ada bedanya yaitu dalam kalender Hijriyah pergantian hari dimulai waktu terbenamnya matahari, sedangkan dalam kalender Masehi, pergantian hari dimulai tengah malam. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 18 April 1999