25 April 1999

370. Kurosyiwo dan Thermos

Air bah berhubungan dengan bagian daur hidrologik, yaitu bagian daur yang menyangkut perjalanan air di atas permukaan bumi. Pembagian kwantitas air yang masuk ke dalam tanah dengan air yang di atas pemukaan tanah, tergantung dari keadaan permukaan bumi. Jika lapisan tanah tebal dan banyak akar-akar pepohonan serta bunga-tanah di dalamnya, lebih banyak air yang masuk meresap ketimbang air yang tertinggal di atas permukaan tanah. Apabila air di atas tanah sedikit yang tertinggal, air yang mengumpul di sungai-sungai mengalir dengan jinak. Tetapi sebaliknya apabila lapisan tanah tipis, lagi pula di dalamnya tidak terdapat akar pepohonan serta bunga-tanah yang mampu meresapkan dan menahan air, maka air yang tertinggal di atas permukaan bumi menjadi banyak. Jika terjadi hal yang demikian itu, air tidak hanya menempati lekuk dan alur sungai, melainkan melimpah dan menyapu secara menyeluruh. Itulah yang disebut banjir. Pada dataran rendah di hilir, banjir itu berwujud genangan air dan di udik di tempat yang miring utamanya di lereng-lereng gunung, air itu mengalir menjadi menjadi ganas, dan itulah yang disebut air bah.

Gunung-gunung hampir gundul, karena hutannya ditebas para pemilik HPH yang main kayu. Bunga-tanah berkurang, akar-akar berkurang, akibatnya lereng gunung dikikis secara terus-menerus dengan ganas oleh air. Pengikisan tanah oleh air yang mengalir dengan ganas itu disebut erosi.

Di dalam Al Quran pengikisan air yang menggundulkan permukaan bumi dan yang tertinggal hanyalah batu karang yang licin, dinformasikan sebagai bahan kiasan. Firman Allah SWT menyangkut erosi pada permukaan bumi itu berupa penjelasan bandingan dari erosi amal sedekah seseorang. Berfirman Allah SWT:

YAYHA ALDZYN AMNWA LA TBTHLWA SHDQTKM BALMN W ALDZY KALDZYN YNFQ MALHH R"A" ALNAS W LA YW"MN BALLH W ALYWM ALAKHR FMTSLH KMTSL SHFWAN 'ALYH TRAB FASHABH WABL FTRKH SHLDA LA YQDRWN 'ALY
SYY" MMA KSBWA W ALLH LA YHDY ALQWM ALKAFRYN (S. ALBQRT, 2:264), dibaca: Ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- la- tubthilu- shadaqa-tikum bil manni wal adza- kalladzi- yumfiqu ma-lahu ria-an na-si wa la- yu'minu biLla-hi wal yauwmil a-khiri, famatsaluhu kamatsali shafwa-nin 'alayhi tura-bun fa asha-bahu wa-bilun fa tarakahu- shaldan la- yuqdiru-na 'ala- syay.in mimma- kasabu- waLla-hu la- yahdil qaumal ka-firi-n (S. Albaqarah) , atinya: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu batalkan amal sedekahmu, dengan cara menyiarkan (kepada umum) dan melukai perasaan (yang diberi sedekah), seperti cara menyumbang dengan penampilan (riya) dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Adapun cara yang demikian itu ibarat batu karang licin yang di atasnya terdapat lapisan tanah diguyur oleh curahan hujan yang lebat yang memberikan bekas tanah hanyut dan tinggallah batu karang licin yang gundul, maka demikian pulalah keadaan amal sedekahnya hilang tidak ada yang tinggal, dan Allah tidak menunjuki orang-orang kafir (2:264).

Metode Al Quran dengan mengambil peristiwa di alam ini sebagai bahan kiasan untuk penjelasan bandingan, akan dipakai untuk membahas pemboman masjid Istiqlal baik pelaksana maupun otak pelaku intelektual yang ada di belakangnya.

Kurosyiwo adalah suatu tempat pertemuan arus laut panas dengan arus dingin di Pasific dekat Jepang. Oleh karena itu di Kurosyiwo banyak ikan. Nelayan-nelayan Jepang banyak menangkap ikan di tempat itu. Apabila Kurosyiwo tempat berkumpulnya ikan-ikan dijadikan bahan bandingan, maka tempat mencari ikan (baca: teroris pelaku dan otak pembom) itu dapatlah dilokaliser,
dikurosyiwokan. Ikan-ikan itu harus dicari kursyiwonya di antara penganut pertentangan kelas dan yang bersikap menolak Pemilu.

Terhadap para teroris yang sangat membahayakan masyarakat dan negara harus diperlakukan bahkan melebihi para koruptor. Yaitu terhadap mereka itu harus diperlakukan asas praduga bersalah. Atas meraka itu sama sekali tidak boleh siperlakukan asas praduga tak bersalah, karena mereka itu sama sekali tidak mengindahkan hak asasi manusia. Hanya terhadap mereka yang menghormati hak asasi manusia yang wajar diperlakukan asas praduga tak bersalah atasnya.

Siapakah mereka para penganut pertentangan kelas itu? Mereka itu adalah kaum marxis. Historishe materialisme yang atheis dengan metode dialektika atau pertentangan kelas adalah doktrin dari Karl Marx. Memang PKI telah hancur, akan tetapi penganut marxis masih tetap eksis di Indonesia, yaitu dengan munculnya marxis gaya baru dalam kalangan pemuda, yang radikal, yang tidak mau menerima reformasi. Jadi ada sinkronisasi di antara penganut pertentangan kelas dengan yang menolak Pemilu, bahkan keduanya merupakan satu sistem, yaitu tidak menerima reformasi, karena mereka itu menginginkan revolusi sosial. Mereka itulah ikan-ikan Kurosyiwo.

Metode Al Quran dengan mengambil peristiwa di alam ini sebagai bahan kiasan untuk penjelasan bandingan tersebut, akan dipakai pula untuk membahas situasi ummat Islam dalam kaitannya dengan peristiwa Bayuwangi, Ketapang, Kupang, Ambon dan terakhir pemboman masjid Istiqlal. Thermofles (thermo = panas, fles = botol) disingkat thermos kita kenal semua. Yaitu sejenis botol untuk menyimpan air panas. Dilihat dari segi ilmu pengantar kalor (heat transer), thermos dilapisi oleh zat yang sukar meneruskan panas. Kaum elit, alim ulama, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi-organisasi Islam dalam kalangan ummat Islam adalah ibarat thermos. Sedangkan kaum awam, golongan bawah (grass roots) yang "fanatik" emosional adalah ibarat air panas di dalam thermos. Yang sangat diharapkan, mudah-mudahan Allah SWT mengabulkan harapan kita, botol thermos itu dapat menahan geram air panas di dalamnya, yang kemudian secara berangsur, secara berdikit-dikit air panas itu turun suhunya, menembus perlahan-lahan keluar sekat penahan panas dari botol thermos, kemudian kegeraman itu padam dan menyadari bahwa luapan kegeraman itu akan merugikan kita semua sebagai suatu bangsa yang beradab.

Semoga aparat keamanan, polisi dan TNI dengan bantuan masyarakat seluruhnya yang pro reformasi dapat dengan cepat menjaring ikan-ikan teroris itu di Kurosyiwo. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 25 April 1999